Tittle: Vodoo Doll
By: ImHyo
Genre: Suspense, Drama, Family and Fantasy
Cast: Kyuhyun, Yesung
Supporting Cast: All Member Suju and TVXQ
Rating: PG 17
Warning: Death Chara, miss typos
"The Beginning"
Summary:
Ketika tiba dirumah barunya, Kyuhyun bertemu dengan seorang namja yang sangat misterius/Hanya dia yang bisa melihat namja itu, bahkan hyungnya pun tak bisa melihatnya/Namja itu menggengam sebuah boneka kain/Dan semua berawal dari seorang pria yang datang kerumah sederhana mereka/ "Adakah yang ingin kau bunuh?"/ "Kau ingin dia mati dengan cara apa, Kyu?"/ "Aku ingin dia mati sama seperti sakit yang dia tinggalkan untukku dan Siwon-hyung".
Kyuhyun menghela napasnya ketika sebuah rumah kecil nan sederhana dengan rumput ilalang yang tinggi memenuhi perkarangan kini tergambar jelas menghiasi pandangan matanya. Siwon menghentikan jalan ketika langkah adik satu-satunya itu berhenti tepat beberapa meter dibelakangnya. Dia tersenyum perlahan melihat raut wajah yang makin tak terbaca sejak perpindahan dari rumah megah mereka.
"Hanya ini rumah yang bisa kudapat dari uang terakhir kita, Kyu. Soal rumput biar aku yang mengerjakannya sendiri." Kyuhyun mengalihkan pandangannya menatap kakaknya itu dengan pandangan pasrah.
Helaan napas kembali terdengar dari namja berumur 22 tahun itu seolah menjawab pertanyaan kakak yang lebih tua 2 tahun darinya. Langkah kakinya kini terarah mencoba memasuki sebuah gedung yang disebut rumah oleh kakaknya itu, tangannya yang hendak menyentuh handel pagar terhenti ketika melihat betapa banyaknya karat yang menempel disana. Walaupun Kyuhyun jago dalam matematika tapi dia tidak ingin menghitung jumlah karat yang ada disana.
"Nanti aku akan membeli yang baru." Kata Siwon berusaha memberi penghiburan seolah lupa dengan perkataan "uang terakhir kita" yang tadi dia katakan.
Seakan muak dengan kata manis kakaknya itu, Kyuhyun dengan cepat memasuki perkarangan rumah walaupun dirinya harus bersusah payah melewati ilalang-ilalang tinggi. Tangan itu dengan segera menyentuh kenop pintu mahoni memasuki rumah yang mungkin akan menjadi tempat tinggal seumur hidup baginya.
Sungguh menyedihkan!
Dia dan Siwon harus terjebak dirumah ini, dengan tambalan disana-sini dan beberapa keramik rumahnya yang terlepas dari tempat seharusnya. Cat warna putihnya yang sudah terlihat usang dan tempat tinggal laba-laba kini tergantung rapi disetiap barang-barang yang ditinggal oleh pemilik sebelumnya. Dan seseorang yang telah membuat mereka berdua seperti ini tak akan mendapatkan pengampunan darinya walaupun orang itu meninggal dengan tragis.
"Sepertinya aku harus lembur malam ini." Kata Siwon yang entah sejak kapan sudah berada disamping Kyuhyun dan lagi-lagi berusaha memberikan penghiburan dengan kata-kata positif miliknya. "Sebaiknya aku mulai dari kamarmu dulu, Kyu." Kyuhyun mengikuti pergerakan mata Siwon yang melirik sebuah ruangan yang tepat berada dibeberapa meter dari tempat mereka berdiri.
Kalau bisa dibilang rumah yang mereka pinjaki ini hampir sama dengan rumah tradisional Korea tapi lebih dibuat modern –dalam bentuk rumah zaman sekarang-.
"Sebaiknya aku yang bersihkan sendiri, hyung." Helaan napasnya terdengar pelan, dia berjalan perlahan mendekati ruangan yang akan menjadi kamarnya.
"Keadaan ini hanya terjadi sebentar, Kyu. Aku janji!"
Senyum keyakinan itu tergambar jelas diwajahnya walaupun dia yakin jalan yang akan dia tempuh tak akan semudah yang dibayangkan karena orang itu pasti akan menghalangi jalannya. Siwon menghela napasnya perlahan sebelum akhirnya berjalan kearah dapur mencoba menemukan minuman yang mungkin bisa membasahi tenggorakannya -mungkin kepalanya sedikit terpukul sehingga akal sehat menghilang-.
