Hourglass

Kim Namjoon

Kim Seokjin

Min Yoongi

Jung Hoseok

Park Jimin

Kim Taehyung

Jeon Jungkook

(BTS)

.

.

Chapter I

.

.

Teriakan yang memekakan telinga itu berhenti bersama dengan hilangnya bulan purnama.

Seorang Alpha telah lahir.

Mereka pikir, putra kecil mereka akan tumbuh menjadi seorang Omega yang akan dilimpahkan cinta oleh sang Alpha. Mereka hanya tidak menyangka anak lelaki yang manis itu menjadi seorang Alpha di umurnya yang ke-18. Sekarang selesai sudah penderitaan mereka, mereka yakin jika putra mereka akan membawa mereka keluar dari kesengsaraan ini.

.

.

.

2 years later…

"Hei, manis. Apa kau sedang di masa heat-mu? Baumu benar-benar membuatku bergairah, sayang," Yoongi mengernyit risih mendengar perkataan menjijikan yang ditujukan padanya. Apa mereka sudah mau mati? Berani-beraninya para makluk rendahan itu menggodanya yang notabene adalah seorang Min, keturunan dari Alpha terkuat yang pernah ada, walau sayang putra mereka satu-satunya tidak menjadi seorang Alpha.

"Yak! Makluk gagal, sebaiknya kalian pergi dari sini sebelum kalian dimusnahkan karena sudah berlaku tidak sopan pada keturunan Tuan Min," teriakan marah Seokjin, teman baik Yoongi, membuat tiga alpha buangan yang menggoda Yoongi pergi, mereka hanya tidak ingin masuk rumah sakit untuk kedua kalinya karena berurusan dengan Seokjin.

Setelah tiga orang yang mengganggu Yoongi itu pergi, Seokjin mengambil langkah lebar menghampiri Yoongi.

"Aduh, Yoongi kenapa kau begitu keras kepala sih? Apa susahnya kau menampar mereka atau menyuruh ayahmu memberi mereka hukuman? Atau setidaknya…astaga di mana Namjoon? Ah…pria itu lihat saja nanti, akan ku laporkan pada Bibi Soyeon agar dia dimarahi, bagaimana bisa pria itu meninggalkanmu di sini? Dia 'kan pengawalmu, kenapa malah jadi aku yang lebih sering melindungimu daripada dia?!" Yoongi hanya tersenyum kecil mendengar celotehan Seokjin, sahabatnya ini memang cerewet tapi akan jadi lebih cerewet lagi kalau mengenai keselamatan teman omeganya.

"Sudah selesai bicaranya?" Yoongi bertanya saat Seokjin sedang mengambil nafas kasar karena sudah bicara panjang lebar.

"Heh! Kau masih bisa tersenyum? Aku sedang marah, Yoongi," Seokjin kembali menaikan nadanya.

"Aku tidak apa, Jinseok. Aku tidak mau merepotkan ayah, dan masalah Namjoon…aku menyuruhnya untuk tidak ikut hari ini. kau tahu 'kan kalau dia terluka cukup parah karena penyerangan kemarin," wajah Yoongi menyendu saat mengingat Namjoon yang tadi pagi berjalan dengan terseok karena mendapat serangan dari sekelompok alpha menyerang apartment Yoongi karena ingin mengklaimnya.

"Oke, aku salah. Tapi oh ayolah, Yoon, ayahmu punya lebih dari selusin alpha yang bisa disuruh untuk melindungimu,"

"Aku tidak…,"

"Aku tahu kau belum siap untuk diklaim, tapi apa aku sedang membahas itu? Tentu tidak, karena para alpha yang ku maksud barusan adalah para alpha yang gagal tes sehingga harus jadi bawahan ayahmu," bibir Yoongi membulat saat menyadari maksud Seokjin.

"Ayah tidak percaya pada sembarang alpha," Yoongi mengendikan bahu, tidak peduli dengan reaksi Seokjin yang sudah siap kembali menumpahkan segala sumpah serapahnya.

"Sebelum kau kembali memaki, aku harus membawa Yoongi pulang," mulut Seokjin yang terbuka setengah kembali menutup saat seorang pria tinggi bersurai coklat keemasan tiba-tiba muncul dan dengan seenaknya merangkul Yoongi.

"Ini perintah, Beta," Seokjin hanya mendengus mendengar perkataan pria itu, rasis sekali.

"Kalau kau lupa, maka akan aku ingatkan kalau aku berasal dari pack yang berbeda jadi aku tidak peduli dengan perintahmu, Mr. Alpha," Seokjin menarik Yoongi dari rangkulan pria itu.

