BUG

"Se-Sehun..."

"Oh, kau datang ternyata."

"Sehun, siapa dia?"

Luhan mengedipkan matanya beberapa kali ketika pria pucat yang berstatus sebagai kekasihnya, memberinya tatapan yang seakan merendahkan dirinya. Apa lagi saat ini ada sosok wanita cantik tengah memeluk mesra sang kekasih seperti keduanya ingin memojokan dirinya karena telah mengganggu kegiatan keduanya tadi.

"Ah, hanya seseorang yang dekat denganku."

"Seseorang yang dekat?" wanita itu tampak mengerutkan alisnya dengan tatapan menyelidik kearah Luhan, sampai akhirnya Sehun terpaksa melepaskan pelukan mereka tadi. Menghela nafas sesaat lalu ikut beralih menatapi kekasih mungilnya itu.

"Baiklah, aku jelaskan dia adalah kekasihku saat ini noona, tapi sekarang mungkin bukan menjadi kekasihku lagi..."

"Sehun, apa maksudmu?" Luhan bertanya karena tak mengerti situasi saat ini.

"Hahh...dengar baik-baik Lu, aku rasa kita tak perlu melanjutkan hubungan kita lagi, kau tau? Jujur aku sudah bosan denganmu, aku ingin ini berakhir" ujar Sehun dengan wajah kelewat santai

"Sehun..."

"Aku sebenarnya tak pernah serius dengan hubungan ini, aku hanya main-main saja Luhan, dan sekarang sudah saatnya kita akhiri saja semuanya!"

Luhan tak bisa menyangkalnya jika ia sangat terkejut akan segala ucapan Sehun padanya saat ini. Sungguh mengejutkan dimana pria yang selama setahun bersamanya ini tiba-tiba mengatakan semuanya seperti ini. Mengatakan jika pria itu hanya main-main dengan hubungan mereka. Belum lagi pria itu langsung meminta hubungan mereka berakhir saat ini juga. Ini benar tak diduga olehnya.

"Kenapa?"

"Kenapa? Ck, sudah jelas karena aku tidak benar mencintaimu, aku hanya berpura-pura paham?! Lagi pula memuakan berpacaran dengan seseorang yang hanya bisa menyusahkan diriku saja, kau itu seperti parasit untukku. Menempel dan mencari untung dari apa yang aku miliki, sudah jelas sekarang!"

Wanita disana yang masih menempeli genit Sehun tersenyum sangat puas, menatapi benar merendah pada Luhan yang hanya bisa diam mematung ditempatnya. Apa lagi akibat perkataan kasar nan menyakitkan Sehun ucapkan untuknya. Hatinya seakan diremas kuat oleh kata-kata itu. Ia tidak percaya kekasihnya itu bisa berucap setega itu padanya.

"Hey, kau dengar tidak? Sekarang Sehun milikku dan kau bukan apa-apanya lagi" ujar si wanita tersebut dengan tawa senangnya.

"Benar, sekarang kita tidak memiliki hubungan apa-apa lagi, kalau perlu tidak saling mengenal itu lebih baik bukan" timbal Sehun sedikit menyeringai kecil memandang Luhan.

"Sehun, ayo kita pindah kedalam saja heum, kita lanjutkan yang tadi yah~" wanita itu berkata manja sambil mengusap-usap dada pria pucat itu.

"heum, ayo kita lanjutkan didalam dan, kau jika tidak ada perlu lagi padaku pergilah!, aku ada urusan, ayo noona-ku..."

Wanita itu sempat menjulurkan lidahnya mengejek Luhan, sebelum keduanya bergerak berbalik pergi dan menghilang dipintu apartement mewah pria pucat tersebut. Pergi meninggalkan Luhan dalam kesendiriannya disana. Diam terpaku menatapi kosong pintu bercat hitam tepat didepannya itu. Ia menundukan kepalanya sesaat tersenyum miris sebelum berjongkok untuk meraih sekotak kue coklat buatannya yang tadi hendak ia berikan kepada pria itu.

Kue coklat yang bertuliskan 'Happy Anniversary 01' untuk hubungan mereka selama ini. Setelah berusaha membuat kue tersebut Luhan langsung pergi keapartement kekasihnya itu, guna memberi kejutan kecil atas hari jadi mereka yang kesatu. Namun apa daya ia malah mendapatkan hal yang jauh lebih mengejutkan ketika sampai ditempat tinggal pria itu.