Brukk
Tas berwarna biru dongker itu mendarat dengan selamat diatas tempat tidur yang menimbulkan hujan debu sesaat. Kini giliran tubuhnya, walaupun hujan debu dipastikan ada tapi Kyuhyun tetap membaringkan tubuhnya sekedar untuk meringankan beban hidupnya.
"Dia telah mati~"
Tubuh Kyuhyun menegangkan ketika sebuah suara indah yang terdengar mengerikan ditelinganya terdengar, bulu kuduknya berdiri seakan ada sebuah angin dingin yang berasal dari sudut ruangan tepat disebelah kanannya. Jujur saja, dia sangat takut untuk sekedar menoleh tapi harus diketahui rasa ingin tahunya kini lebih kuat daripada kengerian yang dia rasakan.
Dia menegakkan badannya secara perlahan seolah ingin berusaha mematangkan hatinya, suara indah namun mengerikan itu masih terdengar memasuki telinganya seolah nyanyian pagi wajib yang harus dilantunkan. Dia menghela napasnya sebelum akhirnya menoleh, matanya kini melihat seorang namja yang mungkin berumur lebih muda dari padanya yang terduduk dengan lutut yang ditekuk keatas dan ditangannya terdapat sebuah boneka kain berwarna putih yang ternodai dengan darah kering. Mata itu terangkat memandang Kyuhyun, dia bisa merasakan sebuah energi memasuki tubuhnya dan membuat suara teriakkan miliknya itu menggema.
"AAAAAAAAHHHHHHHHH."
Bunyi pintu terbuka dengan kasar terdengar, Siwon –dengan wajah bingung- langsung duduk disamping Kyuhyun. Tangan itu terangkat mengelus punggung Kyuhyun berusaha membuatnya tenang.
"Kyu, ada apa?"
Tapi sepertinya percuma, karena wajah yang penuh dengan ekspresi mengerikan itu tak juga luntur dari wajahnya yang pucat.
"Namja itu.." Mata obsidian Siwon terarah mengikuti pergerakan telunjuk Kyuhyun yang tepat menunjuk sudut ruangan –yang memang terlihat gelap- tapi Siwon tak melihat apa-apa disana.
"Namja? Tidak ada siapa-siapa disana, Kyu?" Kyuhyun sedikit menoleh, menampilkan wajah yang bingung ketika mendengar jawaban dari Siwon. Apa hyungnya ini perlu ke dokter mata?
"Namja dengan blazer hitam itu, hyung." Kata Kyuhyun, dia masih saja berusaha walaupun Siwon memandang dirinya dengan pandangan bersalah.
"Sebaiknya kau istirahat, Kyu." Siwon beranjak dari tempat tidur membuat Kyuhyun terlihat terkejut. Sejak kapan hyungnya ini tak mempercayai perkataannya?
"Aku serius, hyung. Ada namja.." Kyuhyun tak dapat lagi melanjutkan kata-katanya, mata obsidian itu menatap lekat kepadanya seolah dirinya adalah seorang tersangka yang mengatakan ketidak benaran.
"KYU, kumohon bertahan sebentar saja. Aku janji kita akan segera pindah." Siwon menghela napasnya sebelum akhirnya meninggalkan Kyuhyun yang terlihat masih ketakutan.
Kakinya beranjak turun ketika suara pintu tertutup terdengar, kakinya bergerak mendekati sebuah sudut yang lain dari ruangan itu.
"Dia tak bisa melihatku, Kyu." Tangannya bergerak mengelus boneka kain yang terlihat baik-baik saja membuat mata Kyuhyun kini terarah memandang boneka berwarna putih nan bersih itu.
"Boneka apa itu?"
Entah apa yang membuatnya penasaran. Ada suatu perasaan keingintahuan yang sangat besar yang bergejolak didadanya.
"Boneka voodoo. Apa ada seseorang yang sangat kau benci dan ingin kau bunuh?" Kyuhyun sontak terkejut, dia berjalan mundur, mencoba sedikit menjauh dari namja yang dijulukinya patut dihindari.
"Ti...ti...dak." Kyuhyun mengangkat tangannya, memeluk badannya dengan kedua tangan.
"Tak apa. Suatu saat kau pasti sangat membutuhkannya." Katanya lagi sambil mengelus kepala boneka kain itu dengan halus, tatapan matanya itu tak lagi menatap Kyuhyun tapi hawa dingin masih saja terasa menusuk kedalam persendiannya.
