NEW DEMINSION AND DESTENY

Disclaimer

Masashi Kishimoto sensei.

WARNING

Fic ini mengandung unsur dewasa, kekerasan, gaje, dan banyak gabungan antara OC tak lupa uga Chara anime DxD terakhir yaitu typo

Summary

Setelah mengalahkan Kaguya Naruto terlempar kesebuah deminsi aneh di mana semua orang di sana tidak bisa menggunakan Cakra sama sekali. Namun lagi – lagi akdir mempermainkan dia di saat dia mati di dunia itu dia malah…

Chap 1: prologe when heroes die.

Perlahan aku membuka mataku dengan pasti, namun yang ku lihat adalah sesuatu yang sangat mengejutkan. Dimana ada seorang Shojo yang caniknya luar biasa duduk di sebuah singgasana emas.

'Tunggu dulu? Emas?' entah penglihatan ku atau aku sudah gila karena saat aku menatap kesekeliling untuk memastikan 'dimana aku sekarang,' bukannya mendapatkan jawaban yang ku inginkan aku malah semakin bingung dengan apa yang di tangkap oleh mataku.

Di sini, tempat ini seperti ruangan tak berujung dengan cahaya remang yang keluar dari lantai, tak hanya itu lantai atau alas tempat ini juga sepetinya bukan lantai biasa karena saat aku melihat kebawah aku bisa melihat gelombang kecil ketika kaki ku bergerak, seperti sedang berdiri diatas air namun tidak basah, mengingat sekarang aku tidak mengenakan alas kaki.

"Koko wa doku?" (ini dimana?) gumam ku tanpa sadar tentu tak lupa dengan nada takut yang mungkin terdengar jelas dari suara ku.

"Huh?" aku langsung mengalihkan perthatian ku kepada gadis di depanku ini ketika dia seakan ingin menjawab pertanyaan ku. "Sebelum ku jawab pertanyaan mu itu. Perkenalkan Namaku Mio-" ucapnya sambil mengambil nafas panjang seakan ingin mengatakan sesuatu.

Dan benar saja kata – kata lanjutan gadis ini benar – benar membuat ku kaget. "Shinigami yo," (dewa kematian lho) sambung nya kemudan dan itu sukses membuat ku membulatkan mataku.

Tentu saja aku kaget kan, di demensi Shinobi Shinigami itu benar – benar menyeramkan bukan sesosok gadis cantik dengan rambut merah panjang yang di ikat twintails, serta ukuran opp** yang bisa di bilang diatas rata – rata, dan sepertinya dia suka menggoda seseorang dengan pakaian sailor kentat tak lupa juga rok pendeknya.

"Jangan berpikiran aneh tentang ku Namikaze Naruto," gad- ralat shinigami itu berucap kemudian menyadarkan ku dari lamunan nista yang ku lakukan.

Dia bicara seperti itu seper-

"Iya aku bisa membaca pikiran mu karena ini adalah tempatku," Shinigami bernama Mio itu kembali bersuara bahkan kali ini dia menjawab pertanyaan di pikiran ku sebelum pemikiran ku selesai.

'Satsuga Shinigami-sama,' pikirku dan whalla dia tersenyum bangga akan dirinya karena aku memujinya dengan pikiranku.

Namun sesuatu mengganjal pikiran ku. Kalau dia memang Shinigami berarti aku sudah….

"Mati!" lagi – lagi shinigami cantik ini menjawab atau bisa di bilang kali ini dia menyela pemikiran ku.

"Ya Namikaze Naruto kau sudah mati," tambahnya dengan nada yang sedikit lebih tegas.

"Tapi bagaimana aku bisa mati?" tanya ku sarkastik seakan aku tidak terima dengan hasil nyata yang ada.

"Apa kau tidak mengingat nya? Semua kejadian itu sampai kau tak sadarkan diri lalu berakhir di sini?" tambahnya dengan nada yang mengejek.