Sehun ditemukan tengah bercumbu panas dengan wanita lain tepat diluar apartement pria itu, dan Luhan sendiri menyaksikannya. Maka pada saat itulah ia baru menyadari jika Sehun hanya mempermainkan dirinya. Dan semua ini hanya lelucon untuk pria itu. Luhan bisa apa setelah semua ini terjadi? Ia hanya bisa diam menerimanya tanpa melakukan apa pun. Memaksa Sehun untuk tetap bersama pun ia tak punya hak, karena Sehun sama sekali tak memiliki perasaan apa pun padanya.

Jadinya ia hanya diam disana menatapi sendu kue yang ia buat telah hancur tak berbentuk lagi. Ia bangun dari jongkoknya, menghela nafas setenang mungkin agar ia tak menitihkan air matanya. Ia hanya merasa tak pantas untuk menangis sekarang. Lantas ia akhirnya mulai membawa kedua kaki melangkah pergi menjauh dari apartement sang mantan. Pulang dengan membawa kembali kue yang ia buat itu kerumahnya.

.

.

.

"Sudah dengar belum?"

"Apa?"

"Kabarnya Sehun dan Luhan sudah putus."

"Benarkah?"

"Hmm, kemarin beritanya karena Sehun lebih dulu memutuskan Luhan dan sekarang sudah menjalin hubungan dengan Yeri..."

"Wahh, berita yang mengejutkan, baguslah jika Sehun memutuskan pria menyebalkan seperti Luhan itu. Dan berhubungan dengan Yeri Sunbae, jadi Sehun tidak benar jadi gay bukan."

"Benar, lebih bagus Sehun dengan Yeri dari pada Luhan. Ck, pria gay yang hanya bisa merugikan Sehun saja..."

Ingin rasanya Luhan menulikan pendengarannya saat ini, ketika ia baru saja memasuki kawasan gedung sekolah mereka, sudah terdengar beberapa siswa lain sibuk tengah membicarakan dirinya. Bukan ia merasa begitu percaya diri karena mereka membicarakannya, tapi ia bisa dengar sendiri dengan jelas dimana semua benar berbicara atau menjelek-jelekan dirinya disana. Dirinya yang dikabarkan telah putus dengan pangeran sekolah mereka. Dan tak menyangka beritanya akan secepat itu tersebar disekolah mereka.

Tak ingin begitu memperdulikannya ia terus saja melangkah setenang mungkin. Berjalan menuju arah kelasnya. Sampai tak sengaja ia berpas-pasan dengan sosok yang juga menjadi bahan pembicaraan dikalangan siswa lainnya. Disana didepan sana Sehun yang tampaknya baru juga tiba berjalan santai bersama sosok wanita yang semalam ia lihat. Bersama Yeri sunbae mereka bergandengan dengan mesranya.

Dan Luhan ingin masa bodoh dengan keduanya, walau tak bisa dipungkiri jika hatinya terasa sakit melihat mereka. Ia mencoba kembali bertahan berjalan terus melewati keduanya seakan tak mengenal dengan mereka. Walau ia tau Sehun tampak menatapi dirinya saat ini, ia hanya tak ingin lagi melihat seseorang yang telah menganggap cintanya hanya sebuah lelucon, maka ia akan tegar sebisanya.

Setelah melewati keduanya begitu saja Luhan berhenti disalah satu koridor kelas yang masih sepi, disana barulah ia tak bisa menahan lagi air matanya yang turun mengalir dikedua pipi mulusnya. Menangis dalam diam tanpa suara bersama dengan hancurnya hatinya saat ini. Ia lekas menghapusnya cepat sebelum seseorang menemukan dirinya tengah menanis disana. Mengatur pernafasannya agar lebih normal dan satu senyuman paksa agar dirinya bisa kembali tenang. Sebelum kembali melangkah benar kearah kelasnya berada.

Aku akan melupakanmu Oh Sehun...

.

.

.

Sehun cukup terkejut ketika mendapati sebuah kalung berbandul gembok kecil tergantung diloker miliknya. Saat ia hendak ingin mengambil jaketnya yang tertinggal didalam loker ia malah menemukan kalung tersebut. Kalung yang sangat tak asing untuknya, yang ia tau kalung itu adalah kalung pemberiannya untuk seseorang yang selama setahun ini bersamanya. Kalungnya hampir sama dengan miliknya sendiri hanya berbeda dibandulnya saja. Yang mana miliknya berbentuk kunci kecil tepat berpasangan dengan kalung yang tergantung ini.

Ia meraih kalung tersebut, memasukannya kedalam genggaman tangannya erat sambil tersenyum miring. Ia tau siapa yang telah meletakan kalung ini diloker miliknya, ia tau pasti orangnya sampai Sehun ingin sekali tertawa keras saat ini. Luhan telah mengembalikan barang berharga mereka selama ini. Dan entah mengapa ada satu perasaan tak terima Sehun rasakan ketika Luhan melakukan hal ini padanya.

