Disclamer Naruto tentu saja milik Masashi Kishimoto.

Saya pinjam tokoh game MM milik Cheritz.

Pairing Han Jumin x Haruno Sakura. Saya peringatkan banyak typo bertebaran.

Selamat menikmati saja ya...

-Sakura Pov-

Kringgggggggg!

Abaikan.

Kringgggggggg!

Tutup tubuh dengan selimut.

Kringgggggggg!

Tutup kedua telinga dengan bantal.

Kringggggggggggggggggggg!

ARGHHHHHHHHHHH SIAL!

"ALARMM SIALANNNNN!" Dengan mata yang masih menahan kantuk yang luar biasa, aku mengambil alarm dan membuangnya ke lantai kamar.

Klotak!

Rasakan! Aku tidak peduli meskipun pecah berkeping-keping. Akhirnya… Sunyi….Tak ada lagi bunyi. Aman.

Oh terima kasih TUHAN akhirnya aku bisa terbebas dari bunyi alarm sialan itu dan melanjutkan mimpi dimana aku bisa memiliki uang banyak. Meskipun itu hanya mimpi. Tapi tak apa, daripada tidak sama sekali.

Sekejap aku memejamkan mata yang masih sangat mengantuk. Terkutuklah kau Ino pig. Ini semua gara - gara dia memaksaku mendengarkan kisah cintanya yang baru dengan seorang seniman yang bernama Sai, padahal hubungan mereka masih belum seminggu, orang kalau sudah terkena sindrom cinta pasti lupa waktu.

Cinta? Buat apa ngurusin yang begituan? Cinta cuma membuat seseorang gila. Persetan dengan cinta. Cinta membuatku muak. Daripada mengurus hal-hal berbau cinta, mending bekerja mencari uang yang banyak biar jadi orang kaya. Emang orang mau makan pakai cinta? Masa mau membeli baju pakai cinta, makan pakai cinta, beli barang bermerek pakai cinta. Beli itu pakai duit bukan pakai cinta. Kalau semua bisa di beli dengan cinta, aku pastikan setiap orang yang berjualan akan bangkrut.

Mengenai tentang bekerja, aku bekerja,

Tunggu...

Mana ponselku?

Kringgggggggggg..

Sialan, suara alarm itu lagi. Bukannya sudah aku lempar? Kenapa masih saja berbunyi?

Dengan rasa kesal yang luar biasa, aku meraihnya. Ada perasaan aneh saat aku meraih benda yang berbunyi ini. Bukannya alarmku sudah kubanting? Dalam keadaan mata setengah watt, aku mencoba melihat benda yang ada di tanganku. Emeraldku terbuka lebar, mataku tiba - tiba melek 1000 persen. Mana mungkin alarm ku masih utuh? Benda apa yang ku lempar tadi?

Jantungku berdekup kencang, seolah ada sebuah benda beton yang melingkar di leherku. Aku mencoba mengarahkan pada benda yang kulempar tadi. Dan, aku ingin menghilang dari muka bumi ini saat menyadari benda yang ku lempar tadi.

Dengan kecepatan halilintar aku melesat untuk memungut benda itu.

"Huwaaaaaaa ponselku! Hiks!"

Bodoh! Bodoh kau Sakura! Dengan tangan yang lemas aku memungut ponselku yang keadaanya mengenaskan. Hiks! Padahal aku cuma punya satu ponsel. Jadi yang tadi ku lempar itu ponselku. Pasti tadi Ino yang menelepon. Tunggu dulu, jam berapa sekarang?

Aku melangkahkan kaki menuju ke meja nakas untuk melihat waktu.

Tik, tok, tik, tok...

"UAPAAAAAAAAAAAAAA? JAM 8!"

Tanpa menunggu lama aku langsung melesat ke kamar mandi. Cuci muka, gosok-gosok, sikat gigi. Sudah! Tinggal pakaian, halah pilih asal aja yang penting sopan dan cocok. Ok Semua sudah beres tinggal make up! Ah bodo amatlah meskipun tanpa make up Sakura haruno tetaplah wanita cantik di seluruh jepang.

Hening

Kata ibuku yang di alam baka sana.

Sudah siap semua, tunggu dulu bercermin siapa tau ada beleknya. Kan jadi ilfeel masa cantik - cantik ada beleknya?

Sempurna, sekarang lariii.

Menuju parkiran basement.

.

.

.

Hari ini aku ada janji menginterview seseorang, seseorang yang sangat berpengaruh di korea selatan. Namanya Han Jumin, dia adalah orang yang menciptakan sebuah game Mystic Messengger yang di gilai cewek di seluruh Korea bahkan dunia. Game ini cocok banget buat para jombloers atau yang punya kekasih tapi di abaikan. Entalah aku tidak tahu cara kerja aplikasi game ini karena aku sendiri belum pernah memainkan game ini, meskipun aku seorang jomblo. Mana sempat aku memainkan game ini, hari - hariku di penuhi kegiatan. Baru kalau ada game yang bisa ngeluarin uang aku download dah.

By the way, soal Korea? Yep! Aku tinggal di Korea sudah lebih setahun lalu, aku bekerja sebagai seorang jurnalis di sebuah tabloid di Korea. Sebenarnya aku tidak ingin merantau di negeri orang tapi ada suatu alasan yang membuatku menerima tawaran bekerja di korea karena masalah.

Cinta.

Duh kenapa cinta lagi? Ada gak sih yang tidak berhubungan dengan Cinta? Duit misalnya? Aku ingin mengumpulkan duit dan melupakan masalah cinta yang membuatku sial! Sial dan sial! Sudahlah lupakan masalah cinta lebih baik cerita tentang pekerjaanku saja.

Pekerjaan jurnalis tu, sering mewancari orang - orang terkenal. Orang terkenal bukan hanya artis saja, tapi seperti tokoh politik, presiden bahkan orang yang berpengaruh di korea. Orang miskin juga bisa terkenal asalkan bisa menciptakan sebuah alat yang luar biasa. Contohnya, menciptakan daun yang bisa berubah jadi uang. Memang ada alat seperti itu? Kenapa ceritanya malah ngelantur gini, oke kembali ke cerita.

Semua sudah pernah aku wawancari, cuma satu yang belum pernah aku wawancari seumur hidup...Orang mati. Hahaha. Ah guyonan apa lagi ini? Di bilang kembali ke cerita.

(Hei author seblak jangan ngelantur gini ceritanya, entar di tinggal pembaca Lu, ngulur waktu aja.)

Baiklah author minta maaf, ok kita kembali ke cerita.

Yang terpenting sekarang fokus pada orang yang aku wawancarai. Kalau gagal mewancari Han Jumin, tamatlah riwayatku. Dengar-dengar Han jumin adalah seorang pria yang perfeksionis dan tepat waktu. Telat 1 detik saja dia tidak akan menerima sesi wawancara. Bagaimana dengan aku yang telat lebih dari 30 menit. Hell No! mungkin aku akan pulang ke Jepang. Awas kau Ino, kalau sampai aku di pecat kau harus tanggung jawab.

