Tepat di bawah terik, bibirnya menjajah milik dari yang disebutnya sebagai sahabat. Sengaja mendorong saliva dalam jumlah banyak ke dalam rongga mulut pasangan, menanggalkan kewarasannya pada pucuk lidah lihai tatkala menyapu langit-langit basah.
"Mae...ha...hh,"
Serupa anak kucing, sang penantang bergelayut limbung seraya mencengkeram bagian rompi depan seragam dari sosok di hadapan. Pelupuknya menolak terbuka. Semata-mata pasrah menerima proses pagutan sedari awal dengan netra terpejam.
Yang berhasil menghentikan aksi mereka hanya bunyi bel nyaring, menandakan jam istirahat siang telah usai. Keemasan dan legam, segera mundur sekitar dua-tiga langkah untuk meraup oksigen yang sempat absen mengucuri sendi paru-paru.
"—terima kasih, Maehara..."
Sedikit sisa liur di ujung bibir diusap cepat dengan punggung tangan.
Tersenyum, surai senja yang membingkai wajah tampan menyentak sekilas, "Sampai jumpa tiga jam ke depan, Isogai..."
Dua pasang derap kaki terdengar menjauhi atap sekolah sesudahnya.
Sebelum Sakura
Assassination Classroom (c) Matsui Yūsei
Warning: AU | Slash | NTR | Multipair | Drama | Keju
.
by Ratu Obeng (id: 1658345)
.
.
.
Chapter 12 : Antisiden
"ACARA KELULUSAN KURANG DARI TIGA BULAN LAGI DAN LIHAT APA SAJA YANG SUDAH KALIAN KERJAKAN!?"
Ribut-ribut itu berasal dari ruang Osis.
Puluhan kertas berceceran, sebuah kursi tidak berdiri lagi sesuai funginya, dan insan sejumlah jari hanya mampu menunduk dengan kaki gemetaran. Ketuk pantofel yang menggerus lantai dingin terdengar begitu kasar, bisa saja tiba-tiba menendang beberapa obyek malang hingga berpindah posisi.
Asano Gakushuu merasa sudah tak ada gunanya buang-buang tenaga sehingga memutuskan kembali bertengger, kali ini pada alas duduk berbeda. Ibu jari kanannya ditekan di area kening, menahan emosi yang sudah berpindah level ke taraf maksimal.
"Maaf, Senior Asano... k-kami yang salah perkiraan jadwal..." satu dari tersangka memaksakan suara.
Masih bergeming di tempat, Asano mendelik ke arah kalender yang sudah dihiasi banyak coret-coret tidak berguna. Tentu saja, karena tidak semua yang tercatat di sana dikerjakan dengan semestinya. Sebuah hal sia-sia jika mengenang masa-masa penyerahan jabatan Osis miliknya pada sekumpulan sampah tak bertanggung jawab.
"Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang, Asano?"
"Aku sedang berpikir, Takebayashi..."
Kelas tiga SMA Kunugigaoka. Identiknya dengan pensil dan lembaran soal yang menyakiti isi kepala, bukannya dipaksa mengurus buku kenangan mahasiswa pun keperluan wisuda.
"Kau kan sudah diterima di universitas kedokteran ternama. Tidak ada salahnya sedikit membantu adik-adik kelas supaya acara pelantikan kita nanti berjalan lancar."
Nada dongkol, "Kau mau aku mati sebelum hari-H? Aku tidak bisa mengerjakan semua sendirian!"
"Aku tidak bilang kau harus sendirian..."
Merasa mantan partnernya selama menjabat sebagai ketua Osis sekiranya memiliki gagasan cemerlang, Asano mengusir sisa junior yang mengganggu pemandangan hanya dengan beberapa rangkai frasa ketus.
"—dua-tiga orang sudah cukup untuk mengerjakan ini semua secara berkala sampai awal maret tahun depan." Asano tekun mendengar, "Kita hanya harus mengajak semua ketua kelas tiga untuk membantu."
Kelereng ungunya berputar malas, tangannya menampilkan gestur tidak suka, "Kutolak."
"Yang benar saja..."
