Disclaimer

Naruto punya Masashi Kishimoto dong

Stay For You! baru punya Sasukey OnyxBlue-Sky

Pairing

SasuFemNaru

Warning

Genderbender, OOC, Miss typo, absurd, dll.

DON'T LIKE DON'T READ!


Apa pun yang terjadi... sejauh apa pun kau melangkah pergi...

Kau akan selalu bisa kugapai dengan kedua tangan kotorku.


"Jangan pacalan mulu ih!" tegur seorang anak kecil saat melihat kedua orangtuanya sejak tadi sibuk berpelukan. Tidak memerhatikan wajah anaknya yang badmood karena merasa tidak dipedulikan. Bocah laki-laki bertubuh gempal dan usianya baru menginjak tiga tahun itu menatap kedua orangtuanya sebal. Kedua mata sayunya yang begitu mirip dengan sang papa menatap ibunya tajam.

"Menma bawel deh." Sasuke, taipan muda yang memiliki paras bak pangeran negri dongeng itu balas menegur putra semata wayangnya. Ia melepaskan pelukan Naru dan mengecup kening sang calon istri sekilas.

Belum menikah?

Yah, Sasuke dan Naru memang belum menikah tetapi sudah memiliki seorang putra. Diawali kehidupan Naru yang pelik dan memutuskan pergi ke kota untuk bekerja yang ternyata dijadikan pembantu di sebuah rumah bordir, lalu bertemu dengan Tuan Muda kaya yang angkuh dan begitu menginginkannya. Dibeli Sasuke untuk dirinya sendiri, lalu kemudian kabur saat hamil karena merasa dicampakkan.

Dua tahun kemudian seolah ada benang merah yang menghubungkan hati keduanya, di sebuah supermarket mereka kembali dipertemukan dengan sosok kecil Menma yang belum bisa bicara tetapi tiba-tiba memanggil Sasuke 'Papa'.

Dan setelah menghadapi konflik rumit seperti berebut Naru dengan adik kandungnya sendiri, lalu memutuskan pergi dari rumah karena hubungannya tidak direstui oleh ayahnya yang berhati dingin, momen Menma yang mengidap kanker otak ternyata menjadi alasan yang kuat bagi Naru untuk kembali kepada cinta pertamanya.

Dan setelah cukup lama kembali tinggal bersama, mereka memutuskan untuk menikah agar si kecil Menma bisa resmi menyandang nama keluarga 'Uchiha'.

"Ah, Papa pacalan mulu, sih." Menma nyaris mirip dengan ayahnya, perbedaannya hanya ada pada mata biru safir yang diturunkan sang Mama. Seperti replika Sasuke saat masih balita. Sifat playboynya pun sudah terlihat semenjak ia masuk Playgroup satu tahun lalu. Menma memang lebih senang berkumpul dengan teman-teman gadisnya untuk tebar pesona.

"Sirik saja." Sasuke menghampiri putranya yang sudah duduk di seatcar lalu mengencangkan seatbelt-nya. Tidak mau ambil resiko jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan putranya itu terlempar karena kurang pengawasan.

"Ndak mau duduk sitkal, Papa." Menma merengek. Ia memang tidak pernah suka duduk di seatcar. Tidak bebas bergerak.

"Tidak boleh nakal!" Sasuke menggesekkan hidung mancung mereka. ia menyingkir lalu membiarkan Naru masuk ke dalam mobil. Duduk di belakang sopir.

"Kau cepat menyusul, kan?" Tanya Naru cemas. Sasuke sangat sibuk, tidak jarang ia melupakan janjinya. Tapi momen ini adalah momen yang selama ini ditunggu Naru. Ia berharap Sasuke tidak lupa dua hari lagi di desanya, mereka akan menikah.

Yah, saat ini Naru akan pulang ke rumahnya untuk meminta restu kedua orangtuanya. Tidak lama lagi nama Naruto Namikaze akan berganti menjadi Naruto Uchiha.

