Disclaimer : Masashi Kishimoto

Warning : OOC, AU, typo maybe, T semi M, Twoshot

.

.

.

CLOSE

.

.

.

Hyuuga Hinata adalah orang dengan pemikiran yang begitu simple, Hinata kira orang yang selama 4 tahun ini dicintainya akan menjadi jodohnya nanti. Hinata kira kalau dia mencintai seseorang, maka orang itu akan mencintainya juga. Dia pikir cinta sesimple itu. Hinata lupa kalau di dunia ini begitu banyak orang dan perbandingan perempuan dan laki-laki itu jumlahnya lebih besar perempuan.

Pesta kelulusan kuliahnya yang diadakan oleh salah satu teman satu kelasnya yaitu Yamanaka Ino, yang berlangsung di rumah Yamanaka itu sendiri merubah pemikiran seorang Hyuuga Hinata mengenai cinta. Gadis berusia 22 tahun itu tadinya sedang mencari-cari orang yang dicintainya di tengah teman-temannya yang sedang menikmati pesta.

Baiklah, malam itu dia ingin mengatakan perasaannya kepada Uzumaki Naruto, teman satu kelasnya. Hinata sudah sangat bertekad, demi apapun Hinata merasa harus menemukan Naruto. Namun, gadis itu tidak menemukan Naruto di manapun di lantai 1 rumah keluarga Yamanaka. Entah firasat dari mana, dia ingin sekali mencari Naruto di lantai 2 rumah Yamanaka. Sebab di lantai 2 pun, ada para penikmat pesta dengan kegiatannya, entah itu sekedar mengobrol atau memakai beberapa kamar Yamanaka untuk bercumbu.

Hinata tidak berpikiran Naruto menjadi salah satu orang yang memakai kamar Yamanaka itu. Yang Hinata tahu Naruto adalah orang yang begitu baik. Mungkin Naruto sedang mengobrol bersama teman-temannya di lantai 2.

Satu-persatu anak tangga Hinata naiki, ternyata di atas juga orang yang dicarinya tidak ada di antara orang-orang yang sedang mengobrol. Hinata memutuskan untuk kembali lagi ke lantai 1, namun saat akan turun, Hinata melihat pintu di kamar yang paling ujung agak sedikit terbuka. Hinata hanya ingin tahu, entah kenapa dirinya merasa begitu penasaran.

Perlahan-lahan dirinya berjalan menuju pintu yang sedikit terbuka itu. Hinata penasaran kenapa pintu itu terbuka, ceroboh sekali orang yang melakukannya, Hinata langsung menutup mulutnya, tidak sanggup berkata apapun karena apa yang dilihatnya itu. Di dalam pintu kamar yang sedikit terbuka itu ternyata diisi oleh dua orang berlawanan jenis yang sedang berdiri sambil berciuman.

Mungkin kalau orang yang dilihat Hinata di dalam kamar itu adalah orang lain, Hinata akan langsung pergi. Dia juga sadar kalau dirinya mungkin akan menjadi pengganggu. Tapi ini, dia hanya diam mematung dan air matanya mulai menggenang. Uzumaki Naruto, orang yang dicintainya sedang berciuman dengan Shion di dalam kamar tersebut.

Hinata tidak menyangka, Naruto tidak terlihat menyukai Shion, atau memang Naruto yang pandai menyembunyikan perasaannya, atau Hinata telah menutup matanya selama ini. Mereka terlihat begitu intim. Hinata tidak tahan dan meninggalkan tempat itu.

.

.

.

Kalau kedua kakaknya tahu apa yang dilakukannya sekarang, mereka tidak akan mengomel sepanjang waktu, tapi langsung melarang Hinata agar tidak keluar rumah selama seminggu atau mungkin lebih, walaupun dia sudah dewasa tapi bagi kedua kakaknya, Hinata masih kecil.

Tapi untuk saat ini, hanya minuman keras yang menurut Hinata dapat membantunya saat ini. Rasanya aneh menurut Hinata, dia baru pertama kali meminumnya, tapi lama-kelamaan Hinata terbiasa akan rasanya yang panas di tenggorokan.

