Disclaimer: Masashi Kishimoto

Tittle: Wellcome Kiss

Pairing: Naruto x Hinata

Genre: Romance, little humor

Rate: T

Warning: AU, OOC, typo(s), DLDR, minim deskripsi, dan lain-lain

Mohon maaf bila ada kesamaan cerita, latar, dan sebagainya, tapi ide ini murni dari saya yang salah satu dialognya terinspirasi dari drama Korea "Stairway to Heaven"

Summary: Ditinggal oleh orang yang sangat disayangi pastilah menyisakan rasa ketidakrelaan yang mendalam. Hal itulah yang dirasakan oleh Hinata dan ketika Naruto kembali, Naruto meminta hadiah sambutan, apa sebenarnya permintaan Naruto?/ "Yang barusan itu, pasti akan ku rindukan," bisiknya pelan di telinga Hinata sehingga tak ayal membuat Hinata bergidik ngeri setelah melihat seringaian Naruto.

Happy Reading ^^

Check it out

.

.

.

Ditinggal oleh orang yang sangat disayangi pastilah menyisakan rasa ketidakrelaan yang mendalam. Hal itulah yang dirasakan oleh Hinata. Gadis manis dengan mata seindah bulan ini, enggan melepas genggaman tangannya pada sang kekasih yang sebentar lagi akan meninggalkannya.

"Ada apa?" tanya Naruto-sang kekasih- ketika merasakan genggaman tangan Hinata semakin erat. Sepanjang perjalanan ke lobby bandara memang jari-jari kedua insan ini terus bertautan.

Naruto hanya mengerutkan kening ketika sang gadis tak kunjung meresponnya. Gadis itu tetap diam ketika Naruto menghentikan langkahnya dan menghadap ke arah gadis itu. Kedua tangan Naruto terangkat ke arah sisi kedua pipi Hinata.

"Kau ini lucu sekali Hinata-chan," katanya sambil tersenyum, "kau ingin aku tidak pergi?"

Naruto menatap dalam mata bulan yang baru saja terangkat itu. Dari pantulan tatapan itu, dia menemukan sedikit ketidakrelaan dari gadisnya.

"K-kalau aku bilang iya, apa Naruto-kun tidak akan pergi?"

Akhirnya arti tatapan itu terjawab. Naruto hanya tersenyum mendengar pertanyaan gadis mungil itu.

"Tentu saja aku kan tetap pergi," jawabnya dengan santai dan dibalas dengan cubitan pelan di lengannya.

Naruto hanya mampu meringis kecil seraya tertawa melihat ekspresi kesal sang kekasih. Pipinya yang menggembung dan bibir mungil yang dimanyunkan justru terlihat lucu di mata Naruto. Dengan satu gerakan pelan naruto menarik tubuh mungil itu lebih dekat dan memeluknya erat seakan itu adalah pelukan terakhir mereka.

Tangan hinata terangkat untuk membalas pelukan kekasihnya.

"Apa kau begitu tidak rela jika aku pergi?" tanya Naruto saat dirasa pelukan tangan Hinata di punggungnya lebih erat. Dan lagi-lagi Hinata tak merespon. Hinata justru tengah berkonsentrasi mengingat aroma tubuh Naruto yang sedang dihirupnya, seakan takut aroma khas tersebut menguap jika dibiarkan.

Setelah dirasa memori otaknya mampu mengingat aroma tersebut, gadis itu pun melepas pelukannya dan menatap iris sebiru safir yang kini tengah menatapnya.

"Berjanjilah kalau Naruto-kun akan baik-baik saja disana, jangan lupa makan dan istirahat yang cukup, jangan terlalu dipaksakan bekerja, jangan lupa waktu, dan ..."

Naruto menyerngit heran ketika tiba-tiba Hinata menghentikan kicauannya yang terdengar imut di telinga Naruto sehingga mengundang senyumannya. Sekilas, pemuda 19 tahun itu menangkap semburat merah di kedua pipi chubby Hinata. Rasa herannya kian membuncah kala gadis itu terlihat lebih gugup dari sebelumnya, terlihat ragu-ragu untuk meneruskan kalimatnya.