"Yoongi akan ku antar pulang," Seokjin menarik Yoongi dari sana. Sebelum benar-benar menghilang dari pandangan pria itu, Yoongi menyempatkan diri menoleh kemudian melambai ringan dengan tambahan sebuah senyum pada pria itu.

Alpha selalu lemah pada Omega, dan hukum itu membuat alpha dingin yang dilambai oleh Yoongi itu tersenyum kecil. Hukum atau memang tertarik, eh?

.

.

.

"Permisi, gedung olaraga di mana ya? Aku sudah mencari tapi aku beberapa kali tersesat," sekelompok wanita beta menatap pria yang bertanya itu kagum. Dia adalah pria manis, tapi wajahnya saja, tubuhnya benar-benar bagus untuk cuci mata. Insting beta mereka langsung bekerja menebak status orang di depannya ini, alpha? Terlalu manis, beta? Kemungkinan terbesar, omega? Wajahnya okelah, tapi tidak dengan tubuhnya.

"Maaf?" mereka tersentak saat pria itu kembali bersuara.

"Ah…ah, gedung olaraga memang sedikit membingungkan untuk ditemukan. Kau bisa ke sana melalui lorong sebelah kiri itu atau memutar gedung utama, kalau dengan lorong itu kau harus melewati ruang kebutuhan omega jadi tidak disarankan untuk para alpha tapi itu adalah jalan paling mudah karena kau akan langsung menemukan gedung olaraga di akhir lorong," jelas salah satu wanita itu.

"Bagaimana dengan memutar gedung utama?" pria itu kembali bertanya.

'Ah…alpha ternyata,' batin para beta itu serentak.

"Kau lihat gedung itu?" salah satu dari mereka menunjuk sebuah gedung besar di luar gedung kantin. "Karena jalan potongnya ditutup untuk UKS, jadi kau harus memutari gedung itu," pria itu mengangguk mengerti dengan penjelasan tersebut.

"Kalau begitu aku akan pergi sekarang, terima kasih," pria itu tersenyum sebelum beranjak.

"Ini aneh, kenapa statusnya buram begitu ya?" salah satu dari wanita itu mulai membuka suara saat pria itu sudah pergi.

"Kau benar, biasanya tidak sulit untuk membedakan, tapi entah kenapa pria itu sulit untuk ditebak," lanjut lainnya.

"Kalian saja yang suka menilai dari wajah, aku yakin dia adalah keturunan beta murni," wanita lainnya berujar dengan yakin.

"Oh, apakah dia yang dimaksud ramalan itu?" salah satu wanita itu berbicara dengan nada misterius.

"Ramalan apa?" kalimat itu diucapkan dengan ragu.

"Ramalan tentang beta yang akan berkuasa dan bukan alpha," wanita yang menjawab menunjukan wajah meyakinkan saat ditatap aneh oleh teman-temannya.

"Kau gila? Itu ramalan berabad-abad lalu, omong kosong kalau itu benar-benar terjadi," wanita yang menjawab tadi menunjukan wajah malas pada temannya.

"Tapi kau bilang dia keturunan beta yang murni, dan ramalan juga berkata seperti itu. Keturunan beta murni itu akan menjadi penguasa kemudian dimanfaatkan orang tuanya untuk membunuh semua alpha," wanita lain yang percaya dengan ramalan itu berusaha membela temannya.

"Ish, hentikan pembicaraan ini, aku merinding," pembicaraan itu terhenti saat salah satu dari mereka yang sedari tadi hanya dia menunjukan wajah tidak nyaman.

.

.

.

"Beta akan berkuasa? Alpha dimanfaatkan beta? Omong kosong," pria itu beranjak dari tempat duduknya karena entah kenapa dia jadi emosi mendengar gossip tidak jelas para wanita beta itu.

.

.

.

.

.

to be continue

[Author's Note: maafkan arMyJi yang tidak bisa memunculkan Hobi di sini T.T Namjoon juga cuma numpang nama, Jimin Kook juga belom jelas keberadaannya yekan? Ato udah ada yang tahu nih? Entahlah, pokoknya cerita ini ditulis tanpa ada ide-ide dasar (lagi) jadi maafkan.

arMyJi juga minta maaf karena tidak melanjutkan cerita lain, tapi mau gimana lagiii? Masa ide dibuang-buang, 'kan dosa ya…

pasti banyak yang bingung yaa? Chap selanjutnya, arMyJi usahakan semua udah ngertiiii. Makasih udah baca bacotan iniiii *bow*.]