clearly sky that she can see
A Story by Titania aka 16choco25
Shingeki no Kyojin © Hajime Isayama
Cast :
Jean Kirschtein, Sasha Braus
Summary : Hari itu, Jean kembali melihat Sasha berlari di bawah langit cerah.
.
i. potatoes
Mungkin bagi seorang Sasha Braus, kentang adalah makanan terbaik di dunia ini.
Jean tidak tahu apakah gadis itu idiot atau kurang cerdas dalam bahasa halusnya, namun―hei, siapa yang menyuruh gadis berkuncir satu itu dengan santainya makan kentang rebus yang dicuri dari dapur saat pelatihan baris-berbaris? Jelas saja keidiotan gadis itu langsung mencuri perhatian, apalagi saat gadis itu mendapat hukuman lari. Jean Kirschtein, sebagai salah satu saksi yang melihat gadis itu berlari memutari lapangan selama lima jam tanpa henti, tidak mau ambil pusing. Apalagi saat ini waktu makan malam, dan ia lebih memilih menikmati makan malamnya dibandingkan harus memedulikan seseorang yang bahkan tidak dikenalnya sama sekali.
Namun―gadis kentang itu malah menjadi begitu terkenal, seperti saat ini, banyak anggota pelatihan yang masih membicarakannya di tengah kegiatan santap-menyantap mereka.
"Hei, lihat. Gadis kentang itu belum memasuki ruang makan. Pasti ia masih berlari."
"Hebat, dia sudah berlari selama lima jam."
Jean mengenyitkan keningnya, sama sekali tidak peduli. Sebuah kesan pertama tentang gadis berkuncir satu itu langsung tertangkap oleh otaknya―perempuan idiot.
.
Sebuah langkah perlahan mengendap-endap, entah itu apa, pencuri atau apapun itu, pemuda berambut gandum itu tak tahu, sampai kedua pasang telinga siaganya menangkap suara-suara mencurigakan ketika ia menuruni tangga menuju toilet. Suara itu sepertinya berasal dari dapur. Dan rasa ingin tahunya malah semakin mendorongnya untuk berbuat lebih jauh lagi.
Dengan cepat ia melirik beberapa pintu kamar yang berderet rapi di hadapannya. Seluruhnya tertutup. Baru saja ia ingin melangkah untuk kembali, suara mencurigakan itu kembali terdengar. Dilangkahkannya kakinya perlahan menyusuri tangga kayu yang menuju ke arah dapur. Suara berderit dari dapur beserta cahaya remang-remang yang terlihat melalui ventilasi dapur membuat Jean semakin penasaran. Dibukanya pintu dapur dan dilihatnya sosok gadis berambut cokelat yang sedang berjongkok di hadapan sebuah boks kayu besar berisi bahan-bahan makanan.
Gadis itu―cukup mengejutkan, Sasha Braus, melambai riang ke arah Jean sambil menggigit kentang rebus yang masih berbentuk utuh dengan santainya.
"Mm, hai!" Gadis itu mengulurkan kentang di tangannya disertai senyuman ramah di wajahnya. "Apa kau kelaparan juga? Mau?"
Tentu saja tidak. Jean langsung menjawab pertanyaan itu dalam hati. "Oh―Braus," kening Jean membentuk guratan-guratan samar yang saling berlawanan. "Apa yang kau lakukan? Kau mencuri lagi?"
"Aku tidak mencuri. Ini sisa makanan yang nyaris terbuang. Sayang, jadi kumakan saja."
Sungguh, Jean berani bersumpah, kemampuan berdalih seorang Sasha Braus patut diacungi jempol tinggi-tinggi―karena ia mengatakannya dengan wajah yang sangat meyakinkan dan bersikap seolah-olah ia tidak memiliki dosa apapun. "Hei, kau mau dihukum kurungan? Memangnya bagimu tidak ada hal yang lebih menyenangkan ketimbang mencuri, ya?"
"Bukan mencuri. Makan membuatku lebih kuat," bantah gadis bersurai cokelat tua itu dengan cepat. "Dan tolong jangan menatapku seperti itu. Aku merasa seperti anak kecil yang tertangkap basah mencuri selai."
"Kau ini memang sedang mencuri, bodoh," tangan Jean sudah bersiaga dengan cepat di hadapan saklar. "Biar kunyalakan lampunya agar semua orang bisa melihat tingkahmu yang memalukan itu."
