"Tidak akan kubiarkan!"

Tombak panjang melesat ke arah sekawanan prajurit dari kerajaan Wu. Seorang laki-laki berambut panjang, hitam, dan terikat rapi itu melawan seluruh prajurit yang tengah menghadangnya. Dengan kudanya yang cepat, ia berhasil menerobos prajurit-prajurit itu. Pakaian perang hijau kebiruannya terkena bercak darah dari pembantaian yang ia lakukan. Wajahnya semakin lama semakin menunjukkan amarahnya. Semakin brutal pula tindakannya itu. Dia layaknya monster mengerikan di medan pertempuran!

Sebuah pintu gerbang terbuka, ia melihat seorang laki-laki sedang bersiap menyerang. Rambut coklat pendek, wajah tenang, dan kedua tangan memegang pedang.

Lelaki bertombak itu terhenti. Ia memandangi laki-laki yang ada di depan matanya.

"Kau…"

"Ya, akulah lawanmu! Zhao Yun! Hadapilah aku!"

Pedang tajamnya mengarah pada Zhao Yun, lelaki bertombak. Matanya tajam, seakan hendak menerkam Zhao Yun. Zhao Yun hanya bias terdiam. Ia tidak ingin melukai laki-laki yang ternyata adalah sahabatnya sendiri.

"Zhao Yun! Apa yang kau lakukan?! Bunuh dia!"

Seorang dengan kuda datang.

Itu Liu Bei, penguasa Shu.

"Cepat! Apa yang kau tunggu?!"

Kini, Zhao Yun bingung. Ia harus mematuhi perintah Liu Bei atau harus mengurungkan niatnya untuk membunuh sahabatnya itu. Ia terdiam, memandang keduanya.

"Zhao Yun!"

"…."

"Oy, Zhao Yun!"

"… Ngg?"

BRAK!

"DUH!"

Gulungan karton meluncur di kepala Zhao Yun. Ia tertunduk kesakitan. Siapa orang yang berani memukul kepalanya itu? Ialah pelakunya, seorang pria berambut coklat, dengan ikat kepala hijau dan badge OSIS. Rambutnya naik ke atas karena tertahan oleh ikat kepalanya itu. Ia adalah aktivis OSIS sekaligus ketua kelas. Mulutnya terus bergumam.

"Tidur disaat pelajaran matematika? Apa-apaan itu!"

Muka bantal Zhao Yun terlihat menyebalkan dimata anak OSIS itu.

"Wajahmu bikin sebal! Sana, cuci muka dulu!"

Zhao Yun menatapnya sebentar, lalu kembali tidur. Entah apa yang harus si anak OSIS sekaligus ketua kelas itu lakukan. Bagi Zhao Yun, semua yang ia ucapkan hanyalah angin lalu.

Zhao Yun terus kepikiran mimpi yang baru saja berlalu. Kenapa ia harus bermimpi seperti itu?

Perlu diketahui, sekarang ini, bukan cerita seperti di sejarah aslinya ataupun in game! Kini, Zhao Yun berada di sebuah SMA nomor satu diseluruh Cina, SMA Shu. Dipimpin oleh kepala sekolah tersohor, Liu Bei dan wakil kepala sekolah yang sangat mencintai teh hijau, Zhuge Liang, yang menjadi guru matematika. Beliau selalu membiarkan Zhao Yun tidur di kelas saat sedang mengajar. Hal itu membuat Guan Ping, si ikat kepala itu menjadi jengkel dengan Zhao Yun yang selalu diperhatikan oleh kepsek dan wakepsek sekolah. Makanya, ia mengomel itu sudah biasa di telinga Zhao Yun. Bagaikan angin lalu…

"Sudahlah! Itu nggak akan membuatnya bangun!"

Seorang gadis tomboy mendekati Guan Ping yang tengah emosi. Rambut hitam pendeknya berkilau. Matanya yang tajam itu menatap Zhao Yun.

"Orang seperti dia, nggak aka nada pengaruhnya kalau diomelin!"

Guan Ping terdiam, menuruti perkataan wakil ketua kelas itu.

Xing Cai, wakil ketua kelas, orangnya cantik dan tomboy, banyak siswa laki-laki yang tertarik padanya, termasuk si ketua kelas, Guan Ping. Yaiyalah laki-laki pada naksir, kalau perempuan, it's super dangerous!

Tapi, pandangan tersebut tidak berpengaruh bagi Zhao Yun. Bagi Zhao Yun, dia itu hanyalah cewek biasa yang sok keren. Gara-gara itu, dia sering sekali dihajar oleh para maniak yang adalah fans berat Xing Cai. Zhao Yun juga sering disikat oleh mereka saat takdir berkata Zhao Yun harus satu kelompok dengan Xing Cai terus menerus.

It's okay! Zhao Yun tidak menganggap itu sebag beban baginya. Ia selalu berpikir tidak ada kejadian aneh yang menimpanya, walau hari itu ia disikat oleh fans berat Xing Cai.