Sebenarnya aku penasaran sama game ini. Masalahnya game ini menggunakan nama asli dia, perusahannya juga di cantumkan. Sifat dia juga di ceritakan dalam game ini, kekayaan juga bahkan nama temen asli dia dicantumkan. Banyak misteri yang terdapat dalam game ini. Apa dia menciptakan game ini untuk mencari jodoh buat dia? Mencari - cari gadis mana yg cocok menjadi kekasihnya? Woahhh, hebat seperti kontes saja, gila..benar - benar gila.

Dan ini adalah kesempatanku untu mengorek lebih jelas karena Han Jumin adalah orang yang sangat susah untuk di wawancarai secara langsung. Bisa dibilang ini adalah keberuntunganku yang juga menjadi hari kesialanku karena terlambat.

Dengan kekuatan penuh, aku mengijak pedal gas. Mobil tua ini terseok - seok. Biarlah urusan rusak belakangan, aku bisa kas bon di kantor, itupun kalau aku masih bekerja.

Beberapa menit kemudian mobil tua forceku tiba di perusahaan Han Jumin. Tambahan dia juga seorang presdir sebuah perusahaan C&R. Gila! Kaya sekali dia. Lebih kaya dri mantanku. Mantan? Eits jangan kaget, gini - gini aku pernah punya mantan orang kaya. Tapi itu dulu, jangan ingat dia lagi. Lupakan! Aku tidak mau mengingatnya. Kita fokuskan aja perhatian kita pada gedung di depanku ini. Satu kata buat menggambarkanya. Woahhhh! Hebat. Gedung ini berbeda dari gedung lain, biasanya gedung lain berbentuk seperti kubus, tapi gedung ini berbeda, berbentuk seperi bundaran mirip stadion bola, namun lebih lebih elegan dan berkelas. Yang membedakan mungkin tidak ada lapangan bola di dalamnya, tapi siapa tahu! Sudahlah lupakan bentuk gedung ini, mau berbentuk kerucut, trapesium, persegi atau yang lainya yang penting tidak roboh. Aku masih terpaku memandang gedung yang berdiri megah di hadapanku, Ini pasti yang punya orang kaya, yaiyalah masa orang miskin. Ada-ada saja!

Sebelum masuk ke dalam gedung, aku memastikan semua barang yang aku butuhkan tidak ada yang ketinggalan. Ok! Semua sudah lengkap, let's go! Sekali lagi aku memastikan waktu di jam tanganku. Gila hampir satu jam. Dengan langkah seperti di kejar masa aku menuju perataran gedung lobi. Busyet! Emeraldku melonjak lagi, gedungnya benar-benar mewah. Lama-lama mataku sakit melihat keindahan kedung ini. Lihatlah, aku disambut pintu kaca besar yang memutar, kacanya bening sampai pori sekecilpun bisa terlihat. Sebelum masuk, aku sempatkan diri bercermin, menelisik penampilanku terlebih dahulu. lumayan lah. Rambut yang digelung asal-asalan dengan poni menyamping, baju yang lumayan rapi dengan setelan celana jeans dan kaos dipadu sweater berwarna hijau, tak lupa tanda pengenal yang mengantung di leher. Ok semua pas, kemudian aku masuk ke dalam gedung lobi. Di dalamnya lagi lebih terpana. Lobi dalam perusahaan ini sangat luas, temboknya di domisi cat warna cream, terdapat beberapa lukisan antik yg tertempel di dinding tersebut. Pasti harga lukisannya mahal, Emeralku mengedar. Bermaksud mencari resepsionis. Tapi.. Aneh! Ini kuburan? Apa perusahaan? Orangnya pada kemana? Jangan-jangan berubah jadi zombie seperti film-film yang aku lihat. Aku mencoba mencari seseorang namun nihil. Masa cuma aku doang sih pengunjungnya, apa aku salah masuk? Aku cek sekali lagi, bener kok di belakang resepsionis terpampang tulisan dengan jelas C&R. Aku tidak salah masuk.

Dalam kebingungan, aku melihat beberapa orang bersetelan jas berjalan menuju resepsionis, nampak seorang security mengawal mereka. Ada yang aneh, kelihatan sedang mencari - cari sesuatu.

Tanpa ragu aku menghampiri mereka.

"Ehemmm! Permisi," sapaku sopan.

Mereka hanya mendongak sebentar melihatku. Lalu kembali ke aktivitas semula. Bahkan lebih parah, Mereka mengacak pot bunga sambil memanggil nama "Elizabeth."

Elizabeth? Siapa dia? namanya seperti putri kerajaan jaman dahulu. Apa Elizabeth adalah rekarnasi dari putri raja Louis yang berubah jadi makhluk yang tinggal di pot bunga? tanyaku bingung. Kembali aku mencoba bertanya pada mereka.

"Maaf, boleh saya bertanya? Dimana ruang asisten nona Kang? Saya ada janji bertemu dengan beliau," ucapku yang masih tidak mengurangi rasa sopan.

"Kamu, tidak melihat kami sedang sibuk nona? Jika kami tidak menemukan Elizabeth 3rd kami bisa di pecat!" Jawab salah satu dari mereka dengan wajah kesal dan sinis. Aku ingin sekali menendang bokong orang ini, kurang ajar sekali dia, ditanya baik - baik malah jawabanya tidak memuaskan.

"Eli, di mana kau ayo keluar! Aku punya sosis paling enak ck..ck...ck Eli sayang...keluarlah.!"

"hei, Kim. jangan memanggilnya begitu. kalau sampai presdir Han mendengar, kau bisa dipecat," protes salah satu temenya. orang yang di panggil Kim mendengesus kesal. lalu ia memanggil nama 'Eli' dengan lengkap.

Aku benar - benar sweat drop mendengarnya, Orang - ini pada gila. Aku memutar bola mata bosan. Terserah mereka mau cari Eli, Aki, Eno, Eni, aku tidak peduli. Daripada diam di sini terus lebih baik aku pergi dari tempat terkutuk ini, mencari keberadaan nona Kang. Dan sialnya aku tidak bisa menghubunginya, tahu sendirilah hp hancur. Dobel sial!

Aku berjalan menuju lift, menerka nerka di mana ruang nona Kang berada. Nona Kang adalah asisten Han Jumin. Jadi...aku simpulkan ruangan dia dan Han Jumin pasti lantai paling atas. Jari lentikku tanpa ragu memencet nomor 30 karena hanya itu nomer yang paling tinggi.

Ting!

Pintu lift terbuka. Segerombolan orang keluar dari dalam lift dengan tergopoh-gopoh. Semuanya nampak terlihat cemas dan pucat. Mereka sama saja dengan beberapa orang yang kutemui tadi. Malah ini errrrr...lebih gila. Masa ada yang membawa daging, ikan, burger bahkan ada yang bawa wine sambil berteriak nama Elizabeth 3rd. nama itu lagi? Satu pertanyaan dalam benakku, 'dia' itu siapaaa?

Arghhhhhh! lama-lama aku bisa gila disini. Dengan langkah segera aku masuk ke dalam lift dan cepat pergi dari tempat gila ini.