"Hah? Maksudmu? Tentu saja kan aku masih mengingat nya, bahkan suara bom itu mas-," aku berhenti melanjutkan kata – kataku. "apa karena bom itu aku mati?" tanya ku dengan penuh akan rasa penasaran. Namun bukan sebuah kalimat yang kudapatkan melainkan sebuah anggukan.

"Tapi bom itu jatuh di tengah kota bagaimana bisa aku yang jauh eh, tidak itu bahkan sangat jauh untuk sekedar terkena imbas ledakan!" ucap ku lagi dengan nada yang lebih tinggi.

Kesal kah aku? Ya aku kesal karena setelah perang yang kujalani dua kali, bahkan di perang pertama aku gagal lalu di lempar kelubang demensi oleh kaguya, yang menyebabkan aku terdampar di sebuah kota yang bernama Tokyo. Namun seakan belum habis perjuangan ku, di sini juga terjadi peperangan atau bisa juga di sebut sebagai perang dunia kedua.

Aku berjuang keras menjadi tentara relawan, bukan karena apa aku harus berjuang keras. Bukan karena senjata api, bukan karena musuh memiliki jutsu kuat atau apapun yang mereka miliki, namun karena aku sendiri.

Setelah perpindahan jutsu Hirainshin yang ku simpulkan membuat ku berpindah Demensi entah apa yang terjadi saat perpindahan ku sehingga aku kehilangan semua cakra ku.

Maka dari itu di saat – saat terakhir, saat kedamaian yang di nanti akan datang kenapa aku malah mati padahal aku sangat yakin kalau aku sangat jauh dari sumber ledakan bahkan aku sudah berlindung di rumah beton salah satu jendral ku saat itu.

"Jadi Namikaze Naruto, sepertinya kau masih belum menerima kematian mu," sekali lagi suara si Sinigami cantik ini kembali menyadarkan ku dari lamunan ku sendiri.

"Kalau begitu bagaimana kalau kau lihat saja sendiri," ucapnya lalu muncul sebuah benda persegi persegi seperti kertas di samping kanan (Kirinya mio kanan karena itu dari sudut pandang Naruto), dari kertas itu kemudian menampilkan sebuah gambar yang terlihat familiar untukku.

"Itu kota Hiroshima dan itu adalah saat – saat aku sedang minum – minum bersama teman – teman ku ketika aku beristirahat di sana!" kaget ku, "Ya ini adalah kejadian sesaat sebelum aku mendengar suara ledakan keras dan kami pun berlarian," gumamku kemudian.

SCENE BREAK KE LAYAR MASIH NARUTO POV

Saat ini aku sedang minum – minum di salah satu tempat minum terbaik di pinggiran kora Hiroshima. Kenapa aku ada di sini? Itu akan panjang ceritanya. Tapi yang pasti aku bukan berasal dari Deminsi ini, karena aku berasal dari Demensi lain.

Demensi sebelumnya aku adalah Shinobi atau ninja yang bisa di bilang kuat, namun di atas langit tentu masih ada langit kan. Dan di atas ku masih ada rivalku, Uchiha Sasuke, lalu di atas kami berdua masih ada Outsuki Kaguya orang yang telah mengalahkan kami dan bahkan sudah membunuh Uchiha Sasuke rival sekaligus Sahabat ku.

Di saat – saat terakhir aku juga nyaris mati di tangannya. Namun entah kenapa dia malah memasukkan ku kedalam lubang demensi dan melemparku ke demensi ini dalam kondisi sekarat. Untungnya aku terdampar di salah satu Squad tentara jepang yang mau berbaik hati untuk menyelamatkan ku dan mengurusku sampai aku sembuh.

Namun alangkah kagetnya aku kesembuhanku memakan waktu dua bulan dan aku seakan melemah dan tak mempunyai kekuatan seperti dulu lagi. tetapi rasa penasaran ku terungkap ketika aku mencoba memasukki alam bawah sadarku untuk menemui Kurama sang Kyuubi No Kitsune.

