Happy birthday Lay! Happy birthday Zhang Yixing!

Fanfiction ini aku dedikasikan untuk merayakan ulang tahun my bias, our unicorn, our lead dance and our Lay !

Rencana akan kubuat hingga 7 Chapter sesuai dengan tanggal ulang tahun our unicorn.. fighting Lay!

Sulay and Hunhan mood..

Main cast: Zhang Yixing (Lay), Kim JunMyeon (Suho), Xi Luhan, Oh Sehun

SuLay - HunHan

Genre: Romance, Friendship

Rate: T+

YAOI

Happy Birthday Lay!

Lay atau bernama asli Zhang Yixing tertawa pelan dibawah pohon maple yang daun nya belum juga gugur mengikuti musim. Tidak banyak yang mengetahui bahwa dibalik nama Lay sang penulis muda yang berbakat dan terkenal itu adalah Zhang Yixing. Yixing memang sengaja menutup dirinya yang sesungguhnya karena ia menilai menulis bukanlah sebuah perkenalan fisik. Menulis adalah ketika kau mampu menjadi bagian dari orang lain tanpa harus orang mengenal siapa dirimu. Karen aitu setiap ada penerimaan anugerah untuk dirinya Yixing tidak pernah datang dan menampilkan wajahnya. Penulis terkenal yang masih terbilang muda itu menatap layar laptopnya yang tersambung dengan koneksi internet handphone nya membalas sedikitnya puluhan email dari fans dan haters novelnya. Ia tertawa membaca komentar pedas yang di tulis haters nya.

"... kau terlalu polos untuk sekedar mendeskripsikan cinta di dalam novelmu. Bagaimana bisa mereka menobatkan kau sebagai penulis muda terbaik."

"... kau tahu kalau di dunia ini tidak hanya ada bilangan genap dan ganjil saatnya kau mengenal bilangan desimal."

Novel terbarunya Lay langsung menjadi buah bibir. Disaat beberapa negara di dunia membebaskan LGBT ia malah membuat tokoh LGBT dalam novelnya menjadi berbalik anti LGBT dan menyadari cinta sejatinya pada lawan jenisnya.

Walaupun Lay melakukan gebrakan novelnya tetap laris manis. Lay penulis yang mampu memasukkan roh dalam novelnya. Dan dia tidak pernah bohong dalam menciptakan karya.

"...apa yang kau pikirkan tentang pernikahan lawan jenis? Bukankah sampai sekarang kau masih single?"

Lay terdiam membaca satu komentar di emailnya ini. Senyumnya memudar dengan penuh pertimbangan satu pertanyaan ini ia balas.

" apakah statusku membuat ku tidak bisa menuliskan sesuatu yang belum pernah kurasa? Jika suatu rahasia tidak dibukakan untukmu, maka tidak sebaiknya kau mengintip"

Hari ini telah cukup sampai disini. Pikir Lay sambil mematikan laptopnya dan kembali ke dunia sebenarnya. Dunia yang kejam yang siap melahap dirinya dan imajinasinya. Dalam perjalanan Lay seringkali memejamkan matanya ia berpikir bahwa dia adalah seekor unicorn yang berjalan di tengah hutan penuh duri. Berhati hati agar tidak tertusuk ataupun jatuh dalam jebakan yang terpasang. Mengapa harus seekor unicorn dalam pikirannya yang selalu rasional itu? Lay pun tidak memgetahuinya. Ia memang tidak tertarik akan tokoh-yokoh imajinasi buatan pemikiran penulis lain dan akhirnya tertanam di dalam pikiran dan benak orang lain. Tetapi untuk seekor unicorn ia mengecualikan. Menurutnya unicorn begitu berbeda dan menarik. Sosok yang murni dan bersih seperti dirinya, anggun dan tenang dalam berprilaku.

Kalau unicorn biasanya hidup bergerombolan tetapi tidak dengan Lay. Dia menikmati hidupnya sendiri dan jauh dari jangkauan orang-orang. Kecuali untuk satu-satunya manusia yang masih membuat Lay menjadi manusia sosial yaitu sahabatnya sekaligus rekan yang biasa membantunya menilai tulisannya. Luhan ya itulah satu-satunya teman dekat Lay yang tetap setia berada disampingnya. Luhan adalah seorang laki-laki yang memiliki pasangan laki-laki juga. Awalnya saat Luhan membaca karangan novel Lay yang terbaru ia sangat sedih. Melihat bagaimana teman nya begitu menilai sikap LGBT dengan begitu sinis. Luhan khawatir itu akan menjadi peganggu dalam karier Lay. Tapi karena keyakinan besar yang dimiliki Lay untuk tetap menulis masalah sensitif itu Luhan pun selaku sahabat nya mendukungnya.