Kyuhyun kini tengah berkutat didepan laptop kesayangannya, setelah berhasil mengatasi ketakutannya akan namja itu –walaupun hanya 50%-, dia dengan manis berbaring diatas tempat tidur dengan dada sebagai tumpuannya. Tempat tidurnya yang tadi sangat kotor –dan Kyuhyun yakin akan menghabiskan waktu seharian penuh untuk membersihkannya- telah bersih sekarang, entah apa yang terjadi, dia sedang keluar untuk menemui kakaknya dan ketika dia kembali, dia menemukan kamarnya telah rapi dan bersih.
Ada beberapa spekulasi tapi yang lebih menyakinkan adalah namja yang tak diketahui namanya itu yang membersihkan. Dalam faktanya namja itu masih tak bergerak dari tempat duduknya bahkan dari 3 jam yang lalu.
Jari-jari itu bergerak cantik diatas cursor laptopnya ketika sebuah kata yang telah dia ketik di search engine milik suatu perusahan telah menampilkan hasilnya. Mata itu membaca setiap deret kalimat yang kini tercetak jelas memenuhi layar laptopnya.
"Voodoo adalah sejenis ilmu hitam yang dapat menyiksa ataupun membunuh seseorang dari jarak jauh bahkan tanpa menyentuh sang korban."
Kyuhyun menelan dengan susah setiap air ludah yang kini terasa menyangkut di tenggorakannya. Tangannya dengan cepat meng-klik tanda silang yang tergantung manis di pojok kiri atas laptopnya.
"Sebentar lagi kau akan membutuhkannya, Kyu."
Kyuhyun menolehkan wajah perlahan menatap namja yang terlihat masih asyik dengan posisi awal duduknya, duduk meringkuk di sudut ruangan yang memang lebih gelap dari sudut lainnya.
TAP
Dengan satu gerakan cepat, Kyuhyun dengan cepat menutup laptopnya, tak peduli apa yang akan terjadi nantinya dengan laptop satu-satunya itu mengingat keadaan ekonomi mereka saat ini. Kyuhyun melompat menyambar kenop pintu mahoni miliknya dan memutar dengan tak sabaran, tapi suara senandung merdu suara itu sempat terdengar memenuhi telinganya.
"Sebentar lagi... sebentar lagi..."
Helaan napas itu terdengar kembali teratur ketika tubuhnya kini merasakan sedikit kenyamanan. Tapi bukankah kehidupannya sekarang, akan selalu dekat dengan masalah.
"Cepat katakan, dimana?" Kyuhyun berusaha menajamkan pendengarannya, menyakinkan bahwa suara yang dia dengar saat ini bukan seseorang yang sangat –sangat- dia benci.
"Bukankah sudah kubilang, kalau kami sudah meninggalkan semua barang-barang yang katanya milikmu itu." Suara Siwon terdengar sakaratis membuat Kyuhyun sangat yakin siapa yang kini tengah dihadapi oleh hyungnya itu.
Pasti dia! Siapa lagi kalau bukan namja itu?
Langkah kaki itu terdengar cepat mendekati sumber pertengkaran yang dapat dipastikan berada didepan pintu masuk. Walaupun beberapa pemandangan yang sangat aneh –rumah itu mendadak bagus, padahal tadi hyungnya sempat frustasi- tak menghalangi langkahnya. Dia yakin namja itu akan mengatakan hal-hal yang kasar dan mulutnya sudah siap mengeluarkan kata-kata yang lebih pedas daripada itu.
"Mungkin saja terselip." Ada jeda beberapa saat, Kyuhyun yakin pria yang dulu pernah dianggap sebagai kakaknya itu tengah memilin-milin jas yang kini dia pakai. "Atau adik kecilmu itu yang mengambilnya."
"Kenapa ada tamu tak diundang berada disini?" Kyuhyun muncul dari balik pintu membuat pria itu menoleh menatap Kyuhyun dengan mata obsidiannya itu.
"Apakah aku tak boleh menemui kalian?" Tanyanya, tangannya terlipat rapi didepan dadanya.
"Kau sudah menemui kami, bukan? Kalau begitu selamat tinggal." Siwon bergerak cepat berusaha menutup pintu rumah mereka tapi dengan tak kalah cepat, namja itu menahan tangan kekar Siwon sehingga mata Siwon kini terarah tajam melawan mata itu. "Yunho-ssi."
"Tak ada panggilan hyung lagi, kah?"
"Kami tak sudi memanggilmu hyung lagi." Kyuhyun berkata perlahan, tak ada kata bersalah ketika kata-kata sadis itu terucap dari mulutnya.