Ting! Pintu lift tertutup. Nunggu beberapa menit akhirnya aku sampai di tempat tujuan. Aku melangkahkan kaki keluar dari dalam lift dan di sambut dengan pemandangan aneh, tempat apa ini? Di hadapanku ini banyak sekali barang-barang yang tidak terpakai alias bekas. Ada sofa, komputer, meja, kursi, AC. Beneran ini barang bekas? Sepertinya bukan, barang-barang ini masih kelihatan bagus. Aku tertarik dengan sofa berwarna beludru. Tidak apa-apa kan aku mencoba duduk. Wah, beneran masih bagus. Kalau aku selesai wawancara aku mau minta ini pada nona Kang, lumayan buat penganti kursi sofaku yang udah bulukan. Tunggu dulu? Aku melupakan sesuatu, gawat wawancara? Aku harus segera menemui nona Kang. Saat aku bangkit tiba-tiba terdengar suara yang begitu familiar di bawah kaki.

"Meong~~~meong~~~"

Kucing?

Masa ada kucing? Kalau memang beneran kucing bisa gawat. Aku paling takut dengan makhluk satu itu. Tapi masa ada kucing di tempat seperti ini.

"Meong...meong..."

Suaranya terdengar lagi dengan jelas, benar suara kucing. Aku masih berdiam diri di tempat. Ada sesuatu benda yang menyentuh kakiku. Geli-geli gimana gitu.

"Hehehe...ge...li..."

Meong! Meong! Suara kucing lagi dan tunggu sepertinya suaranya terdengar semakin nyaring. Perasaanku tidak enak. Dengan memberanikan diri aku melihat ke bawah, aku ingin pingsan seketika saat melihat sosok putih dengan warna mata biru melihatku dengan wajah memelas.

"OMO! KUCINGGGGGGGGGGG!"

Aku berteriak lari ketakutan di dalam gudang ini. Kucing itu terus mengejarku dan mengeong tiada henti.

"Tolonggggggg !seseorang tolonggghh akuuuu."

Saat aku berlari menuju pintu lift dan ingin memencet tombol.

Ting!

Pintu lift terbuka lebih dulu. Nampak seorang petugas cleaning service menatapku curiga.

"Tolong aku...hosh..hosh...ada ku...cing."

"Apa? Kucing? Dimana?" Tanya cleaning service dengan rasa penasaran yang tinggi

"Di situ." Aku menunjuk ke bawah, kucing putih itu menggosokkan kepalnya pada kakiku. Meskipun memakai sepatu tapi masih terasa geli. "Hush! Hush! Sana pergi!"

"Elizabeth!" Teriak cleaning service dengan wajah berbunga-bunga seperti menemukan suatu harta karun yang sangat berharga.

Aku bingung. Jadi, ini yang namanya Elizabeth? Kucing? Cuma gara-gara kucing semua orang di perusahaan ini pada kalang kabut? Apakah bumi sudah berbentuk bulat? gila! benar - benar gila.

Kembali aku memperhatikan cleaning service yang mencoba mengambil kucing putih itu tapi apa yang kulihat, kucing itu menolak untuk di ambil. Malah dia menggeram marah.

"Jangan begitu Elizabeth, presdir pasti sangat senang kau ditemukan. Hayo ikut aku, aku punya sosis untukmu," bujuk cleaning service itu. Dan ajaibnya kucing itu masih tidak mau malah ingin mencakar tangannya.

Meong~~meong.

Aku melihatnya, wajahnya begitu memelas padaku, tatapan matanya sangat manja. OMO! Kenapa kucing ini tertarik padaku.

"Hei nona, bagaiman kalau kau menggendong, Elizabeth?"

"Uapaaaa? Kamu tidak tahu aku takut sama kucing?!"

Meong...

Kembali kucing sialan ini mengeluarkan suara memelasnya. Emang aku ibumu? Tatapku kesal pada kucing putih itu.

"Ayolah nona, presdir Han pasti senang dan kita akan mendapatkan hadiah. Kita bagi dua, bagaimana?" Cleaning service itu mencoba merayuku. "Hadiahnya besar lho, 1 juta won." Tambahnya dengan memainkan kedua alisnya ke atas.

"Sa...tu...ju...ta...won?" Aku ingin Pingsan mendengarnya. Hanya demi kucing rela mengeluarka uang sebanyak itu. Yang benar saja! Tapi tunggu dulu, dia menyebut presdir Han? Jadi aku bisa bertemu denganya dong. Asik sambil menyelam minum air.

"Oke aku setuju, apa yang harus aku lakukan?"

"Gendong Elizabeth, dan kita akan segera pergi ke ruangan presdir Han."

Seketika duniaku seakan runtuh.

.

.

.

Baru kali ini aku mengalami 20 menit dalam hidupku yang membuatku ingin tenggelam dalam peredaran tata surya. Seorang Haruno Sakura menggendong kucing, hanya demi bertemu dengan presdir terkaya seantero korea selatan. Benar - benar kacau hidupku.

Wajahku sudah pucat tak karuan, hidung memerah. Bukannya apa, aku alergi terhadap bulu kucing. Tapi demi bertemu dengan manusia super kaya dan hadiah yang sangat menggiurkan aku rela menggendong kucing ini.

Dengan uang itu aku bisa berobat dan membeli hp baru. Yeahhh bertahan sakura. Sekarang aku berdiri mematung di ruangan presdir Han. Shanaroooo! Ruangannya mewah banget. Semua dindingnya dicat warna grey. Tak banyak barang di ruangan ini hanya terdapat satu set kursi sofa, televisi LED berukuran 80 inc yang menempel pada tembok serta Sepasang meja kerja yang terlihat elegan dan mewah. Meja kerja itu membelakangi kaca jendela besar. Tempat ini persis seperti film fifty shades of grey. Apakah aku bernasib seperti Anna? Mengalami cinta BDSM. Hiyy ngeri juga seandainya aku di perlakukan seperti itu, aku tidak mau. Tentang BDSM di game itu diceritakan juga. Aku tahu dari Ino waktu dia main game MM (perhatian, sebelum Ino punya pacar, dia adalah maniak game Mystic Messenger dan gadis blonde itu sangat tergila-gila dengan Han Jumin. Di dalam game itu Ino sampai BDSM-an dengan Han Jumin, gila aja!). Aku sampai merinding membayangkannya. Kenapa aku berpiran mesum begini? Arghhhhh otakku sudah konslet. Daripada berpikiran aneh, mending aku arahkan saja pandangan mataku menelisik ruangan ini. Pemandangan kota Seoul terlihat jelas sekali jika di lihat dari ruangan ini. Satu kata untuk menggambarkanya. INDAH! Aku rela seharian berdiam diri di sini. Kenapa aku norak sekali, pdahal mantanku dulu seorang pengusaha tapi belum pernah sekalipun aku melihat ruang kerjanya. Aneh kan?

"Jadi kalian sudah menemukannya?" Seruan seseorang dari arah belakang membuatku terkejut. Suarnya serak dan berat. Lelaki banget! Kucing yang ada dalam gendonganku langsung meloncat turun. Mengeong menghampiri sosok yang berjalan di belakangku. Ahhhh! Akhirnya aku terbebas juga dari kucing sialan itu.

"Elizabeth 3rd?! Kamu baik - baik saja?"