Refleks, buru-buru Sasha menyarangkan tendangan kaki kanannya ke kening lelaki berambut gandum itu dengan wajah panik―habislah ia jika ia ketahuan mencuri lagi, bisa patah kakinya jika ia kembali berlari berkeliling lapangan. Jean langsung meringis kesakitan, namun tangan Sasha sudah bergerak terlebih dahulu untuk membungkam mulut Jean sambil menahannya ke dinding dan menghimpitnya dengan tubuhnya sendiri. Jean, kini meronta-ronta dengan mulut terbungkam seperti anak sapi yang hendak dipotong dagingnya.
Bagi Sasha, tak masalah jika hukumannya hanya berlari. Kabar buruknya adalah―mungkin ia tidak akan mendapat jatah sarapan beserta makan malam secara sekaligus.
Astaga, mungkin ia bisa mati dalam sehari karena kelaparan.
"Diam dulu, kumohon! Kumohon, jangan beri tahu siapapun!"
Baru kali ini seorang Jean Kirschtein ingin membunuh seorang gadis, dan gadis itu adalah seorang gadis pemaksa bernama Sasha Braus, yang langsung membuat keningnya memar saat pertama kali mereka berkenalan. Kesan pertama yang bagus sekali. "Lepaskan aku," katanya, masih dalam himpitan tubuh Sasha yang menahannya hingga batas dinding. "Baiklah, aku tidak akan memberi tahu siapapun. Sekarang lepaskan aku," wajah lelaki itu langsung berstrata kaku ketika jari-jemari Sasha perlahan-lahan lepas dari kerah bajunya dan gadis berkuncir satu itu tersenyum kembali.
"Terima kasih."
Gadis itu kembali berjongkok, mengacak isi boks kayu di hadapannya seperti beruang kelaparan, beserta tatap penasaran Jean yang masih berdiri di sana. Tak berselang lima detik, gadis itu kembali memutarkan kepalanya ke arah Jean yang masih berdiri di hadapannya, menatapnya sambil tersenyum.
"Hei. Boleh aku minta tolong padamu?"
Alis Jean terangkat sekian sentimeter. "Memangnya kau siapa, berani meminta tolong padaku?" jawab lelaki itu dengan nada kesal, dan Sasha berdiri, mengulurkan setengah kentang rebus di tangannya dengan senyum yang masih bertahan di wajahnya. Lagi-lagi Jean bingung. Apa gadis itu meminta tolong padanya untuk menghabiskan sisa kentang rebusnya? Sialan, Jean tidak suka barang sisaan.
"Kuberikan setengah kentang rebusku kalau kau bersedia membantuku untuk berjaga-jaga di depan pintu dapur, aku takut ada orang yang memergokiku."
Ia tidak butuh kentang rebus, sialan, apa gadis berambut cokelat tua itu berusaha menyuapnya? "Dasar bodoh, jangan pernah kau menyuapku dengan makanan sisaan! Apalagi itu hasil curian, aku tidak mau."
"Jangan sebut ini hasil curian," gadis itu menatapnya sangsi. "Ini hasil yang diperoleh dengan cara cerdik."
Sama saja, pikir Jean dengan konyolnya. Apakah gadis idiot bernama Sasha Braus ini tidak tahu perbedaan kata mencuri dengan cara cerdik? "Sama saja, gadis idiot. Tenang saja, aku tak perlu suapanmu. Aku akan menjaga pintunya. Sekarang cepat selesaikan pekerjaanmu, gadis kentang."
Sasha ingin membuka mulutnya untuk mengucapkan terima kasih, namun tiba-tiba derap langkah kaki seseorang terdengar di ujung ruangan. Jean buru-buru menarik Sasha bersembunyi ke dalam meja kayu mahoni di hadapan mereka, dan Sasha menyadari lengan tegas Jean merengkuh tubuhnya, hingga ia sadar jarak sekian sentimeter di hadapan wajahnya adalah wajah Jean, yang masih merengkuh tubuhnya dengan erat. Iris mata mereka bertatapan. Aroma harum meranggas, aroma tubuh Jean.
Derit pintu terdengar, mungkin seseorang menyadari mereka ada disini.
Tapi Sasha Braus tidak peduli. Ia menyukai aroma tubuh Jean, dan menyukai bagaimana cara Jean merengkuhnya.
.
continued.