"Dan...?" dengan tak sabar Naruto bertanya tanpa melepas senyumannya atau lebih tepatnya seringaian?

"Dan...," ucap gadis itu pelan, "...jangan melupakanku."

Akhirnya Hinata mengatakannya. Karena merasa malu gadis itu langsung memalingkan wajahnya yang sudah memerah agar tak terlihat oleh sang kekasih. Namun, gerakannya masih kalah cepat dengan gerakan tangan Naruto yang menahan wajahnya agar tetap menatap Naruto.

"Aku janji," ucap pemuda itu mantap, "aku akan baik-baik saja, aku tidak akan lupa makan, aku akan istirahat cukup, aku tidak akan memaksakan bekerja, aku tidak akan lupa waktu, dan aku tidak akan melupakan pacarku ini," lanjutnya dengan lancar sambil mencubit pipi Hinata.

Eh tumben kau lancar Naruto? *plak !* #di rasengan Naruto. Inner: Padahal aku juga ingin dicubit -_-

Mendengarnya, Hinata pun tersenyum.

"Tapi kau juga harus melakukannya," pinta Naruto

Hinata mengangguk mantap dan tersenyum lebih manis dari sebelumnya. Lengkungan bibir mungilnya itu tak sengaja tertangkap oleh iris safir Naruto dan membuat Naruto ingin merasakannya.

Di detik berikutnya Naruto merasakan bagaimana lembut dan manisnya bibir itu. Meskipun sudah berkali-kali Naruto merasakannya, namun, dia seakan ketagihan dengan rasa manis itu. Tak dapat dipungkiri bahwa dia pasti akan merindukannya selama berada di London.

Tak lama ciuman lembut itu pun terlepas. Menyisakan Hinata dengan ekspresi kaget dan wajahnya yang merah padam, bahkan semburat merah itu pun sudah menjalar ke leher dan telinganya yang kini sedang didekati Naruto.

"Yang barusan itu,,,, pasti akan ku rindukan," bisiknya pelan di telinga Hinata sehingga tak ayal membuat Hinata bergidik ngeri setelah melihat seringaian Naruto.

Melihat ekspresi tersebut, Naruto justru tertawa. Entah mengapa semua ekspresi yang ditunjukkan gadis itu selalu terlihat lucu di matanya.

Namun, pemandangan lucu itu berakhir setelah terdengar pemberitahuan kepada seluruh penumpang pesawat bahwa pesawat sebentar lagi akan lepas landas. Dengan senyuman yang masih terpatri di wajah ayunya, Hinata sekali lagi memeluk Naruto dan melepasnya pergi.

Walaupun sebenarnya ada sedikit rasa tidak rela, Hinata tetap berusaha untuk tetap merelakan kepergian kekasihnya karena dia tau bahwa kekasihnya itu pergi untuk urusan perusahaan keluarga Naruto. Minato –ayah Naruto- meminta Naruto untuk mengurus salah satu perusahaannya yang ada di London dan hari inilah Naruto berangkat.

"Aku pasti akan sangat merindukanmu, Hime," ucapnya setelah mengecup foto Hinata di layar ponselnya sebelum akhirnya ponsel itu dinonaktifkan. Naruto pun memilih untuk mengistirahatkan badannya dan menyembunyikan iris teduh yang selalu dirindukan sang Author. #plak!

**** Wellcome Kiss ****

"Naruto-kun no hentai!" teriak Hinata sambil membanting ponselnya ke tempat tidurnya.

Saat ini Hinata sedang berada di kamarnya, belum 12 jam keberangkatan Naruto, ia sudah setengah mati merindukan pemuda pirang itu. Untuk menyembuhkan kerinduannya, Hinata membuka foto-fotonya bersama Naruto di ponselnya. Tak sengaja ia melihat fotonya bersama Naruto ketika sedang errr,,,,, berciuman. Kontan saja foto itu langsung mengingatkannya pada perkataan Naruto pagi tadi di bandara.