Perasaan tak terima hingga membuatnya ingin marah saja saat ini. Tangannya semakin menggenggam erat kalung itu seakan ingin menghancurkannya. Dengan menggeram keras dan meninju kuat lokernya sendiri dengan tangannya itu, tanpa perduli akan rasa sakit yang ia terima ditangannya.

.

Sementara itu diruang guru Luhan duduk berhadapan dengan wali kelasnya yang mana memintanya untuk bertemu sekarang. Menunggu apa kiranya yang akan dibicarakan oleh sang wali kepadanya.

"Jadi, ada apa ssaem memanggil saya kemari?" tanyanya lebih dulu.

"Oke, aku hanya ingin menyampaikan sesuatu yang mungkin akan menjadi berita yang penting untukmu Luhan, kau tau bukan selama ini nilaimu tak pernah berubah, maksudku kau selalu menjadi juara sekolah..." Luhan mengangguk pelan sebagai tanda mengertinya akan ucapan ssaemnya itu.

"Dan beberapa bulan lagi ujian akhir akan dilaksanakan, sebagai wali kelasmu ssaem ingin kau tetap menjadi juara nantinya bahkan diujian ini, karena jika kau tetap diposisi pertamamu kemungkinan kau akan mengikuti program pertukaran pelajar diluar negeri" jelas wanita yang berjabat sebagai wali kelasnya ini, Luhan jelas menyimaknya dengan baik.

"Maksud ssaem aku-"

"Yah, kesempatanmu untuk bisa mendapatkan beasiswa kuliah diluar negeri, dan ssaem sangat berharap jika kau bisa mengikutinya karena kau satu-satunya perwakilan disekolah kita..."

Saat mendengarnya Luhan berpikir sesaat cukup terkejut jika wali kelasnya ini sangat mengharapkan dirinya untuk bisa mendapatkan beasiswa tersebut. Terkejut juga senang jika apa yang memang selama ini ia impikan bisa terjadi. Salah satu impiannya bisa belajar dan melanjutkan pendidikannya diluar negeri. Dan mungkin ini saatnya ia harus benar mewujudkannya sekarang juga.

"Jadi apa kau mau menerimanya Xi Luhan? Jika kau benar menerimanya, ssaem akan memberikan formulirnya kepadamu dan kau bisa langsung ikut tes sebagai persyaratannya" ia tak langsung memberikan keputusannya saat ini, ia menatapi wali kelasnya itu dalam diam sambil masih berpikir untuk mengambil keputusan.

"Bagaimana Luhan?" kembali wali kelasnya itu bertanya untuk mendapatkan kepastian dengan harapan jika siswanya ini bisa menerimanya.

"Sebelum itu, dinegara mana yang akan aku tempati ssaem?" tanya Luhan balik

"Amerika, yah kau akan kuliah disana, di Amerika..."

Luhan kembali terdiam sesaat.

"Disana sudah disediakan tempat tinggal untukmu, biayanya dan juga semua keperluanmu jadi kau tidak perlu khawatir dan hanya bisa focus pada studymu disana, maka dari itu inilah kesempatan bagus untukmu heum..."

Hhhh...

Ia menunduk diam setelah menghela nafas pelan, usai kembali berpikir mengimbangi tawaran yang sangat mengejutkan ini untuknya. Pada akhirnya ia telah mengambil keputusan yang mungkin sangat baik untuk dirinya. Keputusan yang terbaik bahkan dimana ia tak perlu lagi memikirkan bagaimana caranya ia bisa melanjutkan pendidikannya itu. Dan dengan ini ia bisa mewujudkan segala impiannya tanpa memikirkan apa pun lagi.

Luhan mengangkat kepalanya dan tersenyum pasti kepada wali kelasnya itu sebelum mengatakan apa hasil keputusan akhirnya.

"Ne, aku menerimanya ssaem."

.

.

.

Ting...Tong...Ting...Tong

Tanpa ragu Luhan berdiri tepat didepan pintu apartement Sehun, dengan tangan yang membawa sebuah kotak berukuran cukup besar. Setelah pulang sekolah beberapa menit yang lalu, ia pulang sebentar kerumahnya. Berkemas mengumpulkan semua barang-barang miliknya yang telah diberikan oleh Sehun. Semua pemberian mantan kekasihnya itu ia kumpulkan guna mengembalikannya kepada sang pemilik asli. Mereka sudah tak berhubungan apa-apa lagi, maka Luhan lebih baik memberikan semua apa yang pernah Sehun berikan kepadanya. Pikirnya semua itu bukanlah lagi miliknya. Lantas didepan pintu apartement pria pucat itu saat ini ia berada.