Beratus kali aku mencoba namun tetap tidak bisa, sampai aku menyadari, aku sudah kehilangan Partner ku juga cakraku.

Singkat cerita, setelah semuanya jelas dan aku juga tau kalau Negara ini tengah berperang. Akupun ikut membantu sebagai tentara relawan setelah belajar dasar – dasar menembak.

Sampai tiga tahun aku menjadi tentara relawan, tim ku mendapat libur di sebuah kota bernama Hiroshima, kota ini adalah kota yang damai dan belum tersentuh bekas – bekas perang.

Dan di sinilah aku, di sebuah kedai seperti yang sebelumnya aku jelaskan. Aku minum – minum santai bersama teman – teman setimku tak lupa juga di temani beberapa wanita Geisha yang ada di tempat ini.

Tapi semua kesenangan itu tak berangsur lama, karena baru menghabiskan beberapa botol sake saja aku mendengar suara pesawat yang melintas di atas kami, awalnya aku mengira itu hanyalah sebuah halusinasi karena sebelumnya aku sudah tiga tahun di medan perang.

Tapi perspektif ku hilang ketika sekitar sepuluh menit kemudian aku mendengar suara ledakan keras beserta gempa yang lumayan kuat. Semua yang ada dalam satu ruangan denganku terlihat panik, serta ketakutan. Tak ayal aku langsung menyuruh mereka lari keluar dan mencari tempat aman kalau – kalau pihakmusuh sudah memasuki wilayah kota ini.

Aku pun juga langsung keluar dan bergegas menuju base camp pasukan ku dan langsung memperlengkapi diri dengan senjata api, namun alangkah salah nya aku dengan memilih berdiam di dalam base, karena dari dalam base tersebut aku bisa melihat angin yang bercampur bersama debu.

Awalnya aku hanya mengira itu adalah angin berdebu biasa jadi aku dan beberapa orang di dalam base hanya menutupi mulut kami seadanya serta memakai kacamata anti debu biasa.

Tapi tak lama kemudian tubuhku mulai terasa sakit dan gatal, tak lupa juga kepala yang mulai berat karena pusing, di lanjutkan dengan keluarnya darah dari hidungku, lalu semuanya mulai menggelap dan aku terbaring di lantai. Aku tidak mati tapi aku tidak bisa bersuara, bergerak, dan hanya bisa meringis diantara semakin mengeringnya tenggorokan ku dan terus menambah penderitaan ku di setiap detiknya.

Entah berapa lama aku bertahan dalam kondiri tersebut, namun hal terakhir yang ku rasakan adalah sesak nafas dan dinginnya entah udara atau memang tubuhku yang mendingin.

END OF SCREEN SCENE

"Hal berikutnya yang terjadi adalah kau bangun di tempat ini, yang artinya saat itu juga kau telah mati," ucap Mio dengan santainya menjelaskan sekaligus membuatku tersadar kembali dari lamunan tentang betapa mengerikannya kematian ku.

"Lalu kalau aku sudah mati, ada apa lagi urusan ku di sini? Untuk diadili kah?" ucapku sedikit sarkastik.

"Tidak," jawabnya dengan nada yang dibuat anggun.

"Hah?!" kagetku. "Lalu apa lagi? apa aku akan kau kirim ke demensi yang penuh akan peperangan lagi seperti kaguya yang mengirimku ke jepang? Tempat di mana aku akan terus membunuh atau di bunuh?" ucapku kini dengan Nada kesal dan geram.

"Aku tidak bisa mengatakan tidak, tapi aku juga tidak bisa mengatakan ya," balas Gadis Shinigami itu padaku.

"Hah?! Aku tidak mengerti maksudmu itu," ucapku tapi entah kenapa aku merasa akan ada sesuatu yang akan membuatku tak nyaman.

"Kau Namikaze Naruto memang akan di kirim ke demensi lain, demesi dimana fantasy itu nyata. Sihir, mahluk mitos, monster – monster dan sebagainya bukanlah hal dongeng dan nyata," balasnya dengan santai dan anggun. Kurasa dia ingin di hormati karena sebelumnya aku berkata kasar padanya yang notebane nya adalah salah satu dewa kematian.