Aku masih tidak berani melihatnya. Sepertinya dia menggendong kucing itu dan menciumnya. Hiyyy...merinding membayangkanya.

Tap!tap!tap! Langkah kakinya menuju ke tempat meja kerjanya. Kami membungkukkan badan saat presdir Han tepat di hadapan kami. Namun aku masih belum berani melihat wajahnya.

"Siapa yang menemukannya?"

"Saya presdir Han," aku cleaning service ini. Aku mengarahkan pandangan padanya, dan memberi isyrat supaya dia jangan ngaku2. Tapi cleaning service sialan ini nampak tidak peduli.

Shanaroooo! Minta di hajar ni orang.

"Oh jadi kau?"

Aku mencoba memberanikan diri melihat pria bersuara serak dan berat itu yang katanya presdir Han. Woahhhhhh! Bukan kekaguman yang aku dapatkan tapi rasa kesal,kecewa dan segala umpatan keluar dari dalam diriku. Kenapa ini bisa terjadi...

TUHAN!

Pria ini, pria yang menyenderkan pinggulnya dengan memakai setelan jas yang sangat rapi sambil menggendong si kucing sialan ternyata,

mirip mantanku.

Benar apa yang di katakan oranga kalau kita mempunyai saudara kembar yang sama di belahan dunia ini. Shanarooo! Apa-apaan ini? Aku ingin sekali menghilangkan semua tentang mantanku kenapa malah di pertemukan dengan orang mirip dengan dia? Nyuttt! Hatiku terasa sakit jika mengingatnya. Tidak! Tidak! Aku harus kuat. Kau harus kuat Haruno Sakura!

"Hmmmmm...asisten Kang, beri dia 2 juta won."

Aku membulatkan mata tak percaya. Shanarooo! Cleaning service yang berdiri di sampingku ini terseyum lebar. Aku juga ingin tersenyum lebar dan berteriak gembira, kalau di bagi dua wahhhh sisanya masih banyak asekkkk.

Seorang wanita yang dipanggil asisten Kang, menyerahkan sebuah cek yang berisi uang pada cleaning service. Tentu saja cleaning service itu menerimanya dengan senang hati. Aku mencolek dia memberi kode supaya uangnya jangan lupa di bagi denganku sesuai perjanjian. Tapi apa? dia cuma melirikku dan dengan santainya pergi begitu saja setelah memberi hormat dan mengucapkan terima kasih. Aku jadi bingung? Emeraldku terus menatap cleaning service itu sampai menghilang di balik pintu. Tapi, sebelum ia benar-benar menghilang, ia menunjukkan ceknya padaku dan mengucapkan terima kasih melalui isyarat bibir sambil menyeringai senang. Jadi...

Shanarooooo! Aku di tipu. Awas kau cleaning service brengsek aku akan mencarimu. Lihat saja nanti. Aku menahan amarah yang luar biasa.

"Dan kau...siapa nona? Kenapa kau masih di sini?"

Suara serak nan berat membuatku terkejut. Aku mengarahkan kepalaku padanya. Tatapan matanya begitu tajam seperti menilaiku. aku benci tatapan itu. Tapi aku berusaha mengabaikan jika ini bukan karena tugas, aku sudah pergi dari sini.

Aku berjalan mendekat padanya. "Haruno, Sakura. Orang yang sudah berjanji mewancarai anda."

Aku mengulurkan tangan dengan gugup. Hatiku berdegup kencang, saat melihatnya lebih dekat. Sejenak dia memperhatikanku sebelum tangannya menyambut uluran tanganku. Hemmmm...ramah juga dia. Dingin itulah yang aku rasakan saat menyentuh telapak tangannya walaupun hanya sebentar.

"Asisten Kang, memangnya aku punya janji dengannya?" Tanyanya dengan menunjukkan telunjuknya padaku.

Seorang wanita berpakaian setelan kantor dengan model rambut pendek mirip potongan lelaki mendekat ke arahnya, lalu memeriksa jadwal. Dahinya sedikit mengkerut.

"Emmm...Anda memang ada janji presdir, tapi itu sudah satu setengah jam yang lalu." Jelas asisten Kang. Presdir Han, manggut - mangut seperti menimang sesuatu.

"Ok! Aku paling tidak suka dengan orang yang tidak tepat waktu, jadi silahkan kau meninggalkan ruanganku nona...Haruno."

"A...pa...?" Aku membulatkan mata tak percaya. Aku tarik ucapanku kalau dia ramah. "Tolong, tuan Han. Ini adalah wawancara yang penting. Aku bisa di pecat."

"Bukan urusanku!" ucapnya ketus.

TUHAN... Aku ingin menendang bokong orang ini.

"Asisten Kang, antar aku ke dokter hewan langganan kita. Elizabeth 3rd harus mendapatkan perawatan yang terbaik." Ucapnya dengan mengelus si Eli dan mendekapnya posesiv. Gila! Seperti kekasihnya saja. Jangan - jangan si Eli istrinya, aku memutuskan memanggil kucing sialan itu dengan 'Eli' saja. Habisnya nama kucingnya susah.

"Nona kang, tolong saya..." Aku mencoba memohon pada nona Kang, tapi dia hanya menggeleng lemah.

"Maafkan saya, nona Haruno. Sebaiknya anda pulang. Presdir Han sangat tepat waktu dan kami harus mengantar Elizabeth 3rd ke dokter hewan," ucap asisten Kang dengan nada menyesal.

Tamatlah riwayatku! Mungkin saatnya aku pulang ke Hokkaido dan membantu ayah bertani.

"Ayo asisten Kang, Elizabeth 3rd tidak bisa menunggu lagi," perintahnya tegas.

Orang kaya yang brengsek itu mengingatkan asisten Kang. Shanarooo! Aku benci orang kaya. Tau gitu aku tidak menolong kucingnya, biarkan saja dia mati di gudang, kelaparan dan menjadi santapan tikus.

Keduanya beranjak dari tempat menuju pintu keluar. Meningalkanku sendirian dengan nasib yang tak pasti. Tamatlah riwayatku, ayah aku pulang ke Jepang.

Meong~~~meong

Dalam kekalutan, aku mendengar suara kucing mengeong di bawahku. Eli? Bukannya dia dalam dekapan presdir Han? Eli masih mengeong di area sekitar kakiku. Aku jadi geli.

"Hush! Hush! Pergi!"

Tapi kucing ini masih saja tidak beranjak malah menatapku dengan mata birunya yang memelas. Seperti...errrr ingin digendong.

"Elizabeth 3rd, jauhi gadis itu?!" ucap Jumin Han yang kini tepat berdiri di hadapanku dengan wajah yang penuh tanda tanya. Matanya yang tajam terus melihat ke arahku. Jangan tatap aku seperti itu lagi.

Tapi si Eli masih tidak mau beranjak, dia masih berputar - putar di sekitar kakiku.

Meong~~~meong.

Kucing itu masih mengeong dengan suara iba. Aku tidak tega saat mendengar si Eli mengeong dengan tatapan memohon. Aku menarik napas gusar mencoba menghilangkan rasa ketakutanku. Entah ada magnet apa, kedua tanganku terulur untuk meraih kucing sialan ini, shanarooo ! Sekali lagi aku harus menahan rasa kematianku.

