LIFE of JISOO
.
.
BarbieLuKai
.
.
STARRING : HONG JISOO/JOSHUA HONG
SUPPORT CAST : SEVENTEEN MEMBERS, GOT7 APPEARANCE, OC(s)
WARNING : ini hanya karangan semata, kosakata inggris-korea yang abal harap dimaklumi, semua member seventeen kecuali 95-line adalah anak sekolah, adegan ciuman yang terburu-buru, semua orang cinta Jisoo, semua orang sayang Jisoo. Innocent!jisoo; mom!jeonghan; dad!seungcheol; tengil!mingyu; gentleman!wonwoo; dan lain-lain.
.
.
.
.
~HAPPY READING~
.
.
Kehidupan seorang Joshua Hong di kos-kosan barunya yang serba aneh karena semua penghuni nampak menaruh hati padanya. Oh, terlebih lagi, seorang anak SMA yang tampan, selalu mencuri kesempatan untuk menyentuhnya.
.
.
.
.
Joshua Hong. Adalah seorang mahasiswa yang baru saja pindah dari California ke Indonesia. Dia menghabiskan 17 tahun hidupnya di kota terkenal Amerika dan memutuskan untuk melanjutkan sekolah di negara eksotis yang tidak lain merupakan Indonesia. Sudah sebulan ia mempersiapkan diri, hingga tiba saatnya ia harus terbang ke Jakarta.
"Mom, Dad, I'm not going to war," gumam Joshua pelan seraya memutar matanya malas. Sang ibu yang sedari tadi menitikkan air mata langsung mengusap pipinya, ia memeluk anak semata wayangnya sekali lagi.
"Take care, honey. If you have time-off, you have to visit us immediately,"
Joshua tersenyum lembut dan melesakkan pipinya di puncak kepala sang ibu, ia mengangguk, "Yeah, I will," namja cantik berambut cokelat itu menatap kepada Ayahnya yang menyodorkan passport beserta tiket pesawat.
"We will miss you, Josh.." ucap Andrew Hong memeluk anaknya, Joshua hanya mengangguk.
Kemudian, mereka mendengar pemberitahuan bahwa pesawat yang menuju ke Indonesia akan berangkat sebentar lagi, Joshua menatap sekali lagi pada orangtuanya dan tersenyum meyakinkan, lalu ia menarik koper serta memasang kacamata hitam, berjalan menghilang di dalam lautan manusia yang hendak berangkat.
Well, see you soon Indonesia.
.
.
.
.
Sebenarnya Indonesia dan California tidak jauh beda. Mungkin dari segi panasnya sama, walaupun Jakarta tidak sebagus California. Joshua berhasil menghentikan taksi, beruntung baginya karena supir taksi ini bisa berbahasa Inggris, jadi ia menyebutkan alamat yang ia tuju. Segera saja mobil angkutan ini langsung berjalan melintasi jalan raya yang menurut Joshua, padat di siang itu.
"Sir, are you new here?" tanya supir taksi tersebut membuyarkan lamunan Joshua. Namja cantik itu menoleh dan tersenyum kecil.
"Yes," jawabnya mengalihkan pandang ke kota Jakarta yang penuh manusia. Supir taksi tak menanyai lebih, sementara Joshua tetap memandangi kejadian-kejadian menarik di luar jendela. Ada yang sedang menunggu angkutan umum, ada yang mengemis, ada juga yang menyetir mobil tanpa tahu aturan mengemudi. Dia jadi takut tinggal di sini.
"Here we go, Sir." Mobil berhenti di sebuah kawasan elit, tepat di depan, sebuah rumah mewah dengan gerbang yang sangat tinggi membuat Joshua mengecil. Bukankah ia akan tinggal di sebuah kos-kosan namja, kenapa jadi ke rumah ini?
Namun, pada akhirnya Joshua juga berdiri di gerbang mansion ini sendirian, supir taksi tadi sudah pergi setelah ia memberi tip yang berlebihan. Dia kelihatan bingung karena tidak tahu cara membuka gerbang yang 5 kali lipat lebih besar dari badannya ini.