Namun persetan dengan Dewa Kematian, belemumnya juga aku sudah pernah melawan seorang dewa. "Memangnya tak bisa kah aku mendapatkan kematian yang damai dan bertemu orang – orang yang ku sayangi di alam kematian," ucapku dengan nada sedih.

Ya kalau memang aku sudah mati kenapa tidak biarkan aku mati dengan tenang dan bertemu dengan mereka, orang tuaku, ero-sanin, Hokage-jiji, dan teman –teman ku serta teman seperjuangan pasca perang dunia Shinobi tiga.

"Tidak, walau pun sebernarnya aku ingin membiarkan mu lewat alam kematian tapi takdirmu sudah di tulis ulang bahwa kau akan hidup kembali di demensi baru ini," ucap Mio dengan nada sedih sangat terpancar di suaranya. "Tapi kalli ini, ini adalah Demensi terakhirmu dan di sini entah kau berbuat jahat atau memang nalurimu membuat mu kejalan kebaikan kau akan tetap masuk ke surga karena di dua kehidupan mu kau sudah menumpuk banyak kebaikan," sambungnya.

"Hahahahahaha," tawa ku meledak. "Tangan ku telah berlumuran darah dan tidak sedikit orang yang kubunuh serta tak sedikit juga orang menginginkan ku mati," sekali lagi aku bersikap sarkastik di hadapan Shinigami satu ini kenapa? Tentu saja karena ucapannya itu.

"Tapi itu memang kenyataan, dengan sarat kau harus mati dalam keadaan berjuang sekuat tenaga kalau dalam pertarungan atau mati karena memang umurmu sudah habis antara kena penyakit atau sesuatu semacamnya,"

"Kalau aku tidak melakukan itu dan memilih bunuh diri?" ucapku dengan sinis.

"Kau akan di masukkan ke Makaii terbawah," (makaii = neraka)

Mendengar itu aku hanya bisa meneguk ludah ku dengan kasar karena itu bukan lah ancaman remeh karena harapkan bertemu dengan orang tua ku akan lenyap.

Aku berdiam diri sejenak memikirkan apa yang harus ku lakukan atau katakana untuk membuat Shinigami cantik ini membiarkan ku mati bahkan saking kalut nya pikiranku aku melupakan bahwa dia bisa membaca pikiran ku.

"Ayolah apapun yang kau rencakan kau takan bisa merubah keputusan yang sudah ada karena ini bukan keputusan ku dan ini adalah keputusan yang mutlak," ucapnya di tengah – tengah pemikiran ku. "Kalau kau ingin mengetahui apa itu keputusan mutlak atau siapa yang membuat keputusan itu. Aku tidak bisa mengatakannya karena itu adalah hal yang tabu untuk ku," tambahnya menjawab pertanyaan yang bahkan belum ku tanyakan.

Mendengar itu aku hanya bisa menghela nafas. "Lalu apa kau bisa menjelaskan dulu bagai mana demensi yang akan ku tinggali ini? Tanya ku dengan serius karena menurut perkataannya tadi tidak ada yang bisa ku lakukan untuk merubah keputusan tentang takdir ini.

[di bawah adalah penjelasan panjang tentang dunia yang akan di tempati oleh naruto jadi gak akan ada faragraf baru sampai pejelasan selesai dalam sudut perkataan Mio]

"Jadi dunia yang akan kau tempati ini adalah puncak demensi dari seven dimension yang ada, karena demensi mu yang pertama adalah last dimension atau kami para dewa biasa menyebutnya the seventh world. Lalu kau memasuki second dimension, yang entah bagaimana Kaguya melakukan itu, yang pasti demensimu yang pertama itu sudah hancur lebur tak tersisa. Namun hal itu tidak terjadi di second dimension, karena di sana kehidupan dan kelangsungan hidup manusia masih berlangsung.