" Aku tidak menjudge kau dan Sehun. Aku tahu kalian sasar apa yang kalian lakukan tetapi biarkan aku tetap menulis masalah ini. " Ungkap Lay menenangkan Luhan.

.

.

.

.

Lay merebahkan badannya di sofa mencoba menutup matanya sebelum menemukan kedamaian atas apa yang ia lakukan terasa kakinya di pijat dengan lembut. Tanpa membuka matanya ia sudah tahu siapa yang melakukannya. Pasti Luhan sahabat yang begitu perhatian dengannya. Mengerti akan dirinya dan tetap setia tinggal bersamanya menjaganya walau sudah beribu kali dipinta oleh pacarnya Sehun untuk pindah ke apartemen nya yang besar.

" Luhannie kau tidak lelah melihat diriku?." Tanya Lay masih menutup matanya

" Ani. Kenapa aku harus lelah kalau kau saja tidak pernah." Jawab Luhan lembut

Lay tersenyum membuat lesung pipi nya menarik kulit pipinya. Luhan sangat menyukai lesung pipi Lay. Ketika ia melihatnya ia akan merasakan bahagia seakan semua masalah dunia ini terikut masuk kedalam dalam lesung pipinya. Luhan menatap sahabatnya sesungguhnya ia merasa kasihan dengan Lay. Ia tampan, berkecukupan dan berkepribadian bagus tetapi ia begitu kesepian. Luhan tahu Lay selama ini mencari keramaian hanya melalui tulisan-tulisannya. Semua tulisan Lay berpusat pada kota besar, hiruk pikuk dunia ataupun sekolah dengan murid yang senang bercerita satu dengan lain. Ia tahu Lay hanya dekat dengannya saja itu yang membuat Luhan tidak sanggup meninggalkan Lay untuk tinggal bersama kekasihnya Sehun. Bahkan jika Sehun mengajaknya pergi keluar jika tidak Lay yang memaksanya untuk menyetujuinya Luhan tidak akan mau pergi meninggalkan Lay yang hanya ditemani laptopnya. Luhan bersyukur Sehun sangat memahami sifat Luhan yang sangat sayang dengan sahabatnya itu.

" Yixing. Apa kau tidak jijik melihatku?." Tanya Luhan pelan

Lay perlahan membuka matanya menatap sahabatnya, orang yang rela melakukan apa saja untuk melindunginya, orang satu-satunya yang betah berada di dekatnya, orang yang tahu siapa dia dan menerima segala kegilaannya.

" Luhannie apa yang kau bicarakan itu berhubungan dengan hubunganmu dengan Sehun dan Novelku?." Tanya Lay kembali

" Hmm entahlah. Tetapi jujur di novelmu ini aku tidak mengenali Yixingku. Yang kulihat hanya Lay disana. Apakah salah jika aku bertanya?." Jawaban Luhan yang menimbulkan pertanyaan sesungguhnya menohok batin Lay.

" Aku hanya menulis yang ada di pikiranku. Bukan karena aku ingin menjudge para LGBT." Jawab Lay

" Kenapa?." Tanya Luhan singkat

" Luhannie kau hidup di negara yang mengatas namakan pernikahan dari percintaan atau hubungan antara lelaki dan perempuan." Jawab Lay

" Aku memang tidak mengenalimu. Kau tahu kau yang dulu tidak memperdulikan bagaimana negaramu melihat karyamu ataupun penduduk di manapun menilai karyamu." Kata Luhan sambil meninggalkan Lay menuju kamarnya.

Lay hanya mampu terdiam ditinggalkan dalam ratusan perasaan yang dirasakan dan seribu rasakan Luhan. Ya Luhan selama ini tidak pernah memperdulikan bagaimana perasaannya asalkan Lay nyaman dan aman. Apakah Novel barunya ini memang betul membuat sahabatnya itu kecewa dan sakit karena nya? Sungguh Lay tidak memiliki jawaban atas pertanyaannya itu. Bukan karena ia bodoh tetapi karena Lay tidak mau menjawab pertanyaan yang kemungkinan jawabannya adalah kesakitan sahabatnya.

TBC

...