"Nee-chan baik-baik saja?" tanya Hanabi yang tiba-tiba sudah berada di kamar Hinata. Hanabi yang mendengar teriakan Hinata langsung saja berlari ke kamar nee-chan nya untuk memastikan keadaan Hinata. Pasalnya di keluarga Hyuuga yang sangat menjunjung tinggi sopan santun itu, seorang gadis tidak sepantasnya berteriak sekencang tadi. 'Untung saja didalam kamar, bukan di jalan raya, ckckck,,,,,' pikir Hanabi.

"Eh, tidak apa-apa Hanabi-chan," jawab Hinata dengan senyum manisnya.

"Oh, ya sudah deh," balasnya singkat dan langsung keluar begitu saja. Hinata langsung cengo dengan respon singkat adiknya, 'sekarang siapa yang tidak sopan?' gerutunya dalam hati.

**** Wellcome Kiss ****

Kehidupan di dunia bisnis penuh dengan tantangan dan ambisi, itulah yang dirasakan oleh Namikaze Naruto sekarang. Setelah hampir setengah tahun menjalankan bisnis sang ayah yang letaknya sangat jauh dari negara tempatnya lahir, barulah ia merasakan bagaimana perjuangan sang ayah di dunia bisnis. Kini Namikaze Corp, perusahaan yang sedang ditanganinya, sudah stabil. Tentu saja berkat kerja kerasnya dan bimbingan dari sang ayah serta dukungan dari keluarganya terutama pacar manisnya, Hyuuga Hinata.

Kesibukan yang dijalaninya memaksanya untuk membatasi komunikasi dengan Hinata. Mereka hanya bisa mengirim kabar lewat sms, itu pun terbatas waktu. Seperti sekarang ini, mereka sedang mengirim pesan singkat satu sama lain.

Drrtt,,,, drrrrt,,,, drrttt,,,,

Dan ponsel Naruto pun kembali bergetar, menandakan adanya balasan dari gadisnya.

From: Hime-ku

Subject: aku sudah makan Naruto-kun, saat ini aku sedang bersama temanku ^^

'Teman katanya?' batin Naruto bertanya. Naruto hanya bisa tertunduk sedih, dari sms awal mereka tadi Hinata tidak sekalipun menanyakan keadaannya. Naruto merasa Hinata sudah tidak lagi memperhatikannya, 'apakah Hinata sudah melupakannya?' batinnya risau.

Naruto tidak lagi membalasnya, dia hanya meratapi nasib kisah cintanya.

"Apakah selama ini aku terlalu sibuk sehingga Hinata melupakannku?" tanyanya entah pada siapa. Naruto menggeram frustasi, berbagai pikiran negatif mulai berkeliaran di benaknya.

Drrtt,,,, drrrrt,,,, drrttt,,,,

Dengan malas, Naruto mengambil kembali ponselnya, dan betapa terkejutnya ia ketika tau bahwa pesan singkat itu dari Hinata. Seulas senyum terukir di jawah tampannya, sms dari Hinata kali ini sukses meruntuhkan segala macam pikiran negatif yang sempat bersarang di benaknya.

"Tentu aku akan pulang, Hime, aku tidak sabar ingin hadiah sambutan darimu," ucapnya dengan seringaiannya yang mematikan.

Hinata, lain kali kau harus hati-hati jika sms dengan pacarmu ini.

Apa hadiah sambutan yang diinginkan Naruto?

To be Continue,,,,,,

A/N: fuihhhh! Akhirnya chapter 1 fic twoshoot ini selesai juga, dengan proses yang sangat panjang karena masih sangat newbie sekali. Mohon kritik dan sarannya ya ^^

Ok see U in final chap ya minna-san,, ^^ (#plak! Kayak ada yang nungguin aja)

3 Juli 2013

~Yui Kazu~