Karya Seni, eh?

by: Author

DISCLAIMER:

I DO NOT OWN KUROKO NO BASUKE. It's Fujimaki Tadatoshi's

Saya cuma pinjem beberapa karakternya aja


Sore hari, ketika banyak murid yang bergegas untuk segera pulang ke rumah masing-masing atau mengikuti kegiatan klub, tampak sosok pemuda bersurai merah menyala yang sedang duduk di salah satu bangku kelas. Tak lupa dengan sebuah papan shogi yang menemaninya. Hal yang biasa dilakukannya sepulang sekolah ketika klub basket tidak ada latihan. Seringkali seringai terlihat pada wajahnya yang mulus tanpa noda setitik pun itu. Oh, jangan lupakan iris heterochromenya yang tajam itu semakin membuat siapapun yang melihatnya bergidik ketakutan setengah mati.

Sebentar lagi memasuki musim semi. Musim yang baru di awal tahun, menggantikan musim dingin yang memberikannya sebuah cerita. Cerita dimana dia mengenal kata 'kalah' dalam hidupnya. Pertandingan basket di ajang Winter Cup kemarin meninggalkan luka yang sangat dalam dihatinya, sekaligus membuka matanya untuk melihat lebih lebar lagi. Dimana akhirnya dia dan timnya, Rakuzan, dikalahkan oleh mantan anggotanya saat berada di Teiko dulu bersama tim barunya, Seirin, dengan skor akhir 106-105. Prinsip kemenangan yang selama ini dijunjung tinggi olehnya pun lenyap sudah. Dengan sepasang lensa beriris merah dan gold itu dia menyaksikan perjuangan tim Seirin yang pantang menyerah sampai titik darah penghabisan, menyaksikan perjuangan Kuroko Tetsuya membawa timnya menjadi no.1 di Jepang, menyaksikan kombinasi sang Phantom Six Man itu dengan cahaya barunya, Kagami Taiga hingga di detik-detik terakhir Kagami berhasil membuat dunk ke dalam ring milik Rakuzan dan membawa kemenangan bagi timnya.

Ah, sudah berapa bulan semenjak Winter Cup berlalu. Merasa bernostalgia, dia mengambil ponsel merah marunnya. Mengetik sebuah pesan dan mengirimnya kepada teman-teman 'pelangi'nya. Jangan lupa dengan slogan 'ini perintah' yang secara ajaib membuat mereka menuruti perintahnya.

Tetapi, ada salah satu temannya yang tidak bisa menyanggupi perintahnya. Perempatan mulai tampak di kening yang tertutup poni merahnya. Setelah mengetahui sebabnya, sebuah ide terlintas di pikirannya dan mengganti rencana semula. Menghilangkan perempatan yang ada di keningnya dan seringai di wajahnya terlihat lebih lebar lagi.

From : Tetsuya

To : Akashi-kun

Subject : Maaf

Maaf Akashi-kun, aku tidak bisa ikut. Sekolahku mengadakan festival kebudayaan untuk menyambut musim semi. Aku dan tim basket juga ikut berpartisipasi. Jika kau senggang, datanglah. Acara ini terbuka untuk umum.

-/-

"Ne, sebenarnya ada apa ini-ssu? Kenapa Akashicchi tiba-tiba memanggil kita?" tanya si surai kuning, Kise Ryota.

"Entahlah. Aku tidak pernah tahu jalan pikirannya," balas ace Too Gakuen, Aomine Daiki sambil menguap.

"Itu karena kau terlalu bodoh nanodayo," timpal si maniak Oha-Asa, Midorima Shintaro.

"A-APA KATAMU?!" Aomine teriak tidak terima.

"Hahahahaha Midorimacchi benar-ssu! Kau memang bodoh A(h)ominecchi!"

"Kise temeee!"

"Berisik, nanodayo!" kata Midorima sambil menaikkan kacamatanya.