Matanya menangkap sebuah speaker yang tak jauh dari pondasi pagar, buru-buru ia menarik kopernya menghampiri benda tersebut dan menekan tombol merah.
"Jika kau ingin masuk maka ucapkan kata sandi seperti yang dilakukan anak Korea lainnya,"
Joshua tampak kebingungan, anak Korea? Jadi kos-kosannya ini berisi orang Korea? Apa kata sandinya? Namja cantik itu berdeham sebentar seraya memikirkan apa yang biasa diucapkan orang Korea saat masuk rumah.
"Ugh… annyeong haseyo?"
Tiba-tiba hal ajaib terjadi, gerbang yang mungkin terbuat dari emas ini langsung terbuka begitu saja, memperlihatkan sebuah gedung berwarna cream yang bagus dan mansion besar. Joshua menelan salivanya gugup, apa ia sanggup hidup di kos-kosan mewah ini? Apa ibunya tidak salah memilih kos-kosan?
Seorang pria yang tidak muda lagi menghampiri, dengan senyum ramah ia menjabat tangan Joshua, "Annyeong, kau Hong Jisoo kan? Calon mahasiswa yang berniat tinggal di sini, namaku Jinyoung Park, senang bertemu denganmu,"
Namja berambut cokelat itu hanya mengangguk-ngangguk, kemudian ia dipersilakan untuk masuk ke dalam rumah si pemilik kos sementara koper dan barang-barangnya yang lain akan langsung dipindahkan ke kamar barunya.
Saat mereka masuk dan duduk di ruang tamu, Joshua dikagetkan oleh enam remaja cantik dengan pakaian mereka yang minim.
"Appa, kami akan berangkat," pamit yang berambut blonde sepinggang. Joshua mengalihkan pandangan ke mana pun asalkan bukan ke mereka.
Namun, sepertinya tidak bisa karena salah satu dari enam yeoja itu melihatnya, "Woah, Appa. Anak baru ya?"
Joshua mengigit bibir takut.
"Iya, dia anak baru, namanya Joshua Hong, pindahan dari LA, kau panggil saja dia Jisoo oppa, ah tentu saja itu tidak berlaku padamu, Hee,"
Namja bermarga Hong itu mengangguk sopan dan tersenyum kecil, lalu mengalihkan pandang lagi.
"Pindahan Amerika? Sama kayak Mark dan Hansol dong, Pa.." balas yeoja berambut pendek yang sedang memakan permen karet. Jinyoung Park mengangguk.
"Jisoo, perkenalkan ini anak-anakku, dari yang lebih tua ada Hyunhee,"
Yeoja berambut blonde yang sangat cantik tersebut mengangguk pada Joshua.
"Seonjae,"
Yeoja berambut hitam pekat itu tersenyum tipis saja, terkesan pendiam dan dingin. Entahlah, Joshua tidak ingin membahas lebih lanjut.
"Ahjung,"
Wajah yeoja ini sekilas mirip seorang penyanyi Amerika, si Selena Gomez, tapi versi sedikit arab, apalagi ditambah bulu mata lentiknya. Eits, Joshua tidak ingin berbuat lebih. Yeoja itu tersenyum manis.
"Minjoo,"
Wajahnya khas Thailand membuat Joshua bingung apa benar mereka ini bersaudara atau tidak. Minjoo hanya mengangguk kecil.
"Hyunjae dan Taera,"
Kedua yeoja yang berambut pendek serta berambut panjang cokelat lurus itu tampak memandang Joshua angkuh, sehingga namja cantik itu menciut.
"Jangan khawatir, mereka ini anak-anakku, tapi beda ibu, hahahaha.."
Seberapa banyak istrinya sampai anaknya enam, cantik-cantik pula.