"Pastinya!" Sasuke menjawab mantap. "Aku ada meeting di Kyoto hari ini. Tapi nanti malam langsung kembali ke Tokyo lalu pergi ke Konoha."

"Aku harap kau tidak lupa."

"Aku belum sepikun itu Sayang."

Satu lagi hal yang membuat Naru percaya Sasuke yang sekarang bukan lagi Pangeran arogan yang selalu menyakiti hatinya dengan kata-kata kasarnya. Sasuke yang sekarang selalu bersikap manis dan memberikan perhatian cukup untuknya sekalipun memang jarang punya waktu longgar. Sasuke juga selalu menyempatkan diri untuk menemani Menma bermain di hari libur.

"Menma!" panggil Sasuke lagi. Menma menoleh pada papanya lalu mengangkat dagunya angkuh. Ia tidak mau menjawab. Benar-benar replika Sasuke. Melihat gelagat putranya Sasuke hanya mendengus geli. "Papa bisa titip Mama?"

"Ya."

"Adik bayinya juga, ya?"

Menma berpikir sejenak. Ia melirik perut ibunya yang katanya ada calon adiknya di dalam sana. Entah apa yang sedang dilakukan adiknya itu?

Naru memang sedang mengandung anak keduanya, karena itu mereka memutuskan mempercepat menikah saat mengetahui kandungan Naru sudah menginjak bulan kedua beberapa hari lalu.

"Ya!"

"Kau itu ketus sekali." Sasuke menggeleng pelan. Menma tidak ambil pusing dan kembali memainkan robot gundam yang tengah digenggamnya sejak tadi.

"Dia mirip Papa." Naru terkekeh. Sasuke hanya mengusap puncak kepala Naru lalu mengangguk. "Aku tunggu di sana."

"Setelah beres aku langsung menyusul." Sasuke kembali membungkuk dan mengecup pipi Naru sekilas.

"Peluk lagi, tium lagi." Cibir Menma yang mulai tidak sabaran.

"Yasudah, aku bosan diomeli Menma yang sedang badmood. Kalian hati-hati." Sasuke tersenyum lalu menutup pintu mobilnya. Tidak lama kemudian, mobil jaguar silver itu melaju pelan meninggalkan kediaman Sasuke menuju tujuan utama mereka.


Di dunia ini pasti akan ada banyak hal yang berubah...

termasuk seseorang yang awalnya begitu rapuh pun akan menjadi kuat jika ia sudah tahu tempatnya berlabuh yang tepat


Memasuki jalanan pesawahan, Menma berbinar-binar melihat sekelilingnya. Ia yang sudah diperbolehkan Naru turun dari seatcar sejak tadi berdiri menghadap jok sambil melihat pemandangan di belakangnya. Tentu saja dengan Naru yang memegangi punggungnya agar Menma tidak terjatuh.

Hamparan tanah coklat berombak yang basah, dengan beberapa kerbau di atasnya. Mata bulat berwarna biru itu terus saja menatap apa pun yang bisa dilihatnya dan dianggapnya menarik. Ia menarik-narik lengan gaun Naru, gadis itu tersenyum lalu mengecup pelipis putranya.

"Mama-mama, ada banteng." Tunjuk Menma saat melihat sekumpulan kerbau di salah satu sisinya. Naru melihatnya sekilas lalu terkekeh.

"Itu namanya bukan banteng sayang, tapi kerbau."

"Kebaw…" beo Menma lalu mengangguk. Sekalipun ia masih tidak terlalu paham.

"Mama-Mama, uang-uang!" Menma lebih ceria lagi saat begitu memasuki desa Konoha, banyak anak kecil yang berteriak-teriak ceria sambil berlari mengikuti mobil mewahnya. Ia terkikik saat berpikir mungkin saja mereka semua pengemis yang sedang meminta sumbangan.

"Eh, mereka bukan pengemis." Kali ini tawa Naru terdengar renyah. Sementara supirnya hanya bisa menggeleng geli karena kelakuan tuan kecil yang begitu antusias.