Lalu sekarang kau akan dimasukkan kedalam first dimension atau kami menyebutnya the top of phyramid, karena sebenarnya urutan demensi – demensi ini kami gambarkan dengan bentuk pyramid.

Di demensi ini, hampir semua orang memiliki kekuatan seperti di demensi mu yang pertama, namun pusat energy dan nama nya berbeda. Di demensi mu sebelumnya kalian memiliki cakra dengan pusat energy yang berada di perut. Namun di demensi ini mereka mempunyai energy yang bernama mana dan berpusat pada dada mereka. Jadi kalau dulu kau menyebutnya jutsu di sini kau akan menyebutnya dengan sihir.

Selain itu mungkin saat kau masuk ke demensi ini kau akan menemui orang – orang yang mirip atau bahakan sama persis dengan orang – orang yang ada di demensi pertama mu karena pada dasarnya, setiap demensi memang di isi oleh orang yang sama, hanya mereka biasanya berbeda penampilan (cara berpakaian atau takdir) atau berbeda kepribadian.

"Jadi begitulah demensi yang akan kau datangi nanti Namikaze Naruto," ucapnya sekaligus mengakhiri penjelasan panjang dan rumitnya. Namun entah kenapa aku mengerti itu.

"Kalau begitu apa aku akan bisa menggunakan mana juga seperti yang kau jelaskan di atas," tanyaku dengan nada kurang tertarik.

"Tentu dan sebagai dispensasi kau akan kuberikan dua permintaan. Satu permintaan tentang kemampuan yang akan aku tanamkan padamu dan juga permintaan kedua adalah tentang apa yang akan kau bawa ke demensi itu. Terserah padamu kau ingin meminta senjata terkuat atau partner terkuat sekalipun dan kemampuan apapun," ucapnya dengan senyuman mengembang di wajahnya.

'Huh, apa – apaan senyuman itu. Dia kira aku iklas apa pergi kesana?' pikirku dengan nistanya tanpa mempedulikan dia akan membaca pikiran ku atau tidak.

Tapi jujur aku sedikit tertarik dengan ucapannya tadi dengan memberikan ku sebuah kemampuan dan satu senjata terkuat atau partner yang akan ku bawa.

"Pikirkanlah dulu apa yang akan kau minta sebelum kau benar – benar berkeputusan jangan sampai kau menyesal dengan berpikiran membawa ku sebagai partner karena aku tidak bisa bertarung atau yang lainnya," ucap Mio dengan Naga yang terdengar di buat – buat senang karena aku memang berfikir untuk membawanya tadi.

"tapi -…. Kau bilang aku bisa memilih kemampuan ku sendiri apapun itu dan meminta senjata atau 'PARTNER' yang kuinginkan bukan," ucapku dengan menekan kata – kata 'partner'.

"Y-ya, tentu saja," entah kenapa aku sedikit terhibur ketika melihatnya gugup seperti it.

"Kalau begitu aku memilih…"

TO BE CONTINUE

Yo minna salamkenal ore Kazekyo desu, panggil saja kaze. Sebelumnya terimakasih sudah membaca fic gaje saya ini yang kalian pasti tau terinspirasi darimana fic gaje ini kan. Yap ini trinspirasi dari KONOSUBA. Tapi Cuma awal nya saja kok chap berikutnya itu murni dari karangan author sendiri. (walau gak yakin si)

Soal kemampuan dan apa yang akan Naru bawa apa ada saran?

Sebenernya Author udah siapin si apa yang akan di minta sama Naru, tapi mungkin pendapat Reader-sama sekalian lebih baik dari apa yang Author inginkan jadi. Silahkan corat cotet di kolom review.

DON'T FORGET TO GIVE ME REVIEW

TO MAKE THIS FIC BETTER THAN BEFORE

ACCEPT ANY FLAME AND EVRYTHING.

BUT BEFORE I LOGIN OUT I WANT TO SAY

MARHABAN YA RAMADHAN.

REVIEW BELLOW

V

VV

VVV

V