Judul: Pushkin Scholarship
Pairing : Markmin (Mark Lee (Minhyung) X Na Jaemin)
Genre: Misteri, Highschool!AU, Sherlock!AU
Rating: K+
Deskripsi: Mendapat beasiswa untuk sekolah di Seoul Jaemin bertemu Mark –kakak kelas yang juga seorang part timer detektif.
Warning :Not really an excuse but it's my first time writing Fanfic and my vocabulary is bad so yeah... awkward conversations and narations and typo most of times lol. Terbuka buat kritik yang membangun dan donghyuk disini adalah Donghyuck/ Heechan NCT
A/N: Kesamaan Kejadian dengan Sherlock (Buku dan TV seri) adalah Kesengajaan.
Menggeser duduknya sedikit, Jaemin memandang keluar jendela subway dengan perasaan yang tidak karuan. Hari ini adalah hari ke dua dia tinggal di seoul, bukan perkara mudah bagi orang pinggiran menyesuaikan kehidupan di kota. Mulai dari harga yang lebih mahal sampai pada transportasi yang sekarang di naiki ini pun sangat membingungkan. Kalau bukan karena beasiswa yang di berikan oleh sekolah barunya, mungkin dia lebih memilih di tempatnya yang dulu meskipun sekolahnya tidak sebaik di seoul tapi setidaknya biaya hidupnya tidak mahal. Tiba-tiba lamunanya terpotong oleh seseorang yang menepuk bahunya.
"Hei! Jaemin!"Serunya. "Jaemin kan?"
Jaemin mengangguk ragu, sebenarnya wajahnya sedikit familiar dan sepertinya seumuran namun Jaemin tidak yakin siapa.
"Pasti lupa, ini aku, Donghyuk, Heechwaann, yang waktu dulu paling asik di kelas"
"ah... yang berisik?" goda Jaemin, dia teringat saat masih di sekolah dasar memang ada anak bernama donghyuk yang tiba-tiba pindah ke kota di pertengahan semester saat kelas 5. Dia adalah anak paling berisik dan tidak bisa diam di kelas.
"ya.. yaa... terserah lah"Donghyuk kemudian duduk di sebelahnya "mau kemana sekarang?"
Pertanyaan itu membuat Jaemin teringat kembali apa yang harus dilakukannya yaitu mencari tempat tinggal yang paling dekat dengan sekolahnya dengan biaya yang relatif murah. Hal ini ia ceritakan pada Donghyuk, berharap pada saat mulai masuk sekolah, dia tidak perlu menaiki subway setiap paginya.
"O... Ga nyangka kita bisa satu sekolah, satu kelas lagi, Eh, tapi nyangka sih, kan kamu pinter dari dulu Cuma gak nyangkanya kamu ada di seoul aja hhehe" Donghyuk cengengesan sambil merangkul pundak jaemin "sekarang serius nih, soal tempat tinggal, Aku sih ada temen yang pengen nyari roomate gitu..."
Mendengar hal itu jaemin mulai bersemangat "wahhh... bagus- bagus"
"yeh... jangan bagus-bagus dulu, denger dulu, flatnya gak gitu besar dan kamarnya cuma satu tapi tempat tidurnya 2 sih. Bagusnya tempatnya deket sekolah, tinggal jalan. Tapi... hehe orangnya agak aneh, eksentrik gitu lah"
"maksudnya?"
"ya gitu...kebanyakan nonton film detektif dia, kalau mau kita sekarang ketemu sama orangnya. Tapi ya itu, kita harus tabah..."
Meski Jaemin tidak begitu mengerti apa yang di maksud donghyuk. Peluang untuk mendapatkan flat baru hari ini tidak akan di sia-siakannya begitu saja. Turun dari subway mereka berjalan keluar melalui exit 5. Menelusuri trotoar kemudian berbelok ke sebuah jalan sempit dan melewati pintu samping kecil menuju salah satu sayap rumah sakit besar.
"kenapa kita kesini?"tanya jaemin terheran-heran.
"orangnya ada di sini" jawab donghyuk sambil menunjuk sebuah ruangan dan membuka pintunya. Laboratorium kimia. Laboratorium itu penuh sesak oleh botol baik yang berjajar rapi maupun yang tergeletak sembarangan. Meja-mejanya di penuhi tabung uji, bunsen kecil dengan api biru dan beberapa buret. Hanya ada satu orang yang sedang membungkuk meneteskan sesuatu dengan menggunakan mikropipet, ia mendengar langkah donghyuk dan jaemin yang memasuki ruangan – hanya melirik sejenak, lalu kembali sibuk ke pekerjaanya.