.

.

.

JUMIN POV

Inilah hari tersialku selama aku hidup. Elizabeth 3rd kucingku tiba - tiba mengilang. Rasanya aku ingin mati saja dan menghilang dari peredaran bumi ini. Seluruh karyawan perusahan aku perintahkan untuk mencari Elizabeth 3rd, jika ada yang menemukannya aku rela menukarkan seluruh hartaku. Berlebihan memang, tapi itulah diriku, karena Elizebeth 3rd sangat berharga lebih dari apapun. Semua jadwal rapat penting terpaksa aku cancel dan aku tidak perduli tentang itu. Yang terpenting Elizebeth 3rd di temukan.

"Presdir, Han!"

Aku tersentak dari lamunan dan mengarahkan arah pandanganku pada seseorang yang memanggilku. Ah! Ternyata asisten Kang. Nama aslinya Jaehee Kang ia sudah lama ikut denganku. Semua jadwal dan kegiatanku di atur olehnya. Karena pikiranku sedang kalut, aku sampai tidak mengenal suara Jaehee. Elizabeth 3rd benar - benar membuatku khawatir.

"Ada apa, Jaehee?" tanyaku penasaran. Aku biasa memanggil nama kecilnya saat kami sedang berdua atau hanya bersama orang-orang terdekatku. Begitupun sebaliknya.

"Elizabeth 3rd, sudah ditemukan!" ucap Jaehee dengan wajah yang bahagia. Aku membulatkan mata tak percaya.

"Benarkah?" balasku tak kalah bahagia, "di mana dia sekarang? Apa Eli baik - baik saja?"

"Ayo ke ruanganmu, Elizabeth 3rd ada di sana."

Tanpa menunggu waktu aku berjalan mendahului Jaehee. Mungkin Jaehee menggelengkan kepala melihat ulahku yang tidak sabaran. Mau bagaimana lagi Elizabeth 3rd sangat penting!

"Elizabeth, kau tidak apa - apa?" tanyaku saat tiba di ruanganku.

Meong...meong...

Aku mendengar suara Elizabeth 3rd, kucing kesayanganku berlari ke arahku dan memandangku dengan tatapan kerinduan. Oh, berpisah sebentar dengan Elizabeth 3rd bagaikan setahun. Dan aku berterima kasih Pada TUHAN karena melihat Elizabeth dalam keadaan baik - baik saja. Elizabeth 3rd mengibaskan ekornya ke sana kemari, tanpa ragu aku meraih dan menaruhnya dalam dekapan lenganku. Memeriksa seluruh anggota tubuhnya takut ada yang terluka. Aman! Aku melangkahkan kaki menuju depan meja kerjaku dan menyandarkan pinggulku pada pinggiran meja.

"Siapa yang menemukan, Elizabeth 3rd?" tanyaku yang entah pada siapa.

"Saya, presdir!" sahut seseorang. Aku mengarahkan atensiku padanya. Ia memberi hormat, Sejenak, aku memperhatikan penampilanya yang ternyata seorang cleaning service. Jadi yang menemukan kucingku dia. Aku berfikir sejenak.

"Oh jadi kau?" Aku menatapnya. "Hmmmmm...asisten Kang, beri dia 2 juta won." ujarku tanpa pikir panjang. Bagiku uang segitu tidak ada apa-apanya di banding Elizabeth 3rd.

Tak berapa lama asisten Kang memberiku sebuah cek lengkap dengan sejumlah uang yang aku sebutkan tadi, lalu memberikan pada clening service tersebut. Ia terlihat berbinar dan mengucapkan terima kasih serta memberi hormat, setelahnya ia langsung pergi dari hadapanku.

Sekali lagi aku memeriksa tubuh Elizabeth 3rd, aku khawatir tubuhnya membawa kuman yang di tularkan cleaning service tadi, aku harus membawa Elizabeth 3rd ke dokter hewan terbaik di seluruh korea selatan. Namun entah kenapa ada yang menganjal dalam ruangan ini, aku merasa ada seorang makhluk lagi. Dan dugaanku benar saat asisten Kang menyentuh pundakku dan memberi petunjuk melalui isyarat mata. Asisten Kang mengarahkan pandangan matanya pada seseorang yang berdiri mematung dengan menghadap pintu keluar ruanganku. Sepertinya dia terlihat kesal saat memandang cleaning service itu keluar ruangan.

Aku memperhatikan gadis ini, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki dan sedikit mengangkat sebelah alisku saat pandanganku jatuh pada warna rambutnya. Pink? Unik, itu beneran warna rambutnya? Apa dia mengecatnya. Perasaan gadis ini tidak asing bagiku. Aku pernah melihatnya, tapi di mana?

"Dan kau...siapa nona? Kenapa kau masih di sini?" tanyaku curiga.

Gadis itu tersentak dan mengarahkan pandanganya padaku. Deg! Warna matanya mengingatkanku pada seseorang...

Ia tersenyum padaku lalu berjalan menghampiriku mengulurkan sebelah tangannya. "Haruno Sakura. Orang yang ada janji mewancarai anda." Sesaat aku menatap gadis ini, sebelum menerima uluran tanganya. Mata hijau itu menatapku dengan...entalah ada suatu gambaran yang sangat sulit aku baca pada gadis ini. Biasanya gadis yang berhadapan langsung denganku menatapku dengan pandangan 'menginginkan' seoalah-olah aku siap dijadikan santapan dengan pisau dan garpu yang menusuk seluruh permukaan kulitku. Ngeri juga membayangkan. Namun, gadis ini berbeda.

Ada rasa aneh saat telapak tangan besarku bersentuhan dengannya, sulit untuk digambarkan. Aku merasa sangat nyaman saja. Buru-buru aku segera menyudahi acara bejabatan tangan, aku takut sesuatu yang tidak kuinginkan akan terjadi. Tapi...tunggu dulu, gadis ini...errrr siapa namanya tadi? Sakura? Ya Sakura..dia orang jepang? Namanya seperti bunga khas kebanggan negeri matahari terbit. Jika memang Sakura orang jepang, bahasa koreanya lumayan. Jadi semakin penasaran sama dia.

Aku kembali mencerna penjelasannya...dia menyebutkan kata 'wawancara'. Apa dia seorang jurnalis? Kembali aku memperhatikan gadis yang masih berdiri mematung di hadapanku. Sekilas aku membaca lencana yang menggantung pada lehernya yang jenjang 'Seoul Times' itu kan tabloid terkenal, aku mencoba mengingat jika punya janji dengan tabloid tersebut.

"Asisten Kang, memangnya aku punya janji wawancara?" aku memastikan, bertanya pada Jaehee soalnya dia yang tahu semua jadwalku.

"Emmm...Anda memang ada janji presdir, tapi itu sudah satu setengah jam yang lalu." jelas Jaehee. Sakura semakin pucat.