"Haiz, ya sudah. Aku cuman mau bilang kalau barang yang kucari ada di pergelangan tangan Kyuhyun." Semua mata kini menatap sebuah gelang perak yang melekat erat disana.
"Eomma yang memberikan ini padaku." Kyuhyun berkata dengan se-sinis mungkin sambil berusaha menyembunyikan tangannya dari tatapan Yunho.
"Kau lupa! Semua properti milik appa dan eomma kalian adalah milikku sekarang."
Entah kenapa saat itu juga, Kyuhyun ingin sekali mengambil sebuah pisau lalu menusukkannya ke daerah jantung namja itu ahh.. tapi bukankah mati secara perlahan itu lebih baik.
"Kyu, berikan gelang itu padanya!" Kyuhyun tersadar dari lamunannya, matanya itu langsung menatap Siwon yang kini berada disebelahnya.
"HYUNG!"
"Kyu, berikan saja! Kau mau dia pergi dari hadapan kita kan." Yunho tersenyum perlahan mendengar kata-kata yang terlontar dengan manis dari mulut Siwon.
Tangan itu bergerak sesuai perintah, membuat gelang yang sudah 2 tahun menemani hidupnya itu kini berpindah ke tangan orang yang sangat dia benci itu. Tapi bukankah benar apa yang dikatakan hyungnya, walaupun wajah ke-tidakrelaan tergambar jelas diwajahnya.
Lambaian tangan dan seringai kemenangan menjadi tanda berakhirnya pertemuan mantan keluarga itu. Helaan napas kekesalan dari mulut Kyuhyun terdengar membuat Siwon berkali-kali mengucapkan kata maaf –walaupun tak membuat barang kesayangan miliknya itu tak akan kembali-.
Langkah kaki Kyuhyun terdengar pelan, dia seolah tak ingin lagi berdebat dengan hyungnya. Beberapa minggu terakhir ini, semua masalah telah memaksa otaknya untuk bekerja lebih ekstra dari biasanya. Tangan itu bergerak memutar kenop pintu lalu entah kenapa kakinya itu kini menuntunnya mendekati namja –yang tak diketahui namanya itu-
"Bisakah kau bunuh seseorang untukku?" Namja itu mendongak menatap Kyuhyun, senyuman manis kini tercetak jelas memenuhi wajahnya. Kaki itu seolah tak dapat lagi menopang badannya, membuat badan itu dengan seluasa merosot sehingga dirinya kini duduk disamping namja itu.
"Siapa yang ingin kau bunuh, Kyu?" Tanya itu mengalir seiringan dengan elusan tangannya di kepala boneka kain.
"Jung Yunho." Dia menyeringai, tangan kanan mengeluarkan beberapa benda tajam dari kantong yang berwarna hitam –yang berada tepat disampingnya-.
"Jadi kau ingin dia mati dengan cara apa?"
"Sama dengan rasa sakit yang kami berdua rasakan." Tangan Kyuhyun bergerak menyentuh dadanya diikuti tangan namja yang juga ikut menyentuh tangan Kyuhyun seolah ingin mengetahui lebih dalam bagaimana perasaannya.
Seringai kini tercetak jelas diwajah namja itu, tangannya bergerak membaringkan boneka kain berwarna putih itu dalam sebuah lingkaran dengan sebuah segitiga yang berada ditengahnya. Dia mengambil sebuah pisau dari sekian banyak barang tajam miliknya, pisau itu sangat mengkilap bahkan kau bisa berkaca disana.
Tangan itu dengan sigap menggoreskan pisau yang super tajam itu, membiarkan ujungnya bertemu dengan kain membuat kapas yang berada didalamnya menyeruak keluar membuat sebuah garis diagonal. Senyuman manis kembali mengembang ketika tangannya berhasil membuat diagonal lain sehingga kini tanda silang tercetak jelas memenuhi dada boneka itu.
"Ini hanya permulaan kecil."
***
Yunho menggeliat dalam tidurnya, entah apa yang menyebabkannya? Dadanya terasa sakit seperti ada luka yang tergores dalam disana. Yunho menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhnya, dia beranjak dari tempat duduknya lalu segera berjalan menuju kamar mandi yang memang berada didalam kamar mewahnya yang baru selama beberapa jam yang lalu baru menjadi miliknya.
Kamar mandi mewah menyambut dirinya ketika langkah kaki itu telah memasukinya, muka kesakitan tergambar jelas diwajahnya –sepertinya luka itu bertambah dalam- akibat lampu yang kini bertengger manis diatas kepalanya. Dia berjalan perlahan mendekati sebuah kaca, tangan kekarnya bergerak membuka kaos berwarna abu-abu miliknya.