Menunggu sang pemilik membukakan pintunya, hingga beberapa kali menekan bell sampai akhirnya tampak pintu tersebut mulai terbuka dan terlihatlah mantan kekasihnya itu didepan sana.

CKLEK

Sehun terlihat cukup terkejut akan kedatangan Luhan diapartementnya dengan membawa sebuah kotak cukup besar. Lalu sedetik kemudian raut wajahnya berubah datar tak bersahabat.

"Ada apa kemari?" nada datarnya benar tampak tak suka akan kedatangan Luhan saat ini, bahkan tanpa menatap lawan bicaranya itu.

"Aku hanya ingin memberikan ini padamu..." Luhan berbicara membalas dengan menyodorkan kotak ditangannya itu kehadapan Sehun, sampai Sehun dengan wajah malas menatapi kotak itu.

"Apa ini?"

"Karena aku merasa tidak lagi berhak memilikinya, jadi aku kembalikan semuanya padamu Sehun, ini semua barang yang pernah kau berikan kepadaku."

Sehun terdiam dengan mengalihkan tatapannya dari kotak itu kearah Luhan yang menunduk kecil. Lalu kembali pada kotak yang berisikan semua barang pemberiannya itu untuk sang mantan. Ia mendengus kasar.

"Kenapa memberikannya kepadaku?"

"Karena ini milikmu, jadi aku kembalikan semuanya" Sehun berdecik keras akibat moodnya seketika memburuk begitu saja.

"Aku pikir kau tak perlu sampai mengembalikannya lagi, aku rasa kau membutuhkannya bukan? Maksudku itu semua bukan barang murahan, jadi tak perlu kau kembalikan..." balas Sehun terdengar meremehkan dikedua telinga Luhan, ia tak bodoh yang tidak mengerti akan arti ucapan Sehun padanya itu.

Tapi ia hanya perlu menahan perasaannya saja, tetap mengembalikan itu semua dan lekas pergi dari sana tanpa harus kembali lagi. Ia sudah cukup mengerti akan semuanya. Luhan bergeleng kepala kecil tak setuju akan ucapan sang mantannya itu.

"Tidak, walau pun ini memang barang bukan murahan, tapi tetap bukan milikku lagi...aku tak membutuhkannya lagi" Luhan membalas dengan memberanikan dirinya untuk membalas tatapan pria yang pernah ia cintai itu.

Pria yang sebenarnya masih sangat ia cintai.

"Jadi aku kembalikan karena ini milikmu..."

"Tapi aku tidak membutuhkannya juga, atau lebih baik kau buang saja semuanya, kau bahkan bisa menjualnya jika kau mau" ujar Sehun setengah membentak karena ia dalam keadaan setengah emosi. Maka Luhan kembali menggelengkan kepalanya pasti.

"Aku tak punya hak untuk membuangnya atau menjualnya sekali pun, kau yang memilikinya jadi kau yang punya hak untuk itu Sehun-shi."

Sehun sedikit tersentak ketika Luhan menyebut namanya dengan secara formal, karena selama ini pria mungil itu hanya memanggilnya dengan nama kecilnya, yang selalu terdengar indah ketika Luhan menyebutnya langsung dari bibir kecil itu.

Selanjutnya Luhan dengan begitu saja menyerahkan kotak tersebut kedepan tubuh Sehun, dan mau tak mau Sehun refleks menerimanya dikedua tangannya itu.

"Kau bisa membuangnya jika kau mau karena itu milikmu, dan aku tidak lagi mrmiliki apa pun dari dengan begitu, kita tidak akan saling mengenal lagi seperti apa yang kau katakan...aku-" Luhan sekali menundukan kepalanya sebentar sebelum kembali menatap teduh pria pucat itu didepannya. Mengukir senyuman tulus yang mungkin akan menjadi terakhir kalinya Sehun melihatnya langsung.

"Terima kasih untuk semuanya Oh Sehun, semoga kau bahagia..."

Maka setelah itu Sehun hanya bisa berdiri terpaku menatap kosong arah depannya bahkan ketika Luhan tak lagi ada dihadapannya. Dan pria kecil yang selama ini selalu bersamanya telah pergi darinya, yang mungkin tidak akan pernah kembali lagi disisinya.

Luhan pergi, pergi jauh darinya dan berada ditempat yang mungkin pula tak bisa lagi ia gapai...

.

.

.

T.B.C

.

.

.