Di satu sisi laki-laki yang baru saja mencarinya ke sana-kemari di tempat pesta itu merasa lega dan merasa sangat khawatir di sisi lain karena menemukannya minum-minum di depan bar kecil yang disediakan si pemiliki rumah. Tadinya ia tahu kalau Hinata-gadis yang bersamanya datang ke pesta-yang selama ini dilindunginya-bilang kepadanya akan mencari Naruto dan akan mengatakan cinta kepadanya, namun Gaara khawatir karena Hinata tak kunjung kembali, tadi dia bilang "Hanya sebentar, Gaara-kun."

"Aku bisa dibunuh kedua kakakmu kalau kau begini." Gaara merebut gelas yang sedang dipegang oleh Hinata. Wajah Hinata sudah memerah dan pipinya basah oleh air mata. Gaara bisa menebak apa yang terjadi, Naruto menolak cintanya.

"Hiks...Gaara...aku tidak tahu kau setakut itu pada mereka."

Bukan, Gaara tidak takut pada mereka. Hanya saja kedua kakak laki-laki Hinata sudah sangat percaya pada Gaara untuk menjaga Hinata, terutama dari gangguan para 'serangga'. Mereka percaya kepada Gaara karena faktor dahulu Gaara adalah tetangga mereka sejak Gaara dan Hinata SMP. Gaara bersekolah di tempat yang sama. Sebenarnya bukan hanya itu yang menjadi alasan mereka mempercayakan Hinata kepadanya, namun karena Gaara memiliki keperibadian yang sama dengan mereka, sama-sama mempunyai fisik yang tampan, sama-sama dingin, dan irit bicara. Sebagai orang yang diberi kepercayaan, Gaara harus bertanggung jawab.

"Gaara-kun, mau minum?" tanya Hinata, dia sudah mabuk berat. Gaara tidak akan mau minum, karena dia tidak kuat alkohol, sekali teguk saja dia akan mabuk.

Tiba-tiba Hinata menundukkan kepalanya, "Naruto-kun menyukai Shion...dia...dia tidak menyukaiku." Tapi kemudian dia mengangkat kepalanya lagi. Menarik kerah Gaara dan mengambil gelas yang dipegang Gaara. Hinata memaksa Gaara untuk mencoba minuman yang berwarna emas kecoklatan itu.

Hinata yang mabuk, sangat berbanding terbalik dengan sifat aslinya yang lembut, tidak suka memaksa orang, bahkan pemalu. Tapi ini...

Mau tak mau Gaara membuka mulutnya dan menenggak minuman yang disodorkan Hinata. Gaara merasa tidak tega namun juga bingung alasan apa yang akan dikatakannya pada kedua kakak Hinata yang over protectif itu.

Mereka berdua tidak sadar kalau malam itu adalah malam awal di mana hubungan mereka berubah. Benar Gaara memang akan langsung mabuk, tapi dia juga masih punya kesadaran untuk mengantar Hinata pulang malam itu ke rumahnya. Sekarang dia sudah bukan tetangga Hinata lagi semenjak dia masuk kuliah, karena Keluarga Gaara pindah rumah. Sekarang Gaara juga tidak tinggal bersama keluarganya semenjak sebulan lalu karena dia memilih hidup mandiri di apartemennya.

Baiklah, awalnya niat Gaara memang akan mengantar Hinata pulang, persetan nanti alasan apa yang akan dikatakannya kepada kedua kakak Hinata saat melihat Hinata pulang dengan keadaan mabuk. Tubuhnya memang tidak kuat akan alkohol, di luar dugaan, mereka justru bermalam di mobil Gaara.

Bukan hanya sekedar tidur, entah siapa yang memulai, yang Gaara dan Hinata tahu pagi itu mereka sudah berada di dalam mobil Gaara yang terparkir di tempat yang begitu sepi. Hinata hanya memakai jas Gaara yang menutupi tubuhnya, ditekankan hanya jas saja, sementara tubuhnya tidak mengenakan apapun. Gaara? Jangan ditanya. Dia terlihat acak-acakan, tanpa mengenakan pakaian walau masih mengenakan celana panjang,namun dengan reksleting terbuka.

Mereka sama-sama terdiam saat itu, Hinata menutup wajahnya dan menangis dalam diam. Tidak tahu apa yang harus dikatakan, seakan kata-kata adalah hal yang tidak berarti saat itu. Gaara merasa bersalah, sangat bersalah. Bodoh, dirinya merasa begitu bodoh.