Ada satu hal yang mengganggu Zhao Yun, yaitu mengenai sahabat kecilnya. Mereka tidak pernah bertemu kembali semenjak sahabatnya itu pindah ke tempat yang agak jauh.

BRAK!

Pintu kelas terbuka, seorang guru masuk. Semua bersiap di bangku masing-masing, kecuali Zhao Yun, yang masih asyik tidur.

"EHEM! ZHAO YUN!"

Guru bertubu besar dan berjenggot lebat nan panjang itu mendekati Zhao Yun dengan membawa keras tebal yang digulungnya. Semua mata tertju pada Zhao Yun. Mata mereka memandang penuh cemas. Perlahan kertas tebal yang digulung itu diayunkan ke arah kepala Zhao Yun dengan cepat.

BRAK!

Tapi, kerennya adalah Zhao Yun berhasil menghindari ancaman level 5 sampai-sampai ia harus terjatuh dari bangkunya. Semua mata seakan menjerit melihat kejadian itu, termasuk penulis fanfic ini. Kyaaa~ Zhao Yun keren~ Kyaaa~

Cukup. Hentikan. Ehem!

"Jangan tidur di kelas! Dasar bodoh!"

Zhao Yun menunduk minta maaf dan segera kembali duduk di bangkunya.

"Amazing, Zhao Yun! Tadi itu keren sekali!"

Guan Ping terus memuji Zhao Yun. Sepertinya dia sudah lupa soal emosinya tadi. Kini, semuanya bersorak atas kehebatan Zhao Yun saat menghadapi ancaman level 5.

"Hebat! Kau bias menghindari serangan dewa ayahku!"

Guan Ping, sebenarnya adalah anak guru berjenggot lebat nan panjang tadi, Guan Yu. Menurut pengalamannya, menghindari serangan ayahnya itu sangat susah, mungkin butuh kecepatan dewa untuk menghindarinya. Hanya Zhao Yun yang memiliki bakat kecepatan dewa.

"Luas biasa, amazing!"

Masih dengan pujian amazing tiada akhir.

"Duh, berisik amat sih….?"

Kini, Zhao Yun merasa terganggu dengan pujian amazing tiada akhir.

Kejadian tadi membuat seisi kelas membicarakannya, sampai harus tersebar kemana-mana.

"Karena kamu bias mengalahkan ayahku, aku mau traktir kamu, deh!"

"Hah? Ciyus? Miapah? Tumben ngajak aku?"

"Iya, karena kejadian amazing tadi!"

Ingat, amazing tiada akhir!

Dengan wajah bersinar yang lebih terang dari matahari terpancar dari wajah Zhao Yun. Baginya, itu adalah tawaran langka dari seorang pelit macam Guan Ping.

Sepulang sekolah, Zhao Yun yang sudah tidak sabar ditraktir itu merapikan bukunya dengan mata berbinar. Guan Ping mendatangi Zhao Yun.

"Btw, aku agak telat nih, masih ada hal yang harus kulakukan!"

"Yah, situ ngajak-ngajak tapi sibuk…"

"Ya maaf… Gini deh, nih kukasih uangnya, kamu pergi saja duluan. Kalau sempat aku kabari dirimu! Maaf ya~"

Guan Ping berlalu dengan cepat sambil menggotong tumpukan kertas yang membuat wajahnya terhalang. Zhao Yun terdiam, menatap uang yang diberikan oleh Guan Ping. Hmmm! Jumlahnya lumayan banyak! Dengan sumringah, Zhao Yun segera ngacir dari kelas menuju ke sebuah tempat yang bisa membuatnya makin bahagia.

Ia menelusuri lorong-lorong yang sudah hampir sepi itu. Terlihat horror karena agak remang-remang. Zhao Yun mempercepat langkahnya sambil tersenyum bahagia. Tapi…

BRUAK!

"APAAN TUH?!"

Sebuah tumpukan kardus terjatuh di sebuah ruangan yang gelap dan menimpa seseorang yang berada di sana. Dengan sigap, Zhao Yun menyingkirkan kardus-kardus itu. Seorang gadis berambut hitam panjang pun ia selamatkan. Wajahnya masih kekanak-kanakan dan suaranya lembut. Zhao Yun menatap gadis itu cukup lama. Gadis itu tersadar dan melihat Zhao Yun.

"MESUM!"

Zhao Yun panik. Gadis itu segera menghindari Zhao Yun dengan cepat.

"Anu… Aku bermaksud menolongmu, bukan yang lain, kok-"

"Ah! Kamu…"

"WOY APAAN NIH?!"

Tiba-tiba saja, Guan Ping masuk ke ruangan gelap tersebut dan menyalakan lampu. Dia syok melihat Zhao Yun bersama seorang gadis yang sangat ia kenal. Sangat ia kenal. Sangat…

"KAMU APAIN ADIK GUE?!"

"HAAAAH-?!"

Ternyata, gadis itu adalah adik Guan Ping, yang tergabung dalam anggota OSIS dan anak terakhir dari Guan Yu, Guan Yinping namanya. Gadis itu merapikan pakaiannya yang berdebu.