"Baiklah, kalian boleh pergi,"
Keenam yeoja bersaudara tersebut langsung bersorak gembira dan berlarian ke luar rumah, namja bermarga Hong itu memandangi gerak-gerik mereka lalu beralih pada Jinyoung Park yang tersenyum. Joshua tambah takut.
"Jadi, aku akan memberitahu soal peraturan, yang pertama, tidak boleh membawa yeoja dari manapun ke dalam kos-kosan. Kedua, pintu gerbang akan ditutup jam 10 malam, selebihnya kau akan tidur di luar semalaman. Ketiga, tidak boleh berkelahi dengan penghuni kos yang lain. Keempat, hormati sesama penghuni kos. Kelima, kalau kau menaruh suka pada penghuni kos yang lain, tidak apa-apa asalkan tahu aturan. Keenam, begitu saja peraturannya,"
Namja berambut cokelat tersebut menegak salivanya susah payah, baiklah, ia rasa, ia sanggup menjalankan semua peraturan aneh ini. Apalagi yang nomor lima.
"Kalau begitu, mari kuantar kau ke kamar barumu!"
Joshua berjalan di belakang Jinyoung Park. Mereka memasuki sebuah gedung yang tampak seperti sekolah tapi hanya bertingkat dua saja. Beberapa penghuni namja yang sedang duduk-duduk di depan kamar tampak mengangguk sopan pada Jinyoung Park, tetapi Joshua malah mendapatkan tatapan sinis.
"Kau akan tinggal di atas, kamar nomor 10," beritahu lelaki paruh baya tersebut sembari menapaki tangga. Penghuni yang berada di tingkat dua langsung menghentikan aktivitas mereka saat melihat Joshua. "Anak-anak, perkenalkan, ini penghuni kos terakhir di kamar nomor 10, aku harap kalian bisa menemani dan membantunya. Namanya Joshua Hong asal California,"
Sorai-sorai kebahagiaan terdengar di telinga Joshua, ia menundukkan wajah karena takut melihat teman-teman barunya. Ini seperti masuk di sekolah baru dengan wajah yang baru.
"Ehm, Paman Jinyoung, aku akan menemaninya ke kamar," sahut seorang namja berambut sebahu, ia terlihat cantik untuk ukuran namja. Senyumnya lumayan menawan.
Jinyoung Park tersenyum, "Silakan Jeonghan! Aku pikir sampai di sini saja aku mengantarnya, sampai jumpa!"
Joshua ingin mengubur dirinya sedalam mungkin, tetapi Jeonghan sangat ramah dan bersahabat, dalam sekejap ia sudah membuat Joshua percaya diri.
"Tenang saja, kami tidak mengigit seperti penghuni bawah, kami semua seperti keluarga. Hey, Jihoon, bantu dia mengangkat ranselnya,"
Seorang namja pendek berambut merah muda berlari menghampiri mereka berdua dan merebut tas ransel Joshua, "Hai, namaku Jihoon,"
Namja California tersebut mengangguk canggung, "Aku.. Joshua, kau bisa panggil aku Jisoo,"
"Jisoo? Nama yang lumayan. Kau orang Korea?"
"Campuran, Kakekku orang Busan," jawab Joshua mengangguk lagi. Mereka berjalan melewati kamar-kamar yang pintunya terbuka. Joshua mendapat kamar paling depan, di seberangnya ia dapat melihat seorang namja tinggi yang sedang menatapnya tajam. Seketika, rasa takutnya mulai kembali.
Jeonghan yang merasakan ketakutan Joshua langsung mengusap bahunya lembut, "Tenang saja, kamar seberang itu kamarnya Mingyu, anak kelas 2 SMA asal Korea, dia memang pendiam awalnya, tapi jika kau sudah kenal dengannya, dia sangat jahil sekali,"
Jihoon juga ikut-ikutan nimbrung, "Aku pernah dijahilinya, tapi kadang-kadang dia baik sih,"
Joshua hanya mengangguk-ngangguk, bingung harus menjawab apa.