Butuh satu menit aku mengingatnya, sekarang aku ingat, aku sudah berjanji pada tabloit "Seoul times" untuk berwawancara. tapi, ada suatu syarat yang aku ajukan yaitu memilih sendiri dengan siapa aku mau berwawancara. Pihak sana, mengirimkan semua foto jurnalisnya dan pilihanku jatuh pada Sakura. Aku bersedia diwawancara asalkan gadis ini yang mewancaraiku. Pantas saja wajahnya tidak asing bagiku. Namun, sayang aku tidak suka pada orang yang tidak tepat waktu.

"Ok! Aku paling tidak suka orang yang tepat waktu, jadi silahkan kau meninggalkan ruanganku nona...Haruno." Mungkin ia akan pingsan mendengar ucapanku, terbukti wajahnya semakin pucat. Mata hijaunya membulat penuh.

"A...pa...?"Matanya melebar, "Tolong, tuan Han. Ini adalah wawancara yang penting. Aku bisa di pecat." ujarnya dengan memohon.

"Bukan urusanku!" balasku tidak perduli. Benar kan, mau di pecat atau tidak itu urusan dia. Yang terpenting sekarang adalah 'ELIZABETH'. Aku harus segera membawanya ke dokter. Tapi, Sakura belum menyerah ia meminta tolong pada asistenku. Sejenak Jaehee melirik ke arahku meminta pendapat, namun aku tetep pada pendirian.

Jaehee memberi penjelasaan pada Sakura bahwa aku benar-benar tidak bisa. Sakura nampak kelihatan kesal dan putus asa, mau bagaimana terima nasib saja! Buru - buru aku mengajak Jaehee yang masih peduli pada Sakura. Elizabeth 3rd harus segera di tangani. Kami berdua meninggalkan Sakura, namun pada saat langkah kakiku hampir menuju pintu keluar, tiba-tiba Elizabeth 3rd meloncat dari dekapanku dan pergi begitu saja berjalan menuju...

Gadis itu, Haruno Sakura.

Tentu saja aku terkejut setengah mati. Aku mengikuti Eli dari belakang begitupun Jaehee, kami berdua melihat apa yang akan Elizabeth 3rd lakukan selanjutnya.

Meong... meong, terdengar Elizabeth mengeong dengan menggosokkan kepalanya pada kaki Sakura. Meminta perhatian darinya. Namun apa? Sakura malah mengusirnya. Kurang ajar! Berani mengusir kucingku. Aku memincingkan mata pada Jaehee, memberitahu dia lewat isyarat supaya Segera mengusir Sakura. Tapi dia mengacuhkanku malah asik memperhatikan interaksi keduanya.

"Elizabeth 3rd jangan dekat - dekat dengan gadis itu!" seruku memperingatkan kucingku. Elizabeth 3rd mengacuhkanku. Ia menatap Sakura dengan pandangan memohon. Aku tahu arti tatapan itu, Elizabeth 3rd minta digendong! Sakura tidak mungkin menggendongnya karena gadis itu tidak suka kucingku. Ternyata dugaanku salah, Sakura meraih kucingku dan menggendong dalam dekapannya. Dan anehnya lagi, Elizabeth 3rd begitu nyaman dalam dekapan Sakura. Benar-benar gila! Ini kejadian yang luar biasa, sungguh keajaiban dunia! Elizabeth 3rd-ku tidak mungkin langsung suka pada orang yang baru di kenal. Sama Jaehee saja butuh waktu berbulan-bulan, sedangkan ini? Belum sehari Elizabeth 3rd mengenalnya sudah lengket begini. Apa Sakura punya suatu ilmu hitam? Aku harus hati-hati. Tapi, aku penasaran juga, kenapa Elizabeth sangat menyukai Sakura? Dan dengan berat hati aku memutuskan...

"Baiklah nona saya bersedia di wawancari oleh anda."

"Benarkah?!" tanya Sakura seakan tak percaya dengan mata emerald yang bersinar. Deg! Sekali lagi aku berdenyut saat melihat warna matanya. Aku hanya mengangguk, pertanda setuju. Kemudian mengajaknya duduk di sofa, Elizabeth masih meringkuk dalam dekapan Sakura dan tertidur dengan nyaman. Aneh, ya... Aneh.

Dengan agak tidak nyaman Sakura duduk di atas sofa. Aku memperhatikan dia, hidungnya memerah, apa dia alergi?

"Letakkan saja Elizabeth 3rd dia atas sofa. Dia tidak akan bangun." Sakura melihatku dengan tatapan 'benarkah?' dan anehnya aku mengangukkan kepala pertanda setuju. Ini lebih aneh! Seolah-olah kami terhubung dengan ikatan batin tanpa bicara langsung. Hahaha lucu!

Sakura menuruti perintahku, dengan hati-hati ia memindahkan Elizabeth dari dekapannya dan meletakkan di samping pahanya. Elizabeth hanya mengeliat sebentar lalu melanjutkan tidurnya dengan menyenderkan setengah badannya pada paha Sakura. Hebat juga Sakura memindahkan Elizabeth tanpa membuat terbangun. Wow! Sesuatu yang luar biasa.

Aku memanggil Jaehee untuk menyiapkan segala keperluanku dan setelahnya menyuruh Jaehee pergi dari ruanganku meninggalkan kami berdua. Sejenak kami berdua terdiam, Sakura mengeluarkan semua keperluan untuk sesi wawancara. Mulai dari buku, bulpen dan lain-lain. Aku terus memperhatikan gadis ini, wajahnya berubah seketika saat ia menyadari sesuatu yang hilang dari dalam tasnya. Apa yang terjadi? Tanyaku bertanya-tanya dalam hati.

"Maaf Tn Han, saya lupa membawa ponsel jadi saya tidak bisa memotret anda." ucapnya gugup. Aku langsung tahu kalau dia sedang berbohong.

"Lupa? Apa tidak punya?"

"Hehe...lu...pa...ya...lupa." Sakura menggigit bibir bawahnya bertanda dia gugup dan berbohong. Aku terseyum miring.

"Sudahlah lupakan ponselmu, kau bisa mencari fotoku di google."

"Hahaha benar foto anda pasti banyak di google, bodohnya aku." Sakura merutuki kebodohanya dengan menepuk dahinya yang seluas lapangan bola. Pantas gadis ini menutup dahinya dengan poni menyamping.

"Ok. Saya akan memulainya Tuan Han, ini hanya sepuluh pertanyaan..."

"Cepatlah nona, saya tidak punya waktu," perintahku tegas. Memang benar, aku tidak punya cukup banyak waktu. Aku harus mengatur ulang jadwalku yang sempat tertunda tadi. Sakura memutar bola matanya bosan. Dasar tidak sopan! Kalau bukan karena Elizabeth, sudah aku usir dia. Tangan mungil Sakura mengambil sebuah buku dan membolak balik halamanya. Mata hijaunya bergerak lincah membaca isi buku tersebut.

"Ok, nama Han Jumim, usia 27 tahun CEO dari pewaris grup C&R, lajang. .."

Aku bosan mendengar ocehannya. "Saya kira anda tidak perlu membaca biodataku lagi nona, karena di google sudah tersedia."

"Oooooo...tepat sekali Tuan Han, saya cuma mematiskan jika yang di tulis di google itu biodata anda yang asli." ucap Sakura dengan acuh. Dan dia sedikit menahan geli saat menyebut diriku lajang. Terus kenapa kalau aku lajang, ada yang lucu?