Hari menjelang sore, setelah melakukan perjalanan sekitar empat jam, akhirnya mereka sampai juga di pekarangan rumah Naru. Sudah direnovasi menjadi lebih layak sejak setahun lalu, Naru memang sengaja mengirim uang yang cukup banyak agar orangtuanya tinggal di rumah yang lebih layak.

Supir Naru turun dari mobil, ia membukakan pintu untuk Naru dan Menma. Naru turun lebih dulu lalu memangku Menma yang tampak kelelahan. Tapi dengan cepat Menma meronta-ronta. Ia mengingat pesan ayahnya semenjak tahu di dalam perut ibunya ada bayi, ibunya tidak boleh mengangkat yang berat-berat.

Dan diusianya yang ketiga tahun sudah mencapai Sembilan belas kilo tentu saja cukup lumayan. Tampaknya Menma cukup sadar diri dengan tubuh gempal yang dibalut kulit putih susunya.

"Ndak boleh gendong Mama. Kasian adik bayinya." Menma menegur ibunya yang hanya nyengir setelah diturunkan. Ia memakai setelan jas seperti pakaian yang biasa Sasuke kenakan ke manapun ia pergi. Tampaknya, bocah itu memang tipe seseorang yang perfeksionis.

"Itu Naruto, kan? Belum menikah kok sudah punya anak?" bisik segerombolan ibu-ibu yang tadi juga ikut iring-iringan mobil mewah yang membuat mereka penasaran siapa siempunya? Mereka saling mencibir dan menyindir dengan suara yang cukup keras.

Naru hanya diam sambil mengepalkan tangannya geram. Ia berusaha sabar saat mendengar segala hinaan dari orang-orang yang sejak awal tidak pernah menaruh simpati atau bahkan bisa dibilang membenci keluarganya.

Sampai kemudian ada yang mengatakan dirinya 'pelacur'. Ia sudah tidak bisa lagi menahan amarahnya. Sambil tangannya yang terus menuntut tangan Menma, dengan gaya angkuh bak permaisuri Naru menghampiri gerombolan ibu-ibu yang sejak tadi terus saja menatapnya sinis.

"Kalian tahu?" Tanya Naru diiringi senyuman sinisnya. "Mulut kotor kalian itu bisa mengantarkan kalian semua ke penjara."

"Huh? Jangan karena sekarang kau jadi orang kaya, kau jadi sombong ya Naru!" balas seorang ibu-ibu bertubuh gempal. "Penampilan sih memang berbeda, tapi watakmu itu tidak berubah, jual diri saja bangga."

Naru menelan ludahnya pahit, ia berusaha tenang saat cengkeraman Menma di tangannya mengerat. Tampaknya balita kesayangannya itu juga merasakan kemarahan ibunya.

"Kalian jangan macam-macam." Naru mendesis mengerikan. Bola mata birunya tampak memerah menahan marah. "Kalian tidak tahu sekaya apa aku sekarang?

Aku, bahkan bisa menyuruh seseorang untuk membantai kalian semua tanpa ketahuan." Naru mengancam sungguh-sungguh. "Bahkan, membuat kalian menderita hanya semudah membalikan telapak tangan."

"Dan aku… serius dengan kata-kataku." Naru tersenyum sinis. "Sebaiknya, mulai sekarang kalian jangan pernah lagi mengusik keluargaku."

Setelah menyelesaikan kalimatnya, Naru segera berbalik dan mengajak Menma pergi setelah putra sulungnya itu mengatakan, "Miskin saja sombong."

Ahh… untuk kali ini saja Naru bersyukur karena sifat Menma memang benar-benar mirip dengan ayahnya.

TBC

Ini… ada yang familiarkah selain ganti chara? Hahaha. Ssst… kalian jangan bilang-bilang kalo Key juga penulis YAOI, ya. Itu berlaku buat kalian yang ngenalin nih story di akun lain. Haha

Tertarik untuk RnR?