"ZHAO YUN! IKUT AKU KE RUANG OSIS! SEKARAAAANG!"

"Eh?! Woy! Ini salah paham!"

"PENJELASANNYA NANTI SAJA!"

Akhirnya, Zhao Yun ditarik Guan Ping ke ruang OSIS bersama dengan adiknya, Guan Yinping.

"Ngapain juga sih kamu berada di gudang?"

"Aku hanya mencoba membereskannya, kak!"

Selama perjalanan menuju ruang OSIS, Guan Ping berceramah panjang lebar. Ia menyalahkan Zhao Yun, terkadang juga menyalahkan adiknya. Kini, mereka tengah duduk berhadap-hadapan.

"Hey, nggak usah bertengkar di sini… Kamu melupakan tamu ya?"

"Eh- AAAH! Maafkan aku, ada sedikit insiden tadi-"

"Hoho~ tenang saja!"

Seorang laki-laki berjenggot (tapi tidak selebat Guan Yu, cuma sedikit kok) dan berambut coklat tua pendek duduk santai di kursinya. Seragamnya berwarna merah, berarti dia adalah orang dari luar SMA Shu. Orang itu duduk santai sambil bersiul, mendengarkan ceramah memalukan Guan Ping.

Zhao Yun melirik pria itu. Seragamnya berwarna merah, SMA… Wu?

"Hmm? Ada yang salah denganku?"

"Ah! Oh? Nggak kok, hanya saja… Aku ingin bertanya sesuatu…"

"Hm? Silahkan!"

Zhao Yun dan pria itu sekarang saling bertatap muka. Guan Ping yang ngomel-ngomel sendiri akhirnya terdiam, sedangkan adiknya daritadi sibuk bermain jari.

"Apakah kau… Kenal seseorang bernama-"

"Lu Xun? Tentu saja kenal, dia bekerja di café milikku!"

"E-eh.. Kenapa bisa tahu yang kumaksud…?"

"Gampang ditebak! Hahahaha~"

Zhao Yun terdiam sejenak, berpikir bahwa orang ini hebat sekali.

"Aku dengar banyak dari Lu Xun, ia bercerita mengenai teman kecilnya, aku tahu jika itu adalah kamu. Jika kau bertanya soal dia, dia bekerja di café milikku, tidak jauh dari sini!"

"Kalau begitu, bisa beritahu aku…?"

"Hm~ baiklah~ hanya saja, aku butuh alat tulis dan selembar kertas!"

Selembar kertas dan pensil langsung berada di depan pria itu dalam sekejap. Kini, wajah Zhao Yun terlihat serius. Pria itu tertawa kecil sambil menggambarkan denah café miliknya. Setelah itu, menyodorkan denah tersebut.

"Dia selalu bekerja sepulang sekolah sampai sore."

Zhao Yun menatap denah café tersebut. Jaraknya memang tidak jauh dari SMA-nya. Dengan itu, Zhao Yun langsung saja meninggalkan ruang OSIS tanpa pamit. Itu membuat Guan Ping kesal dengannya.

"Apa-apaan sih… Duh, maaf ya, Sun Ce! Anak itu memang-"

"Santai saja! Berikan dia kesempatan untuk bertemu dengan teman kecilnya yang telah lama hilang itu~"

Sebuah café berdiri gagah di depan mata Zhao Yun. Ia memandangi bangunan tersebut dan denah yang ia bawa. Setelah yakin, ia langsung memasuki café tersebut. Sebuah café yang tersusun rapi, warnanya tidak terlalu mencolok, memiliki layanan wifi yang secepat cahaya, dan dekorasi yang simpel tapi menarik. Ia duduk di tempat yang tidak jauh dari pintu masuk. Seorang pelayan datang membawa menu dan catatan pesanan.

"Selamat datang~ hendak memesan apa?"

Pelayan ramah itu menyodorkan menu.

"Sebelum memesan, saya mau Tanya dulu… Apakah ada pegawai yang bernama Lu Xun?"

Pelayan itu terdiam dan tersenyum pahit.

"Y-ya? I-itu saya… A-ada apa, ya?"

Zhao Yun langsung menatap pegawai yang mengaku sebagai Lu Xun itu dengan tatapan serius. Pegawai itu bingung.

"Kamu tidak ingat aku?"

"Ah… Um…"

"Menghilang kemana saja kamu ini?!"

"Eh…? Menghilang maksudnya…?"

Zhao Yun syok. Sepertinya dia tidak paham apa yang dikatakan Zhao Yun.

"Ingatlah, Lu Xun! Ini aku! Zhao Yun!"

Mata pegawai itu terbelalak. Ia tak sengaja menjatuhkan catatan pesanan tersebut ke lantai. Zhao Yun masih menatapnya dengan pandangan serius.

"Z-Zhao… Yun…?"

Wajahnya menunjukkan bahwa ia tak menyangka, bisa bertemu dengan sahabatnya yang telah lama tak ia jumpai.