" erlenmeyer"orang tersebut menengadahkan telapak tangan kirinya,
Donghyuk menepuknya dan berkata "erlenmeyer juga" mengira itu adalah salah satu bahasa yang sedang di pelajari dan berarti apa kabar atau sejenisnya.
Jaemin berusaha menahan tawanya meskipun sedikit tidak berhasil, tangannya berusaha menggapai salah satu erlenmayer di dekatnya dan memberikan pada orang tersebut.
"Thanks" orang tersebut berkata sambil melihat Jaemin dari atas ke bawah lalu mengangguk. Dia melihat donghyuk, menaikan tabung di tangannya " ini erlenmeyer, belajar yang bener seperti temenmu ini"sambil menunjuk Jaemin.
" ok... terserah" donghyuk berkata sambil memanyunkan bibirnya. "Hyung, ini Jaemin"
"Jeju atau busan?" tanya orang yang dipanggil hyung.
"eh?"
"jeju atau busan?" dia kembali menekankan pertanyaanya
"jeju" jawab jaemin.
" sensitif waktu tidur?" tanyanya lagi sambil memandang Jaemin.
"huh?"
"Aku tanya apa kamu sensitif waktu tidur karena aku kadang suka bicara cepat waktu tidur, main basket di ruang tengah dan membawa barang yang unik menurutku –aneh menurut orang lain. Apa itu mengganggu?" Tidak menunggu jawaban Jaemin –ia kembali berkata" Kita berpotensi tinggal sekamar, jadi kita harus saling tau yang terburuk dari masing-masing"
"donghy..."
"gak... aku gak bilang apa-apa sama dia"jawab donghyuk
"Gimana? Roomate?"
"Aku gak bilang aku mencari roomate"
"Betul, Aku yang cerita ke donghyuk kemarin kalau aku susah mendapatan roomate, dan sekarang dia disini dengan teman lamanya dari jeju... bukan kesimpulan yang susah" dering handphone memotong pembicaraan mereka "sebentar...ya... aku kesana sekarang" Hyung tersebut mengambil tas dan memakainya. Kemudian menghadap Jaemin " Ah...Aku harus pergi sekarang, kalau kamu mau lihat tempatnya dulu... umm antar dia ya donghyuk"
"ok hyung"
Namun sebelum orang tersebut keluar dari pintu jaemin berkata "cuma gini?"
"Maksudnya?"
"Baru ketemu hari ini dan langsung jadi roomate?"
"ada masalah?"
"kita ga saling kenal, aku malah ga tau namamu"
"Aku tau kamu murid pindahan dari jeju. Beasiswa prestasi, dan sekarang kamu lagi cari tempat tinggal yang deket dengan sekolah karena tempat yang sekarang jauh –tidak mungkin pulang pergi harus menggunakan subway kalau jadwal sekolah padat banget. Dan namaku Mark kakak kelasmu, panggil aku Hyung ok!" mark tersenyum simpul dan langsung berlari-keluar.
Donghyuk merangkul Jaemin dan menariknya keluar dari Lab "Tabah... dia emang gitu" ujarnya sambil tersenyum. Ah, tabah, Jaemin baru mengerti maksudnya.
Setengah jam berikutnya,Jaemin dan Donghyuk sudah berada di dalam flat yang kemungkinan besar akan jadi tempat tinggalnya selama sekolah di Seoul. Yang akan di sewa adalah lantai dua yang terdiri dari satu kamar dengan 2 tempat tidur, dan 2 lemari, dapur termasuk meja makan serta perabotnya, satu kamar mandi dan sebuah ruang duduk luas yang tidak terlalu banyak perabotannya –di salah satu dindingnya menempel ring basket. Penerangan serta ventilasi yang bagus karena ada satu pintu geser berbahan kaca yang mengarah ke balkon. Flat tersebut cukup menarik dan harganya cukup murah apalagi di bagi berdua.
"Oh.. kalian masih lihat-lihat?" ujar Mark bersandar di ujung tangga dengan salah satu kaki menopang yang lainnya. "Mau pindah kapan? Apa perlu aku bantu?"
Jaemin menghela nafas " keliatan sekali ya kalau aku suka sama tempat ini?"