"Oh iya, di daerah atas ini kamar mandi ada dua, sebaris dengan kamarmu dan sebaris dengan kamar seberang, terserah saja kau mau mandi di mana, yang jelas kau harus mengantri dan bersabar,"
"Baiklah, kami akan memberimu waktu untuk beristirahat," Jihoon beranjak berjalan melewati Joshua yang masih terdiam di depan pintu kamarnya. Jeonghan hanya tersenyum meyakinkan dan pergi bersama Jihoon.
Joshua memberanikan diri membuka pintu kamarnya. Dia nampak sedikit lega karena kamarnya sangat pas dan sesuai seperti yang ia harapkan. Kecil, tapi nyaman. Kasur single bed yang empuk, satu set meja belajar, dan ruangan kosong untuk ia memasak nanti. Dia pun masuk ke kamar dan menguncinya, kemudian duduk sebentar menikmati empuknya kasur yang sudah disediakan. Namja cantik itu menghela napas sebentar.
Semoga saja hari-harinya di kosan ini menyenangkan.
.
.
.
.
Joshua keluar dari kamarnya dengan membawa perlengkapan mandi serta baju ganti. Dia menyapa beberapa penghuni di sebelah kamarnya.
"Annyeong, namaku Soonyoung!" seorang namja bermata sipit, ia memakai singlet hitam dan duduk di ambang pintu kamarnya.
Joshua tersenyum kecil, "Annyeong.."
"Selamat datang di kos-kosan kami, Jisoo-ya. Jangan terlalu canggung, okay? Santai saja.." seorang namja merangkulnya tiba-tiba sehingga ia hampir menjatuhkan perlengkapan mandinya. "Namaku Seungcheol, I'm at your service, Sweety.."
Joshua tersenyum malu-malu, ia mengangguk pelan.
"Kudengar kau mahasiswa baru ya? Di universitas mana?" tanya Seungcheol masih merangkul Joshua.
Namja bermarga Hong tersebut berdeham sebentar, "Yeah, aku akan kuliah di Seoul International University, jurusan ilmu hubungan internasional,"
Seungcheol dan Soonyoung tampak kagum, "Kau sekolah di sana? Hebatnyaaa," puji namja berambut blonde tersebut.
"Bagaimana dengan kalian?" tanya Joshua pada keduanya.
"Masih sekolah, hehehe.." Soonyoung menyengir, imut sekali di mata Joshua.
"Institute Technology of Busan, teknik industri," jawab Seungcheol menaik-turunkan alisnya. Namja cantik tersebut tertawa kecil.
"Hey, hey, kalian. Jangan ganggu Joshua!" sahut Jeonghan yang baru saja keluar dari kamarnya. Seungcheol mendengus.
"Yak! Eomma! Tidak usah berteriak kenapa sih?"
Jeonghan hanya menyandarkan tubuhnya di ambang pintu, "Appa, biarkan Jisoo mandi, memangnya kau tidak mandi?"
Soonyoung dan Joshua saling berpandangan, kemudian namja berambut blonde itu menyengir lagi.
"Jisoo-ya, kau mandi sana! Kau juga Cheollie-ah!" ejek Jeonghan mengerling padanya. Seungcheol masuk ke kamarnya tanpa menjawab godaan namja berambut sebahu tersebut.
Joshua hanya menggeleng-gelengkan kepala, ia berjalan melewati Soonyoung menuju kamar mandi yang terletak paling ujung.
Saat kakinya menapak ke dalam, ia terkejut melihat sosok namja tinggi keluar dari kamar mandi. Joshua membelalakkan mata.
Namja ini berambut abu-abu dan bermata tajam. Joshua bisa merasakan kepalanya memanas akibat tatapan namja tersebut.
"Um, aku pikir tidak ada orang," Joshua hendak berbalik keluar dari kamar mandi tapi bahunya dicengkram kuat.
Namja cantik tersebut mematung sebentar, ia tidak bisa melepas cengkraman namja ini. Dia juga merasakan dirinya tertarik ke dalam kamar mandi.