"Kenapa tubuhku bisa luka seperti ini?" Dia menghela napasnya perlahan ketika tanda silang besar memenuhi dada hingga perut sixpacknya. Tangannya bergerak mencoba menyentuh luka yang tertusuk dalam dengan noda darah yang masih terlihat segar.
"UHHUKK." Darah segar keluar dari mulutnya bersamaan dengan batuk yang terus terdengar memecah keheningan malam. Yunho memutar keran membuat kucuran air keluar membersihkan darah-darah segar miliknya yang tergenang rapi di wetafel.
TAP TAP
Langkah kaki itu terdengar berirama, Yunho memutar keran membuatnya berhenti. Dia berbalik lalu menilisik kamar mandi dengan luas yang besar itu menggunakan mata obsidiannya berusaha mencari sumber suara yang terdengar makin kencang.
Tak ada siapa-siapa disana kecuali dirinya, tapi suara langkah kaki yang beradu dengan keramik itu makin terdengar kencang. Tangannya terangkat mengusap beberapa noda darah yang memenuhi daerah sekitar mulutnya.
"Mencariku?"
Yunho mendongak mendapati seorang namja dengan perawakan tak tinggi kini berdiri didepannya dengan kepala yang tertutupi tudung hitam sehingga dia sama sekali tak bisa melihat dengan jelas wajah namja itu. Tangan kecil itu terangkat membuat Yunho dapat melihat dengan jelas pisau sedang tetapi tajam milik namja itu. Namja itu seperti sengaja memain-mainkan pisau itu diudara.
Rasa takut bukannya tidak mampir tapi tubuh kekarnya itu tak dapat digerakkan ah lebih tepatnya kaki itu tak dapat melangkah. Niatnya untuk berteriakpun seperti gagal karena tak ada suara yang keluar dari pita suaranya.
"Percuma karena malaikat maut telah menjemputmu." Dengan kaki yang diseret, namja itu berjalan perlahan mendekati Yunho yang tampak ketakutan.
Dengan perlahan tapi pasti, pisau itu berjalan mendekati bagian perutnya, entah sengaja atau tidak, tangan itu dengan perlahan memasukkan pisau tajam kedalam perut Yunho seolah ingin membiarkan rasa sakit itu menjalar dulu disana. Setelah cukup sakit yang ingin dirasakan, namja itu menarik pisau dengan kuat membuat beberapa darah terciprat ke berbagai arah, rasa sakit yang teramat dalam kini tergambar jelas memenuhi wajahnya.
Seringaian tercetak jelas diwajahnya ketika wajah Yunho kini kembali kesakitan, pisau itu kembali memenuhi tempatnya kali ini dada atas sebelah kirinya. Sengaja membuat jantung menjadi sasaran terakhir baginya, bukankah rasa sakit akan lebih terasa?
"Dan kau akan mati disini."
JLEBBB
Jantung itu sontak berhenti berjalan, tubuh Yunho kini merosot menemui keramik kamar mandi yang kini telah bersimbah darah. Mata itu tak tertutup seperti semestinya, kesakitan tergambar jelas disana. Dan senyuman itu kembali tercetak manis disana.
"Selamat tidur dengan nyenyak."
***
"Dia telah mati, Kyu." Kyuhyun mendongak memberanikan dirinya menatap namja yang terlihat lebih tua darinya itu. Kyuhyun sama sekali tak berminat menonton acara pembantaian itu ditambah lagi dengan tatapan yang diberikan namja itu kepada boneka kain yang sekarang bersimbah darah, beberapa lobang cantik tercipta di kainnya. "Aku suka 3 lobang cantik ini." Tak ada rasa bersalah yang tergambar diwajahnya atau namja ini memang hanya memiliki ekspresi datar seperti itu.
"Ini punyamu kan." Kyuhyun membelalakkan matanya ketika gelang perak cantik itu kini bergelantung di jari-jari kecilnya.
"Siapa namamu, hyung?" Tanyanya ketika gelang itu telah selamat ditangannya.
"Kim Yesung, Kyu. Kalau ada seseorang yang menyakitimu lagi, katakan saja kepadaku. Aku akan membuat mereka merasakan sakit sebelum kematian."
Kyuhyun mengangguk perlahan sambil terus menikmati elusan dirambutnya yang terasa sangat lembut sekali.
***
To Be Continued...
a/n: saya mohon maaf sebesar-besar karena nggak bisa update cerita. cerita ini dihapus sama admin . jadi saya terpaksa update ulang *bow*
review,ne?