"Ya. Menahan senyum dan mata terbuka lebar, berbinar begitu, kalau bukan tertarik lalu apa?" bukan pertanyaan tapi pernyataan yang Mark lontarkan. " jadi?"
Jaemin melirik Donghyuk yang sedang mengulum senyum sambil mengangguk. "Besok siang"
"hollysh*t!" jaemin berteriak dari dapur. Belum sampai setengah hari setelah ia merapikan barang-barangnya di flat baru, tapi dia sudah menemukan potongan tangan kiri di kulkas.
" Makanan dan minuman di kulkas yang satunya" Kata Mark dengan santainya dari ruang tengah tanpa menoleh sedikitpun sibuk membaca novel detektif yang sudah entah berapa kali dia ulang.
Jaemin mendekati mark dan mengambil buku tersebut " tapi itu tangan! Potongan tangan manusia!"
"Kalau gak disitu terus harus disimpen dimana?"
Jaemin hanya bisa membuka dan menutup mulutnya tanpa mengeluarkan sepatah katapun.
"oh... aku ngerti. Itu legal, bukan barang blackmarket atau sejenisnya, bukan juga aku yang memotong. Okay?" Mark meyakinkan. " mungkin aku harus jelaskan, aku part timer detektif di kepolisian jadi kalau aku gak sibuk sekolah, aku sibuk dengan hal begini" Mengambil buku yang di pegang Jaemin dan kembali membacanya.
Merasakan tatapan Jaemin yang terus menerus mark menoleh "Apa? gak percaya?"
Jaemin masih memandang tak percaya sampai Mrs. Park –sang pemilik flat membawa seseorang berperawakan jangkung kurus dengan usia sekitar 40 tahunan dengan wajah pucat dan sedikit gemetar. " Mark, orang ini mencarimu" Mrs. Park kemudian kembali ke bawah.
"Silahkan duduk Mr. Kwon" Mark mempersilahkan Mr. Kwon duduk di salah satu kursi yang ada di depannya.
Jaemin merasa tidak enak karena sepertinya pembicaraan akan bersifat pribadi, namun saat dirinya akan beranjak dari kursi, Mark menahannya. "Partner saya" ujarnya pada Mr. Kwon
"Minseok menyuruhku untuk mencarimu, katanya dia sedang di luar kota dan pulang seminggu lagi. Tapi masalahku tidak bisa kalau di tunda sampa seminggu lagi"
Mark Mengangguk menandakan dia mendengarkan dengan seksama. Kemudian Mr. Kwon melanjutkan ceritanya "Besok sebenarnya akan diadakan ujian saringan untuk mendapatkan beasiswa Pushkin. Saya akan jadi salah satu pengawas di hari itu, seperti yang kamu tau Saya mengajar sastra Rusia dan pelajaran pertama yang diujikan adalah menerjemahkan sebuah naskah berbahasa Rusia yang belum pernah diketahui para siswa itu. Naskah ini cetak di kertas ujian, jadi kalau mereka mengetahui naskah itu sebelum ujian pastilah menguntungkan mereka. Karena itu, panitia ujian sangat berhati-hati agar soalnya tidak bocor"
"pada jam satu tadi, ketikan soal sudah di terima dari bagian terjemahanya merupakan separuh bab dari karya sastra berjudul Повесть о Петре и Февронии Муромских (The Tale of Peter and Fevronia). Saya harus mengkoreksi hasil cetakan dengan seksama, karena tak boleh ada salah cetak. Pada jam dua Saya masih belum selesai mengoreksi naskah tersebut. Tapi Saya ada janji dengan seorang rekan pengajar, maka Saya meninggalkan berkas soal ujian itu di meja kerja. Saya pergi selama satu jam"
"Kamu tau kan Mark, kalau di sekolah Saya pintu-pintu ruangannya rangkap 2, satu yang hijau dan satu lagi yang dari pohon ek. Waktu Saya sampai ke pintu luar, Saya kaget karena melihat kunci tergantung di sesaat Saya pikir Saya sendiri yang lupa membawa kunci itu, tapi waktu Saya merogoh saku celana, ternyata kunci Saya masih ada. Memang ada kunci duplikat, tapi dibawa asisten pribadi Saya namanya Jungsoo, dia sudah bekerja selama sepuluh tahun dengan saya. Dia orangnya bisa dipercaya dan tidak mungkin rasanya saya mencurigai dia. Tapi kunci itu memang yang biasa di pegang olehnya. Dan dia memang mengatakan tadi masuk ke ruangan saya untuk menawarkan kopi. Karena keteledorannya dia lupa mengambil kunci itu kembali. Masuknya pasti tidak lama setelah saya pergi, kalau keteledorannya terjadi di hari lain pasti tak apa-apa"
" waktu Saya lihat ke meja Saya, kertas-kertas itu sudah bertebaran. Naskah itu terdiri dari 3 halaman yang cukup panjang. Semuanya ditinggal disitu, tapi yang Saya dapati satu di atas lantai, satu di atas meja samping dekat jendela dan satunya tetap di tempat semula"
"yang di lantai halaman pertama, dan yang di dekat jendela halaman kedua dan yang tetap di tempatnya adalah halaman ke 3" Tebak Mark
"Iya Benar, bagaimana kamu bisa tau?"