"Aku akan bertanggung jawab." semoga itu setidaknya akan mengurangi kesedihan Hinata untuk saat itu, ya mungkin walau hanya sedikit. Setidaknya kalimat itu membuat Hinata menoleh kepada Gaara.

.

.

.

Hyuuga Sasuke membuka pintu rumahnya yang besar, setelah ada bunyi bel. Kebetulan saja dia ada di ruang tamu, kalau tidak, mungkin pelayan yang akan membuka pintu itu. Hyuuga Neji mengikuti dari belakang. Mereka sedang membicarakan bisnis. Mereka berdua mengelola perusahaan mereka, setelah kedua orang tua mereka meninggal beberapa tahun lalu.

"Oh, kau." Sasuke sudah terbiasa dengan kedatangan Gaara ke rumahnya, untuk menemui Hinata karena urusan kuliah. Hinata dan Gaara mengambil juruan yang sama di jurusan Ekonomi dan Bisnis dan mereka satu kelas. Karena Sasuke dan Neji tidak bisa menjaga Hinata di sekolah atau di kampus, Gaara lebih berkemungkinan besar menjaga Hinata.

Tapi mereka kan sudah lulus, atau apa mungkin ada pesta lagi. Pesta yang membuat Hinata berbohong ketika pulang kepada kedua kakaknya karena pulang pagi, Hinata mengatakan menginap di rumah Ino. Tadinya Gaara akan mengatakan yang sebenarnya hari itu, namun dicegah oleh Hinata. Biar nanti mereka pikirkan lagi jalan keluarnya atau mereka melupakan saja masalah itu, menganggap hal itu tidak pernah terjadi, kedua kakak Hinata tidak perlu tahu.

"Kau ingin menemui Hinata?" tanya Neji.

"Tidak, aku ingin menemui kalian."

Hinata merasa begitu lemas, dia membaringkan kepalanya di meja belajarnya. Pelayan mengantarkan susu untuknya. "Nona, di bawah ada Tuan Gaara."

"Gaara-kun?"

Tentu nama itu baru didengar lagi olehnya setelah beberapa hari, mereka lose contact.

"Iya, sedang berbicara dengan Tuan Neji dan Tuan Sasuke."

Amat terkejut, dan berlari menuju ke ruang tamu.

"Aku akan bertanggung jawab." kata-kata itu yang terngiang sekarang dari ingatan Hinata.

.

.

.

.

Sasuke dan Neji merasa ini seperti lelucon, tidak mungkinkan Gaara mengatakan hal seperti itu tiba-tiba. Ya kalimat lamaran namun terlihat memaksa "Aku ingin menikahi Hinata."

Bagi Neji dan Sasuke ini terlalu tiba-tiba. mereka berdua tahu siapa laki-laki yang dicintai Hinata, laki-laki berambut kuning itu-Uzumaki Naruto. Gaara dan Hinata hanyalah teman. Pasti Hinata sudah menganggap Gaara seperti kakaknya sendiri.

"Kau bercanda?" tanya Sasuke.

"Tidak, aku memang harus menikahi Hinata."

Baiklah, ini begitu konyol. Gaara harus jujur "Aku sudah meniduri Hinata."

Mungkin hanya sepersekian detik jeda waktu setelah Gaara mengatakan itu, Gaara langsung merasakan pukulan dari Sasuke dan tarikan di kerah bajunya yang dilakukan oleh Neji.

"Nii-san" Hinata langsung melepaskan tangan Neji dari kerah Gaara.

Gaara bodoh sekali melakukan hal ini tanpa membicarakan hal ini dulu dengan Hinata. Bukan tidak mungkin, Gaara memerlukan keberanian yang sangat banyak untuk menemui mereka dan mengatakan yang sebenarnya.

Campur aduk antara rasa kecewa, dikhianati, dan sedih yang dirasakan Neji dan Sasuke. Mereka mempercayakan adik perempuan mereka satu-satunya kepada orang yang mereka percayai. Mereka kira karena Gaara seperti mereka, maka Gaara tidak akan berani menyentuh Hinata dan bisa melindungi Hinata. Lagipula mereka kenal sejak kecil.

"A-aku mohon, restui kami."

Kalau sudah begini, Hinata tidak tahu apa yang harus dikatakan dan pada akhirnya Hinata memilih jalan ini, memilih untuk menerima lamaran Gaara.

.

.

Thank You

Ryu