"Baiklah Tuan Han, saya akan memulai pertanyaanya," sejenak ia mengambil nafas mencoba tenang. Gadis mana yang tenang-tenang saja jika berhadapan dengan diriku.

"Apa tujuan anda menciptakan game ini dengan nama asli anda dan teman-teman anda. Perusahaan anda juga diikutkan dalam game ini. Apakah anda bertujuan untuk mencari jodoh?" Sakura bertanya dengan antusias. Pertanyaan yang sangat menarik.

"Sebenarnya game ini memang ideku nona, ini berawal dari RFA." Sakura tidak mengerti apa itu RFA terbukti dia mengeryitkan dahi lebarnya. Jadi aku menyimpulkan dia tidak bermain gameku. Jurnalis macam apa dia? Sebelum mewawancari seseorang baca dulu artikelnya atau paling tidak main gamenya. Aku jadi kesal! Lha, kenapa aku jadi kesal sendiri. Bukankah itu hak setiap orang memainkan gameku. Entalah hatiku merasa kesal saja. Aku terdiam sejenak sebelum melanjutkan kata-kataku.

"Dan soal aku mencari jodoh melalui game itu, boleh juga idemu."

"Woahhhh...seharusnya anda berterima kasih pada saya karena telah memberikan ide itu Tuan Han."

Sakura memutar bola matanya. Aku tersenyum miring, awalnya aku sebal saat Sakura melakukan hal yang tidak sopan itu, tapi jika di perhatikan lagi saat dia memutar bola matanya terlihat menggemaskan.

"Terus apakah anda berniat menjalankan ideku Tuan Han?"

"Entalah lihat saja nanti." jawabku dengan ringan. Sakura mengerucutkan bibir mungilnya dan membentuk huruf O, lalu dia melanjutkan pertanyaan selanjutnya.

"Dalam game itu, para pemain game ada yang mendapat happy ending dan sad ending. Seandainya yang chat dengan nama anda mendapatkan happy ending, apakah anda berniat mengajaknya berkencan atau malah menikah?"

"Tergantung."

"Tergantung?"

"Ya!"

"Wah berarti anda PHP in mereka dong?"

"PHP? Apa itu?" aku tidak mengerti apa arti kata itu. Baru kali ini aku mendengar kata seperti itu? Apa itu bahasa latin, arab, india atau jepang? Aku juga bisa 5 bahasa tapi baru kali ini aku mendengar kata PHP.

Sakura tersenyum geli. "Oh iy saya lupa, kalau anda tidak mengerti bahasa GAUL."

Sakura menekankan kata GAUL. Kenapa dia tahu kalau aku tidak bisa bahasa gaul? Jangan-jangan dia memainkan gameku juga, tapi gadis ini tidak mau mengakuinya. Pandai sekali dia berbohong, pura-pura tidak tahu apa itu RFA. Masalahnya semua tentang identitas pribadiku aku cantumkan dalam game. Di google cuma dicantumkan biodataku saja. Aku ingin game yang ku buat benar - benar spesial.

"Kenapa kau tahu tentangku nona, jangan-jangan kau bermain game juga ya?" tanyaku dengan rasa penasaran. Sakura mengangkat sebelah alisnya.

"Maaf Tuan Han, meskipun saya seorang JONES. Tapi saya tidak tertarik dengan game anda."

JONES? Kata apa lagi itu.

"Kalau anda tidak mengerti artinya. Silahkan tanya di google." jawab Sakura mendahului ku sebelum aku bertanya terlebih dahulu.

Kurang ajar sekali gadis ini. Berani mempermainkanku. Aku mendengus nafas kesal, lalu dia melihat buku yang berada di atas pangkuanya. Membaca sejenak, aku masih menunggu pertanyaan selanjutnya. Tatapan mataku masih awas memandangi gadis ini.

"Di dalam RFA itu, ada nama Rika. Benarkah anda menyukainya sampai anda membuatkan game ini untuknya?"

Aku terdiam sejenak mendengar pernyataanya.

"Begitulah," jawabku hati - hati.

Sakura mangut - mangut mencerna jawabanku. Kami saling tanya jawab mengenai game, Sakura terkejut kala mengetahui si Elizabeth juga aku ikutkan dalam permainan. Berarti dia tidak berbohong kalau belum mencoba permainan game ku. Tibalah saat pertanyaan terakhir, yang membuatku ingin tertawa.

"Saya mendengar isu dari pemain game buatan anda, benarkah anda itu seorang emmmmm...gay?" Sakura bertanya sedikit ragu, gadis ini benar-benar lucu dan mengemaskan. Timbulah dalam pikiranku untuk sedikit menggodanya. Dengan tersenyum miring, aku mencondongkan badanku di hadapan Sakura, wajah kami begitu dekat hanya terpaut bebera inci saja. Refleks Sakura memundurkan wajahnya, ada rona tipis yang tertangkap mata greyku. Wangi tubuh Sakura menguar terasa manis di indra penciumanku. Pantas saja Elzabethi sangat menyukainya. Aku bahkan hampir terbuai. Menarik sekali.

"Kalau kau ingin tahu aku gay atau tidak, bagaimana kalau kita berkencan Sa...ku...ra..." Aku mendekatkan bibirku pada telinga kanannya lalu mengoda dengan meniup daun telinga gadis ini. Berhasil daun telinganya memerah sempurna. Kena kau gadis pintar! Aku menjauhkan tubuhku ke posisi semula dan ingin tertawa terbahak-bahak saat melihat reaksi Sakura. Sejenak gadis itu kelihatan tegang namun setelahnya kembali tenang.

"Wah saya sungguh tersanjung dengan ajakan anda berkencan Tuan Han. Kenapa anda tidak berkencan dengan gadis yang bermain di game yang anda buat?"

Gadis cerdas, berani dia mengolokku.

"Kalau aku tertarik denganmu, bagaimana?"

Sakura tersenyum, "Whoahhhh mungkin saya akan menjadi penyebab utama kematian para gadis yang bermain game anda terutama penggemar anda hahahaha..."

Hentikan tertawa seperti itu aku sebal mendengarnya. Gadis macam apa dia tertawa seperti itu benar-benar tidak sopan! Sakura menghentikan acara tertawanya saat aku menatapnya tajam.

"Ah maaf tidak lucu ya...hehehe" Sakura menggaruk tengkuknya yang aku yakin tidak gatal.

Hening...

Kami sama-sama terdiam beberapa saat.

"Ehemmm! Baiklah Tuan Han, semua pertanyaan sudah anda jawab. Sebaiknya saya bersiap untuk pulang." Ujar Sakura membuka percakapan. Aku mengangguk sambil memperhatikan Sakura yang sedang membereskan semua keperluan wawancara ke dalam tas. Setelah beres semua ia bangkit dari sofa dengan hati -hati menyingkirkan kepala Elizabeth terlebih dahulu dari pahanya, supaya kucingku tidak terbangun. Sakura menepuk-nepuk seluruh anggota tubuhnya takut ada bulu kucing yang menempel pada bajunya.