"Etto… Kenapa Kurokocchi belum datang-ssu? Daritadi aku tidak melihatnya?" tanya Kise pada ketiga temannya itu.

"Biarkan saja. Biasanya Tetsu selalu muncul tiba-tiba dan bilang 'aku sudah disini daritadi' kan?" jawab Aomine sambil meniru perkataan mantan shadownya dengan nada suara monoton itu.

1 detik…

5 detik…

10 detik….

1 abad kemudian (?)

…..

…..

…..

"Etto… kenapa aku belum mendengar suaranya-ssu?"

"Mungkin Aka-chin lupa menghubunginya~.." timpal si surai ungu yang suka ngemil, Murasakibara Atsushi.

"EEEEHHH?! Ti-ti-tidak mungkin Akashicchi melupakan Kurokocchi-ssu? Huwaaa Ku-kurokocchi….!" keluarlah jurus rengekan maut air mata buaya Kise disertai lengkingan suaranya yang bisa menyebabkan gendang telinga orang lain pecah.

"Hoi Kise, bisakah kau berhenti berteriak? Berisik nodayo!" bentak Midorima.

"Mou Midorimacchi hidoii-ssu (3) Ano… daritadi aku penasaran untuk apa kau bawa-bawa boneka Barbie-ssu? Oh, jangan bilang sekarang kau suka main Barbie-ssu! Pfftt!"

"Mido-chin~…aku tidak menyangka kau suka main boneka Barbie~…"

"Menjijikan!" komentar Aomine.

"Tentu saja tidak baka! Ini adalah lucky itemku hari ini nanodayo," jawab Midorima sambil menaikkan kacamatanya yang tidak merosot sedikit pun itu.

"Are~..Akachin~ Sacchin~.." sapa si titan ungu pada dua orang yang baru saja datang.

"Akashi, sebenarnya ada apa kau memanggil kami?" tanya Midorima.

"Benar-ssu, sebenarnya ada apa kau memanggil kami semua Akashicchi? Dan kenapa Kurokocchi tidak datang-ssu? Apa kau melupakannya-ssu?" tanya Kise panjang kali lebar sama dengan luas (?) itu.

"Tentu saja aku tidak melupakannya, Ryota. Ada alasan mengapa aku tidak mengundangnya," jawab Akashi.

"Haaaah? Apa maksudmu Akashi?" tanya Aomine.

"Satsuki, jelaskan pada mereka," perintah Akashi pada gadis bersurai merah jambu.

"Hari ini kita akan berkunjung ke Seirin!" ucap Momoi penuh dengan semangat.

"HAAAHH?!"

"Tunggu, kenapa tiba-tiba…" pertanyaan Midorima langsung terputus dengan jawaban dari Momoi.

"Hari ini Seirin mengadakan festival kebudayaan. Acara itu terbuka untuk umum dan Tetsu-kun mengundang kita semua untuk datang," jelas Momoi pada yang lainnya dengan wajah berbinar.

"Are~…pasti disana banyak makanan enak~…" timpal Murasakibara.

"Mouu Mukkun, pikiranmu hanya makanan saja!" omel manajer Too Gakuen itu.

"Kenapa Kurokocchi tidak memberitahuku? Kan dia bisa telepon atau sms aku-ssu."

"Untuk apa? Tetsu terlalu malas bicara dengan model cempreng dan cengeng sepertimu."

"Aominecchi hidoii-ssu!" rengek Kise sambil menggembungkan pipi dan mengerucutkan bibirnya itu.

"Bisakah kalian diam dan kita berangkat sekarang? Atau gunting merahku yang akan 'bicara'," ucap Akashi sambil mengacungkan gunting merah kesayangannya dengan pancaran aura yang mencekam.

"Y-yes sir!" jawab mereka semua.

.

.

.

TO BE CONTINUED


Halo, ini fanfict pertama. Maaf kalo ada salah kata, atau bahasanya yang kurang dimengerti atau membuat mata anda rusak/ oke ini abaikan.

Review plis?