"dilanjutkan saja dulu Mr. Kwon"
"awalnya saya kira Jungsoo yang lancang melihat-lihat soal dia menyangkal dengan keras dan saya yakin dia tidak berbohong. Kemungkinan lain adalah ada seseorang yang lewat dan melihat kunci terpasang di pintu , sebab dia tau saya tidak ada di tempat. Saya sangat panik karena beasiswa itu sangat besar nilainya"
"Jungsoo juga sangat terpukul dengan kejadian itu. Dia hampir pingsan melihat kertas yang di obrak-abrik itu. Maka saya dudukan dia di kursi, sementara saya memeriksa seisi ruangan. Saya langsung mendapatkan jejak tamu tak diundang itu. Saya itu kan orangnya suka kebersihan jadi di meja saya tidak pernah ada kotoran sedikitpun, tapi saya mendapati kotoran seperti tanah dan serbuk gergaji yang menempel disitu. Saya yakin penjahatnya yang meninggalkan jejak itu, tapi saya tidak menemukan jejak kaki ataupun jejak lain yang bisa mengungkap identitasnya. Saya harus menemukan orang itu atau memundurkan ujian sampai saya selesai membuat soal baru. Tapi kalau begitu saya harus memberitahu alasanya yang jelas akan menurunkan kredibilitas bukan hanya saya tapi juga sekolah. Makanya permasalahan ini saya ingin atasi secara diam-diam"
Selesai Mr. Kwon bercerita, Mark diam sejenak memikirkan beberapa pertanyaan yang mungkin membantu penyelidikan. " Apa ada yang mengunjungi bapak setelah bapak menerima soal ujian itu?"
"iya, ada, namanya Winwin dia adalah siswa dari china yang menyewa ruang belajar di lantai dua. Dia datang ke ruangan saya untuk menanyakan beberapa hal tentang ujian nanti"
"Dia juga salah satu dari pendaftar beasiswa?"
"ya"
"dan waktu itu soalnya ada di atas meja?"
"seingat saya masih tergulung rapi"
"tapi bisa saja dia mengira kalau itu soal ujian kan?"
"bisa saja"
"Tidak ada orang lain lagi yang berkunjung?"
"tidak"
"apa ada yang tau soal ujian itu akan ada di tempat bapak?"
"hanya saya dan yang mencetaknya yang tau"
"Apa Jungsoo-ssi tau?"
"tidak, meski dia asisten pribadi saya, dia tidak membicarkan hal-hal yang penting sekali seperti ini"
" dimana jungsoo-ssi sekarang?"
"Tadi dia masih kaget, kasihan dia, jadi saya tinggalkan dia di kursi untuk menenangkan diri. Dan saya buru-buru datang ke kantor Minseok tapi tidak ada, saat meneleponnya saya disuruh meminta bantuanmu saja. Lalu saya ke sini"
"pintunya dibiarkan terbuka?"
"iya. Tapi soalnya sudah saya simpan di lemari dan saya kunci, ini saya membawa kuncinya."
"jadi kalau misalnya bukan orang china itu pelakunya pasti seseorang yang kebetulan lewat tanpa sebelumnya tau soal ujian itu"
"pendapat saya juga begitu"
Mark tersenyum penuh teka teki kemudian berdiri. " Kalau begitu, ayo kita lihat tempatnya dulu" mendekati Jaemin kemudian berbisik "kamu gak percaya kalau aku detektif kan, sebagai konsekuensinya kamu harus ikut"
Mark menarik Jaemin yang tak tau apa-apa. " silahkan duluan Mr. Kwon"
-TBC-