"Sekali lagi saya mengucapkan terima kasih pada anda Tuan Han, karena memberi saya waktu." dia membungkukkan badan. Sekali lagi aku cuma mengangguk, lalu ikut berdiri. Membenahi setelan jasku.

"Berterima kasilah pada kucingku nona, berkat dia anda tertolong."

Lagi-lagi Sakura memutar bola matanya bosan. Tanpa aku duga ia mencondongkan badanya pada Elizabeth,

"Terima kasih ya Eli, berkat kau aku tidak jadi di pecat. Besok aku traktir kau Sosis yang besar." Janji Sakura dengan menahan senyum geli. Apaa?! berani sekali dia memanggil kucingku dengan sebutan 'Eli' aku ingin menghajar gadis ini. Sebentar, Sosis? Apa itu sosis? Apa sejenis makanan? Ku dengar Sakura tadi menyebutkan kata 'traktir' berarti berhubungan dengan makanan, kan? Jika memang itu sejenis makanan, kenapa aku baru mengetahuinya, apakah makanan murah? Enak saja Eliku diberi makanan seperti itu. Memang kucingku kucing kampung?

"Saya, permisi dulu Tuan Han," Pamit Sakura membuyarkan lamunanku tentang sosis.

"Aku akan mengantarmu sampai ke depan pintu lift," tawarku. Sakura mengangkat sebelah alisnya heran. Aku juga heran, kenapa melakukan hal ini.

"Tidak perlu Tuan Han. Saya bisa sendiri," tolak Sakura dengan halus. Tapi aku memaksanya dan akhirnya ia mengalah juga. Kami berdua berjalan beriringan dengan diam menuju pintu lift. Pegawaiku nampak melihat ke arah kami, mungkin mereka heran melihat aku yang baru kali ini mengantar tamu sampai pintu lift apalagi tamu yang tidak penting seperti Sakura.

Sakura merasa tidak nyaman saat pegawaiku memandangnya dengan tatapan bertanya terutama pegawai perempuan. Aku memberi mereka tatapan death glare, tentu saja mereka membungkuk minta maaf dan memilih pergi. Tak butuh waktu lama kami berdua tiba di depan pintu lift. Jari lentik Sakura memencet angka satu.

Ting!

Pintu lift terbuka, sebelum Sakura masuk lift, sekali lagi dia mengucapkan terima kasih padaku dengan senyum yang kali ini terlihat sangat manis. Aku membalasnya dengan mengangguk. Lalu ia pun melangkahkan kaki masuk ke dalam lift.

"Berobatlah, kau alergi terhadap bulu kucing." ucapku sebelum pintu lift tertutup sempurna. Aku menangkap wajah Sakura yang terkejut, mata hijaunya menatapku dengan lebar. Warna mata Sakura benar-benar menyejukkan. Pintu lift tertutup sempurna bersamaan dengan tatapan mata hijau Sakura. Sejenak aku diam terpaku menatap pintu lift di hadapanku ini, mencoba menelaah apa yang barusan aku lakukan. Kenapa saat aku menatap mata hijau Sakura ada perasaan aneh yang tergelincir dalam dada. Aku merasakan perasaan yang sama saat aku menatap 'dia' cinta pertamaku. Aku menarik napas panjang, lelah dengan semua ini. Kapan aku bisa melupakan masa laluku? Dengan langkah gontai aku kembali ke ruanganku. Di sana aku disambut Jaehee yang berdiri di samping meja dengan segelas wine merah. Aku berjalan melewatinya memilih duduk di samping Elizabeth yang masih tertidur pulas.

"Kau tertarik denganya?" Tanya Jaehee penuh selidik, kini ia berdiri di sampingku dengan menyodorkan segelas wine kesukaanku. Dengan tersenyum miring aku menerima wine yang dibawakan Jaehee. Rasa hangat menyesap di tenggorakan saat wine ini mengalir dalam tenggorokanku.

"Menurutmu?"

"Kau terlihat jelas tertarik padanya."

Tebakan Jaehee begitu cepat dan tepat. Namun aku sedikit menyangkal, mungkin aku tertarik dengan Sakura karena dia mempunyai warna mata yang sama dengan gadis yang aku cintai. Belum mengenal lebih jauh tentangnya. Kembali aku meneguk wine.

"Jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan." Aku berusaha memberi alasan yang masuk di akal untuk menyangkalnya. Mungkin Jaehee mencibirku karena aku tidak pandai berbohong.

"Aku paling mengenalmu presdir Han, jangan bohongi perasaanmu sendiri. Bangkitlah dan lupakan masa lalu. Kau pantas jatuh cinta lagi dan membentuk hubungan baru, apa kau masih menunggu yang tak pasti?"

Aku terdiam mendengar pernyataan Jaehee yang terdengar klise.

"Entalah Jaehee, kita lihat saja nanti."

"Bagus presdir Han, aku selalu mendukungmu." Jaehee menepuk pundakku bertanda memberi semangat aku tersenyum. "Ya sudah, aku harus pergi dulu ada sesuatu yang harus aku kerjakan, presdir Han."

"Sudah aku bilang, kalau tidak ada orang panggil namaku saja." Jaehee tertawa mendengar protesku. Lalu dia melangkahkan kaki pergi keluar ruanganku. Namun, sebelum mencapai pintu keluar dia menghentikan langkah dan berbalik badan ke arahku.

"Aku punya hadiah untukmu di atas meja kerjamu kau pasti senang," ucapnya sambil menyeringai. Aku menatapnya dengan mengangkat sebelah alisku, dia cuma menghendikkan bahu sambil berlalu dan menghilang di balik pintu. Aku penasaran hadiah apa yang di maksud Jaehee. Dengan rasa penasaran aku berdiri menuju meja kerjaku namun sebelumnya aku sempatkan diri untuk mengelus Elizabeth, mendekatkan wajahku padanya melihat dari dekat nampak Elizabeth tertidur dengan nyenyak. Samar-samar indra penciumku mencium wangi yang sangat familiar, manis! Ini kan wangi Sakura yang menempel pada bulu Elizabeth. Mungkin selamanya aku tidak mandikan Elizabeth sebelum Sakura kembali memeluknya. Itupun kalau aku bertemu dengan Sakura kembali. Ah! Apa yang ku pikirkan? Sudahlah, lalu aku melanjutkan niatku pergi ke meja kerjaku melihat hadiah apa yang di maksud Jaehee. Di sana terdapat sebuah dokumen berwarna hitam, dengan rasa penasaran aku mengambilnya dan membuka isinya. Sesaat aku terkejut saat mengetahui isi dokumen tersebut namun setelahnya aku menyeringai Kerja yang bagus Jaehee. Mungkin Saatnya aku membuka lembaran kehidupan baru...

Sakura...

.

.

.

.

TBC

A/n : Maaf kalau ada kata asing yang tidak di cetak miring soalnya ngetik pakai hp. Terima kasih sudah membaca fic ini padahal saya tidak bermain game MM entah kesurupan setan apa saya membuat fic ini :D. Dan terima kasih buat yang ngedit anakku tercinta love u nak. Kalau ada nama yg salah harap maklum ya...