"Apa yang kau-"
"Sshhh," Mingyu menaruh telunjuk di bibir tipis Joshua yang terhimpit ke dinding. Namja cantik itu bernapas tidak teratur karena wajah Mingyu yang tampan terlalu dekat padanya. Tuhan, kenapa dia jadi deg-degan begini? Huaaaaa.
"Manis," gumam Mingyu kemudian menempelkan bibirnya. Joshua membelalakkan mata.
"Yak!" jerit Joshua marah. Peralatan mandinya hampir jatuh karena ingin menghajar namja berambut abu-abu itu. Sedangkan Mingyu menyengir tanpa dosa. Joshua tidak bisa menggerakkan tangan karena ia harus memegang peralatan mandinya.
Namja berambut abu-abu tersebut menahan pinggang ramping Joshua yang bergerak gelisah sambil menelisik matanya lebih jauh, "Aku tidak menyangka, anak Amerika ada yang semanismu,"
"Aku ini lebih tua, tahu!" geram namja cantik tersebut.
Mingyu terkekeh, ia mencuri kecupan lagi di bibir Joshua sehingga namja cantik itu tampak terjengah.
"YAK!" teriak Joshua marah tapi Mingyu tidak mengindahkan amarahnya karena terlanjur pergi duluan.
Joshua mengatur napasnya yang tidak menentu, ia meletakkan peralatan mandi di tempat kering dan menarik napas panjang.
"Sialan!"
Hari pertama di kosan yang menyebalkan.
.
.
.
.
Joshua mengeringkan rambutnya dengan handuk seraya berjalan keluar dari kamar mandi. Dia masih kesal atas insiden ciuman Mingyu tadi. Dua kali. Dua kali ia merasa keperawanannya terenggut karena bocah kelas 2 SMA itu.
"Jisoo-ya! Ayo makan!" teriak Jeonghan yang berdiri di atas tangga. Joshua mendongak.
"Ne, tunggu sebentar!"
Namja cantik itu langsung berlari ke kamarnya, di tengah perjalanan, ia ditabrak penghuni kamar lainnya. Untung ia tidak jatuh karena namja itu memegangnya
"Mianhae!"
Joshua mengangguk pelan, meskipun bahunya sakit.
"Namaku Wonwoo,"
"Ne, aku Jisoo,"
"Aku tahu.." Wonwoo menyunggingkan senyum. Paras Wonwoo sedikit pendiam dan dingin tetapi cukup membuat Joshua bersemu merah, kenapa dia jadi mirip yeoja-yeoja kecentilan sih?
"Kau tidak ke bawah?" tanya Joshua lagi.
"Iya, ini mau ke bawah," jawab Wonwoo, ia mengusak surai cokelat Joshua yang setengah kering. "Memangnya kau mau ke mana?"
"Aku mau ke kamar, menaruh ini.." jawab namja cantik tersebut. Wonwoo mengangguk paham.
"Araseo, kutunggu,"
"Ah, tidak perlu, Wonwoo-ya!" tolak Joshua menghentikan namja berambut hitam itu untuk ikut dengannya, "kau duluan saja,"
Dahi Wonwoo menyeringit bingung, "Gwaenchana! Kau kan penghuni baru, sudah jadi tugasku sebagai penghuni lama untuk menemanimu,"
Joshua tidak ingin berdebat, ia hanya mengangguk saja lalu masuk ke kamarnya. Sementara Wonwoo menunggu di depan.
"Kajja!" Wonwoo malah mengaitkan jemari mereka dan menarik Joshua. Namja cantik berambut cokelat itu tampak bingung dengan perlakuan namja tampan tersebut.
Penghuni kos-kosan ini memang aneh.
Kenapa juga dia harus tinggal di sini? Pfft.
.
.
.
.
To be Continued
.
.
Terima kasih atas partisipasinya, ditunggu reviewnya ^^ siapakah yang akan menjadi pair Joshua pada akhirnya? Ppyong~