"Beri aku opsi lebih menarik selain berurusan dengan anak IPS. Kukira idemu lebih baik dari ini, Takebayashi."
Si kacamata tebal berdecak menuntut, "Jangan egois! Kita tidak mungkin merepotkan guru pembimbing lagi, porsi kerja mereka sudah lain!"
"Lalu apa alasannya aku harus memanggil para ketua kelas, bukan mantan anak Osis lain?"
"Memangnya ada? Periode lalu hanya kita berdua yang mengurus semua agenda siswa, ingat? Anggota sisa berhenti sepihak karena tidak tahan mengikuti jadwal kerjamu yang tidak manusiawi." sarkasme itu dilontarkan Takebayashi terang-terangan.
Bergeming. Menimbang untung rugi dari konsep yang ditawarkan membuat kepala Asano mengepul hebat beberapa saat. Mendengus sebal, tangannya menyambar secarik kertas dan sepucuk alat tulis yang langsung disodorkan tepat di muka lawan bicara.
"Beri aku nomor siswa dan nama ketua kelas E sekarang."
.
.
[ Isogai Yuuma, kelas 3 E. ]
.
[ Nomor induk siswa; 05642302. ]
.
[ Kemudian informasi tambahan lainnya— ]
"Berhenti menggodaku begitu, Maehara!"
Mustahil tidak melakukannya, apalagi jarang sekali ia berkesempatan melihat personifikasi malaikat di depannya berkacak pinggang dengan hias kerut di antara kedua alis. Tawa yang sedari tadi ditahan membuat perut sang casanova dirubung rasa sakit.
"Padahal kau tahu aku tidak membawa serum hari ini! Jahat!" omelan itu masih berlanjut, ditambah semburat pekat pada pipi yang menggembung sebal.
Hari sudah sore, dan atap sekolah gedung dua seharusnya sudah terkunci rapat kalau Maehara tidak memakai jurus gombal andalannya (demi mendapatkan kunci cadangan sembunyi-sembunyi dari petugas kebersihan sekolah yang kecentilan). Entah sejak kapan mereka memastikan selesa rahasia tersebut sebagai tempat favorit berbagi cerita, tawa, bahkan murka.
"MAEHARAAA!"
"Teruslah memohon, Isogai. Aku senang mendengarnya..."
Geram pendek ditambah rona pekat pada daerah pipi, "Aku benci kau! Dasar playboy sadistik sialaaa—"
Huruf vokal terakhir menjadi kesempatan Maehara untuk menyambar cepat bibir lembut sahabatnya tanpa ampun. Segera mempertemukan lidah dan lidah agar beradu panas, memindahkan likuid sekresi miliknya pada yang sedari tadi merengek manja.
"Mhh... Mae... hnn..."
Sejujurnya Isogai masih ingin mengumpat karena rengkuhan pada tengkuknya semakin nakal dan menyebalkan. Tapi ia membutuhkannya—ia sangat membutuhkan Maehara Hiroto untuk beberapa menit ke depan.
.
[ —dia dan teman sekelasnya sering diam-diam pergi ke atap sekolah. ]
.
Terhanyut, iris cerah dari remaja yang memiliki helai serupa bayangan bersembunyi lagi ketika menerima aksi ciuman nan profesional. Tidak sedikitpun menyadari figur berhelai pucat sedang memerhatikan semua adegannya secara seksama dari ambang pintu yang setengah terbuka.
To be continued...
.
.
.
A/N:
Kembali lagi bersama Obeng dan fiklet MC yang sungguh-nista-picis-sekali demi menampung headcanon humu segi banyak yang terlanjur bocor-bocor. Chapter perdana ini dipersembahkan spesial untuk akun RP Isogai ((et)PobresComittee), Maehara ((et)WomanizingGuy) dan Asano ((et)PerfectionSC_) di twitter.
Sebelum Sakura (mari kita singkat SS) akan di update setiap RABU (pagi? sebangunnya author /lol).
Yang rajin dukung dan tepat waktu (mungkin) bakal dikasih surprise di puncak acara #PHP #dueshh
R&R Maybe? C:
