Kuroko Sutori
Pairing : AkaKuro
RATE T
Romance, Friendship, Drama
Kuroko No Basuke © Fujimaki Tadatoshi
Warning! Boys Love, OOC, Typo(s)
Happy Reading!
.
Pagi yang cerah membuat matahari bersinar dengan indahnya, tidak dengan pemuda yang masih tertidur pulas dan tidak merasa terganggu dengan kehadiran pagi telah datang dan menyinari hampir seluruh kamarnya. Pemuda bersurai biru muda itu menggerakkan tubuhnya memeluk guling yang berada disampingnya—kelihatannya dia masih enggan untuk bangun.
Tiba-tiba seorang wanita membuka pintu kamarnya dan memanggil pemuda yang masih terlelap itu dengan lembut.
"Tetsu… ayo bangun. Ini sudah pagi, nanti kau bisa terlambat upacara penerimaan murid baru, loh?" ujar wanita itu dengan lembut, tangannya menggapai ke rambut biru muda milik pemuda tersebut dan mengelusnya dengan lembut.
"Ngh…Ohayou…Kaa-san," kata pemuda itu sambil membuka matanya dengan perlahan dan mengucek matanya untuk menghilangkan kantuk yang masih ia rasakan.
"Hari ini kau resmi jadi siswa baru di SMA Teiko , kan? Jangan sampai buat malu Kaa-san hanya karena kau terlambat." Ujar wanita tersebut yang masih sibuk mengelus rambutnya.
"Wakarimashita, Kaa-san. Aku akan bersiap untuk mandi," ujarnya sambil bangun dari tempat tidurnya, sebenarnya dia masih enggan untuk berpisah dari kasurnya, tapi karena ini adalah hari penting terpaksa dia berdiri dengan malas dan berjalan menuju kamar mandinya.
"Kaa-san akan menyiapkan sarapan untukmu ya, Tetsu…" wanita—ah bisa dibilang ibunya langsung keluar dari kamar anaknya untuk menyiapkan sarapannya.
"Ha'i." setelah itu pemuda tersebut langsung menghidupkan keran air mandinya dan bergegas untuk mandi.
.
.
Setelah pemuda tersebut selesai bersiap-siap, pemuda itu langsung menuju ruang makan dimana terdapat ibunya sedang duduk setia di kursi nya sambil menunggu anaknya selesai berpakaian.
"Ayo kita sarapan," ajak sang ibu kepada anaknya, diikuti oleh anggukan dari anaknya lalu duduk dikursi didepan ibunya dan mulai melahap makanannya.
Pemuda yang bernama Kuroko Tetsuya adalah seorang siswa baru di SMA Teiko. Tepat saat dia lulus SMP, dia dan ibunya baru saja pindah dari Tokyo ke Kyoto karena tugas ibunya yang dipindahkan. Sebenarnya dia enggan meninggalkan teman SMPnya di Tokyo, tetapi dia juga tidak bisa membiarkan ibunya sendirian di Kyoto walau ibunya tidak terlalu mempermasalahkan jika ia tinggal sendiri. Tetapi sebagai anak yang berbakti Kuroko harus ikut dengan ibunya kemanapun ibunya pergi.
"Tetsu… Kaa-san berangkat kerja terlebih dahulu tidak apa? Soalnya Kaa-san sudah ditunggu oleh atasan. Ini hari pertama Kaa-san kerja ditempatnya, tidak boleh terlambat," ujar ibunya sambil melirik ke arah jam tangan dan bersiap untuk pergi.
"Ha'i… Itterasai, Kaa-san."
"Ittekimasu, Tetsu…" ujarnya sembari berjalan menuju pintu depan, membukanya lalu menutup pintu tersebut dengan perlahan.
Kuroko pun langsung bergegas menghabiskan makanannya dan bersiap-siap untuk berangkat.
'Di hari pertama kuharap aku menemukan teman.'
.
.
Saat ini, Kuroko telah sampai ditempat tujuannya yaitu SMA Teiko, bisa dilihat. SMA ini sangat luas. Yah sudah diduga mengingat ini termasuk SMA favorite di Kyoto. Selain itu, SMA ini juga terkenal bagus dibidang akademik maupun non akademiknya, tak heran jika SMA ini masuknya sangatlah susah, beruntung lah Kuroko bisa masuk dengan upaya kerja kerasnya padahal dia sudah berpikir tidak akan bisa lolos masuk ke SMA ini.
Kuroko lalu menoleh kanan ke kiri dan kiri ke kanan untuk mencari gedung tempat acara tersebut diselenggarakan.
'Yappari… tempat ini memang sangat luas,' batinnya. Tidak mau seperti orang bodoh, akhirnya Kuroko memilih bertanya kepada orang yang melewatinya.
Kuroko langsung menghampiri segerombolan gadis-gadis yang asyik berbicara, "Ano…" dia membuka suara.
"Ne…Ne… Kau tahu alasanku masuk ke SMA ini?" ujar gadis tersebut kepada temannya.
"Nani? Nani? Hm… pasti karena disekolah ini banyak sensei yang keren-keren? Ya kan?" katanya. Gadis itu langsung mengerucutkan bibirnya, "Mou… sudah ketahuan, eh? Kau pasti juga kan?" tanyanya balik. Temannya langsung mengangguk.
"Tentu saja… aku tidak sabar melihat sensei yang keren-keren disekolah ini, aku fans nya Himuro-sensei, kyaa~…"
"Ah tidak sia-sia pengorbananku masuk ke sekolah ini~," ucapnya.
Mendengar percakapan aneh dari dua siswi itu, Kuroko terpaksa mundur perlahan... diurungkan niatnya untuk bertanya karena sepertinya percuma, orang yang hawanya tipis seperti Kuroko pasti mereka tidak akan sadar. Kuroko memilih untuk diam dan berpikir, hm… tunggu! Dari percakapan absurd tadi sepertinya dua siswi itu juga anak baru sama dengan Kuroko, tidak mau ambil pusing. Kuroko langsung mengikuti dua siswi itu dari belakang.
'Yah setidaknya gadis ini menuntunku ke gedung tersebut,' batinnya.
.
.
Seperti yang dilihat, Kuroko telah sampai dengan selamat ke gedung tersebut, disana terlihat ramai sekali anak-anak baru yang sama seperti Kuroko. Tidak mau ambil pusing, Kuroko langsung melesat masuk ke gedung tersebut, sebelum itu dia mencari namanya di kelas mana yang harus di tempati.
'Hm… 1-B? Oh, sepertinya ini kelasku.'Lalu terdengar suara yang besar yang cukup membuat siswa/siswi yang digedung itu mendengarkan.
"PERHATIAN KEPADA SELURUH CALON SISWA/SISWI TEIKO! SILAHKAN BERBARIS SESUAI NAMA KELAS ANDA MASING-MASING, TERIMAKASIH!"
Dengan santai nya, Kuroko langsung mencari barisan kelasnya. Setelah mengetahui itu, dia langsung masuk ke barisan tersebut. Mengetahui Kuroko sudah masuk kebarisannya dengan rapi, ia pun mengeluarkan novel kecilnya dan melanjutkan untuk membacanya. Sekitar 15 menit, para guru dan para anggota osis merapikan barisan-barisan untuk para junior barunya. Lalu mempersilahkan mereka semua yang ada didalam gedung tersebut untuk duduk.
Kuroko yang mengetahui itu menutup pelan buku nya lalu memasukkannya ke dalam tas, sesekali dia menguap karena upacaranya yang begitu membosankan, ocehan kepala sekolah dan para gurunya membuatnya cocok untuk dijadikan lagu selamat tidur.
'Bosannya… aku ingin cepat-cepat melihat-lihat klub apa saja yang ada di sekolah ini,' batinnya.
.
.
Akhirnya dengan bernafas lega, Kuroko langsung cepat-cepat keluar dari gedung tersebut, lama-kelamaan dia bisa mati kebosanan hanya karena mendengar ocehan-ocehan yang tidak penting itu—walau sebenarnya ia sendiri sama sekali tidak mendengarkan ceramah tadi. Oh ayolah, Kuroko juga masih siswa normal lainnya yang juga muak jika mendengar kata-kata yang menurut dia tidak penting masuk ke gendang telinganya.
Kuroko bisa saja menggunakan hawa tipisnya untuk keluar dari gedung tersebut, berjalan ketempat yang sepi lalu membaca bukunya dengan tenang. Tapi…tidak! Kuroko masih menjadi siswa yang baik dan rajin menabung-heh.
Jam menunjukan pukul Delapan lewat Empat Puluh Lima menit, yang berarti dia masih ada waktu sekitar Lima Belas menit sebelum pukul Sembilan. Sekitar jam segitu dia harus masuk ke kelas barunya sesuai yang dijadwalkan pada hari pertama dia masuk.
Kuroko berjalan melewati banyaknya orang yang menawarkan klubnya, mulai dari klub menari, klub baseball, klub sepak bola, klub volley, klub tenis, klub musik, klub manga, klub judo, klub karate, klub kaligrafi, klub basketball, klub sastra—ah begitu banyaknya klub-klub yang ada disini sampai Kuroko sendiri pusing melihat orang-orang yang sibuk menawarkan klub-klubnya. Tetapi Kuroko tidak terlihat begitu tertarik dengan klub yang bikin menguras tenaganya.
'Mungkin aku akan masuk ke klub sastra saja,' batinnya saat melihat ada orang memegang selebaran brosur tentang klub sastra dan menawarkannya kebeberapa orang. Ya, Kuroko telah mendapatkan apa yang ia inginkan.
Jam sudah menunjukkan pukul Sembilan, Kuroko langsung berlari kecil melewati lorong sekolah untuk menuju ketempat yang ia tuju yaitu kelasnya.
Kuroko berhenti berlari saat melihat tulisan di papan kelasnya, ya kelas 1-B. Kuroko langsung menggeser pintu kelasnya dengan perlahan dan memperlihatkan suasana kelas yang lumayan ricuh serta berisi siswa/siswi baru yang sibuk dengan teman barunya, tanpa memperdulikan hal itu… Kuroko langsung masuk dan mencari tempat duduk yang dia inginkan, dia melihat satu bangku kosong didekat jendela dan dibelakang pemuda yang sedang tertidur pulas.
Kuroko melirik kearah pemuda yang berambut merah dengan gradiasi hitam dan badannya yang terbilang besar. Kuroko mengernyit heran… berpikir sejenak, 'Pulas sekali tidurnya, padahal ini masih pagi.'.Kuroko lalu melirik kesebelah kiri dimana terdapat pemuda berkulit tan dan berambut biru tua juga ikut tertidur dengan pulasnya, badannya juga sama besarnya dengan pemuda yang ada disebelahnya itu. Sekali lagi, Kuroko mengernyit heran, 'Kompak sekali dua orang ini?'
Kuroko langsung berjalan menuju bangku tersebut dan duduk dengan tenang lalu mulai membuka buku nya lagi dan melanjutkan membacanya tanpa memikirkan suasana kelas yang mulai ramai. Kuroko tidak terlalu suka keramaian. Ia tidak memperdulikan jika ia nantinya tidak mempunyai teman disini, berterimakasihlah karena dia memiliki hawa keberadaan yang tipis sehingga ia tidak terlalu di notice oleh orang lain dan bisa seenaknya hilang dan muncul dalam sekejap—seperti hantu.
Bel sekolah berbunyi, pertanda bahwa seluruh siswa/siswi Teiko harus memasuki kelasnya. Kuroko yang mendengar bel tersebut menghiraukannya dan masih tetap lanjut membaca, tanpa disadari pemuda yang ada didepannya itu terbangun.
"Huh? Sudah bel rupanya. Oi, Ahomine… bangun! Sampai kapan kau mau tidur seperti itu?" ujar pemuda berambut merah tua itu sambil memukul kepala pemuda yang disampingnya.
"Itte—Apa yang kau lakukan, Bakagami?!" ujar pemuda itu sembari mengelus kepalanya yang terasa sakit bekas pukulan telak dari seberangnya.
Kuroko yang dari tadi fokus dengan bukunya kini perhatiannya teralih kepada dua pemuda yang sangat berisik sehingga menganggu konsentrasinya. Seperti yang dilihat, dua pemuda itu memulai pertengkaran kecil dengan cara saling mengejek satu sama lain, sungguh sangat tidak dewasa sama sekali. Kuroko menggelengkan kepalanya pelan sambil menghela nafas.
GREK!
Pintu digeser pelan, seorang guru dengan rambut bewarna hitam dan memakai kacamata memasuki ruangan kelas yang ditempati oleh Kuroko, guru itu pun berjalan pelan menuju tempat duduknya yang didepan dan meletakkan buku-bukunya di atas meja tersebut.
"Selamat pagi, semuanya…" Guru itu membuka suara nya dengan ucapan selamat pagi, disambut oleh semua murid yang ada dikelas itu.
"Pagi…"
"Perkenalkan… nama saya adalah Imayoshi Shoichi yang akan menjadi wali kelas serta guru kalian dalam pelajaran sejarah, senang bertemu dengan kalian semua," ucapnya sambil tersenyum. Siswi yang ada di kelas tersebut melihat guru itu dengan tatapan yang bisa dimengerti. Apa lagi kalau bukan pendapat nya tentang guru yang bernama Imayoshi itu? Yah… bisa dilihat juga dari segi mana pun guru itu lumayan keren.
"Hm… langsung ke intinya saja, saya akan memanggil nama kalian satu persatu, kalian cukup berdiri agar saya bisa melihat wajah kalian secara langsung," ujarnya sambil melihat absen tersebut. Lalu mulailah Imayoshimemanggil satu persatu. murid pun bergiliran untuk berdiri dan membungkukkan badan saat namanya dipanggil.
"Aomine Daiki?" kata Imayoshi sambil melihat sekitar. Pemuda yang berkulit tan itu langsung mengangkat tangannya dan berkata "Osh," dengan malasnya. Kelihatan banget kalau orang ini malas berdiri, Imayoshi menghela nafas, sudah biasa melihat murid yang seperti ini. Tanpa berpikir panjang, Imayoshi melanjutkan kegiatan mengabsennya.
"Kagami…Taiga?" ujarnya sambil memanggil nama tersebut. Pemuda yang berada di depan Kuroko langsung berdiri dengan tegap. Badannya yang besar dan bisa dibilang tinggi itu cukup membuat siswa/siswi terpana melihatnya. Siapa yang tidak terpana? untuk seukuran anak SMA kelas 1 dia memiliki badan dan tinggi yang sangat bagus, bahkan orang luar juga akan mengira kalau dia bukan anak kelas 1 SMA.
"Kagami Taiga—desu," ucapnya sambil membungkuk lalu kembali duduk di bangkunya. Saat Kuroko mendengar dia berbicara, aksen english nya masih kental sehingga Kuroko berpikir dia adalah anak pindahan dari Negara Amerika atau Inggris atau lainnya.
"Hm, selanjutnya… Kuroko—Tetsuya?" panggilnya sambil mencari keberadaan yang mempunyai nama tersebut.
"Kuroko Tetsuya?" ulangnya lagi sambil melirik kiri kanan mencari orang yang punya nama tersebut.'Hm… apa dia tidak datang ya?'Imayoshi menghela nafas, hari pertama bersekolah muridnya malah tidak masuk. "Kalau tidak ada, kita akhiri sampai disini dulu," ujar Imayoshi sambil meletakkan absennya, baru saja dia mengambil buku-bukunya, tiba-tiba terdengar sebuah suara.
"Ano…sumimasen, Kuroko wa boku desu," ujar Kuroko sambil berdiri dari tempat duduknya dan mengangkat tangannya. Sebenarnya sedari tadi Imayoshi memanggil namanya pertama kali, Kuroko telah berdiri tetapi tidak ada seorang pun yang menyadarinya bahkan wali kelasnya sendiri.
Seketika itu Imayoshi sedikit terkejut karena orang yang ia kira tidak datang ternyata ada dibelakang pemuda yang bernama Kagami Taiga. Bukan Imayoshisaja yang terkejut melainkan murid yang ada dikelas itu terkejut dengan kehadirannya secara tiba-tiba.
"Sejak kapan dia duduk disitu?" ujar siswa lain sambil berbisik ketemannya.
"Ne… dia seperti hantu, muncul begitu saja," Siswi lain pun mulai ikut menggosipinya.
"Aku bahkan tidak menyadari keberadaannya semenjak masuk kekelas ini." bisa didengar teman-teman barunya sedang sibuk menggosipi dia dengan kehadirannya yang tiba-tiba. Kuroko yang sudah biasa dengan gossip tentangnya memilih untuk menulikan pendengarannya. Sementara Kagami Taiga dan Aomine Daiki hanya menatap dia dengan pandangan heran.
'W-whoa… padahal dia ada tetapi kenapa aku tidak menyadarinya?' batin Imayoshi.
"Oh…kau yang bernama Kuroko Tetsuya?" ulang Imayoshi sekali lagi, memastikan bahwa anak itu bernama Kuroko Tetsuya.
"Ha'i, yoroshikune onegai shimasu…" katanya sambil membungkuk. Sementara murid lain masih melihatnya dengan tatapan yang bisa ia mengerti, Imayoshi mengangguk singkat lalu mempersilahkan Kuroko untuk duduk kembali. Seketika itu Imayoshi langsung menutup absensi nya, membereskan buku-buku yang ia bawa dan mulai berjalan keluar kelas. Sebelum ia sempat keluar kelas Imayoshi-sensei berpesan, "Karena hari ini adalah hari pertama kalian di sekolah ini, kalian dikasih kebebasan untuk tidak belajar terlebih dahulu dan dianjurkan untuk melihat-lihat isi sekolah ini sampai puas, kuharap kalian tidak akan menyesal masuk sekolah ini," katanya sebelum menghilang dari kelas tersebut.
Para siswa/siswi yang mendengar itu langsung bersorak senang dan mulai berhamburan keluar kelas, ada yang tetap tinggal didalam kelas untuk sekedar mengobrol begitu juga dengan Kuroko yang sudah membuka novelnya dan mulai membaca, tanpa disadari sebuah suara mengalihkan konsentrasinya dari buku.
"Oi, kau yang bernama Kuroko Tetsuya?" Pemuda yang berada didepannya itu kini menoleh kebelakang dan berbicara dengannya. Kuroko yang menyadari itu meliriknya sebentar, "Ha'i." Lalu melanjutkan kembali aktifitasnya tanpa memperdulikan orang yang ada didepannya itu.
Merasa di acuhkan, pemuda yang bernama Kagami itu langsung menutup bukunya dan meletakkannya diatas meja dengan rapi, Kuroko berjengit kaget dengan sikap orang yang ada didepannya.
"Sopan lah sedikit jika ada orang yang berbicara denganmu, Kuroko-teme," Kagami merasa kesal karena orang yang didepannya itu mengacuhkannya.
Kuroko menghela nafas, tidak mau berurusan terlalu lama dengan orang ini, akhirnya dia bertanya. "Ada apa, Kagami-kun?"
"Tidak, hanya ingin bertanya—sejak kapan kau ada dibelakangku? Kau seperti hantu saja." Kuroko mengernyit heran, pertanyaan macam apa itu? Well, tidak mau ambil pusing… Kuroko menjawab seadanya, "Sejak Kagami-kun tertidur pulas." Gantian Kagami yang mengernyit heran, setidaknya saat dia bangun dia masih bisa menyadari bahwa dibelakang ada seseorang.
"Sudahlah Kagami-kun, aku ingin membaca buku dengan tenang," Kuroko membuka novel nya yang tadi ditutup oleh Kagami dan mulai membaca, tiba-tiba pipi Kuroko merasa sakit karena dicubit oleh Kagami.
"Oh… bisa di sentuh, berarti kau manusia," Kuroko facepalm, memangnya dia hantu? Yah… walau keberadaannya sangat tipis tetapi bukan berarti dia hantu beneran. Sekali lagi Kuroko menghela nafas melihat tingkah Kagami yang seperti itu, dia sudah biasa dengan masalah ini.
Pemuda berkulit tan yang dari tadi diam kini mulai ikut membuka suaranya. "Hei, kau punya sihir yang bisa hilang dan muncul ya? Kalau ada ajarkan kepadaku caranya," katanya sambil terkekeh pelan. Lagi-lagi Kuroko menatap heran kepada pemuda berkulit tan yang bernama Aomine Daiki.
"Aho! Tidak ada sihir seperti itu didunia ini, kau terlalu banyak menghayal yang tidak-tidak," Gantian Kagami yang bersuara. Aomine melirik ke Kagami dengan tatapan kesal, "Urusai, Bakagami." Katanya. Kagami menggeram, Aomine menguap dengan santai dan Kuroko semakin merasa terganggu dengan kehadiran mereka berdua.
"Ano… jika kalian ingin bertengkar, lakukan dilapangan jangan disini," katanya pelan. Jujur, Kuroko hanya ingin membaca bukunya dengan tenang bukan ingin menonton pertengkaran yang menurut Kuroko sangat kekanakan.
"Huh, sudahlah… oi, Kuroko. Kalau kau tidak ada kerjaan, bagaimana kalau kita berkeliling melihat sekolah ini," ajak Kagami, Kuroko hanya menatapnya dengan wajah yang sangat datar. "Tidak, terimakasih Kagami-kun." Kuroko menolaknya, ia terlalu malas untuk bangkit dari tempat duduknya.
"Bagaimana kalau denganku saja?" Aomine membuka suara, Kuroko melirik Aomine dan mulai berpikir kenapa mereka sangat memaksa sekali untuk mengajaknya berjalan-jalan tidak jelas? Sekali lagi Kuroko menolak dengan suara pelan, "Tidak, terimakasih Aomine-kun. Kalian tidak usah repot-repot mengajakku."
Kagami menghela nafas, "Kami hanya ingin menjadi temanmu dan juga mengajakmu untuk melihat klub-klub yang ada disekolah ini, siapa tahu kau tertarik untuk masuk ke salah satu klub," katanya diikuti oleh anggukan Aomine. Kuroko diam, menatap mereka berdua dengan tatapan datar. Sebenarnya harapan Kuroko sejak pertama kali menginjakkan kakinya di sekolah ini adalah memiliki teman, tapi tidak disangka pada hari pertama ia bersekolah ada dua orang yang tiba-tiba mau menjadi temannya, well… walau Kuroko sendiri tidak terlalu terbiasa dengan sikap mereka berdua. Selama masa SMP nya, ia hanya mempunyai teman dekat bernama Ogiwara Shigehiro, dan tidak mempunyai teman lain selain dia. Kuroko merasa bersyukur mempunyai teman yang sikapnya masih bisa Kuroko maklumi.
"Terimakasih karena telah mengajakku, Kagami-kun… Aomine-kun, tapi jawabanku tetap tidak. Aku sudah memilih klub yang aku inginkan," kata Kuroko dengan nada pelan, takut-takut penolakannya malah membuat mereka sakit hati.
"Hm… oke kalau seperti itu, Oi. Kagami, kau ingin melihat klub basket? Aku sudah tidak sabar ingin pergi kesana, sepertinya aku akan mendaftar di klub itu," kata Aomine sambil berdiri dari kursinya diikuti oleh Kagami.
"Huh? Kau mendaftar juga? Bukankah kau bilang kau malas masuk klub yang seperti itu hanya karena berbagai macam latihannya?"
"Sepertinya aku berubah pikiran," Seketika Aomine langsung menyengir.
"Kalau begitu ayo," ajak Kagami. Akhirnya Kuroko bisa kembali membaca buku dengan tenang, tetapi tiba-tiba ada yang menyentuh kepalanya dengan pelan. "Oi, Kuroko… kalau kami tinggal tidak apa kan?" ternyata Kagami lah yang sedang menyentuh kepalanya dan mengacak-acak rambutnya dengan pelan.
"Jika kau ingin menyusul… kami ada di gedung klub basket," ucap Aomine. Kuroko masih terdiam karena mendapat perlakuan asing dari mereka berdua, kenapa mereka sangat perhatian sekali kepadanya?
"Ha'i, aku mengerti. Arigatou… Kagami-kun, Aomine-kun." Mereka berdua pun langsung pergi keluar kelas meninggalkan Kuroko yang masih setia di bangkunya. Kuroko merapikan rambutnya yang habis di acak oleh Kagami lalu mulai melanjutkan membaca bukunya, kali ini Kuroko bisa membaca bukunya dengan tenang tanpa ada seorang pun yang mengganggu.
.
.
Kuroko menutup bukunya, kelamaan membaca buku bisa menyebabkan matanya lelah. Kuroko merasa bosan, tetapi badannya enggan untuk meninggalkan bangkunya. Ia melirik kiri kanan, menyadari kelasnya sudah sepi membuat dirinya semakin mengantuk. Apalagi Kuroko bukan tipe seperti anak pada umumnya yang bisa bersenang-senang dengan teman barunya. Dia hanya tidak bisa bersosialisasi dengan baik kepada orang yang ada disekitarnya, semenjak ayahnya meninggal saat Kuroko masih duduk di kelas 5 SD, ia semakin menutupi dirinya dari dunia luar. Kematian ayahnya karena kecelakaan ditempat kerjanya, membuat Kuroko sempat syok dan murung selama beberapa bulan.
Kuroko dengan ayahnya sangatlah dekat, mereka mempunyai hobi yang sama yaitu sama-sama suka membaca buku. Sejak kematian ayahnya, Kuroko semakin tenggelam dalam hobinya yang mengoleksi buku-buku, ibunya tidak pernah melarang anaknya mengoleksi buku yang sebegitu banyaknya, karena ibunya tahu… inilah satu-satunya cara agar Kuroko dan ayahnya tetap terhubung. Kuroko merasa jika ia membaca buku, maka ia semakin merasakan keberadaan ayahnya yang ada disisinya. Ya… Kuroko mencintai buku, ayah dan ibunya. Mungkin suatu saat Kuroko akan menikahi buku yang ia koleksi selama bertahun-tahun.
Kuroko menenggelamkan wajahnya diatas meja, lalu memejamkan matanya perlahan. Rasa kantuk yang ia rasakan makin membuat dia ingin tidur saat ini juga. Tiba-tiba sebuah Handphone berbunyi membuat Kuroko menengadahkan wajahnya dan mencari asal suara tersebut. Ternyata suara tersebut berasal dari tas milik Aomine—pemuda berkulit tan tadi. Tanpa memperdulikan suara tersebut, Kuroko melanjutkan tidurnya yang tertunda tadi. Tapi… suara yang ia dengar tadi kini berbunyi lagi, kali ini suaranya berbeda. Kuroko mengangkat wajahnya dan mulai mencari asal suara tadi. Rupanya asal suara itu berasar dari tas milik Kagami. Kuroko menghela nafas, kenapa mereka tidak membawa tas ya? Kalau ditinggalkan begitu saja disini, siapa yang akan menjaganya nanti? Bahkan di kelas saja sudah tidak ada orang lagi kecuali Kuroko yang masih setia untuk tinggal di kelas ini.
Kuroko menghela nafas menyadari bahwa dia menjadi penjaga tas milik mereka berdua, kalau Kuroko anak yang jahat mungkin dia sudah melempari tas milik mereka dari lantai 2 ke lantai 1 lalu pergi begitu saja. Tapi—tidak! Sudah dibilang Kuroko anak yang baik dan rajin menabung.
Suara Handphone tersebut berbunyi lagi, membuat Kuroko pusing mendengarkannya. Seharusnya Kuroko tidak usah peduli dengan suara tersebut, tetapi karena suara itu berkali-kali berbunyi mau tidak mau Kuroko bangkit dari kursinya, mengambil tasnya lalu mengambil tas milik mereka berdua. Siapa tahu ada panggilan penting dari milik mereka berdua ini. Mau tidak mau, Kuroko langsung berjalan keluar kelas untuk pergi ke gedung klub basket tempat mereka berdua berada. Mungkin setelah mengantarkan tas milik mereka berdua, Kuroko akan pergi ketempat perpustakaan untuk menenangkan diri. Yah, sesekali berbuat baik kepada orang tidak masalah kan, Kuroko?
.
.
Kuroko berjalan pelan melewati lorong-lorong sekolah sambil memegangi dua tas milik Kagami dan Aomine. Kuroko merutuki dirinya sendiri membawa dua tas ini sangat lah berat. Kuroko semakin penasaran barang apa yang dibawa mereka berdua ini saking beratnya. Ia mengambil peta sekolah yang ada dikantongnya untuk mencari dimana lokasi gedung klub basket tersebut.
'Ternyata jauh juga lokasinya dari sini…' Ia merasa lelah karena berjalan cukup jauh sambil membawa tas yang cukup berat ini, ia akui kekuatannya bukan seperti dua pemuda tadi yang kelihatannya tidak gampang lelah dan maniak olahraga.
Kuroko hendak berbelok ke arah kiri tapi tiba-tiba dia menabrak tembok berjalan, sepertinya itu bukan tembok berjalan melainkan tembok bernafas. Mau tidak mau Kuroko terjatuh dengan elitnya dan mengaduh sakit karena bokongnya menyentuh lantai dengan tidak elitnya.
"Itte—" posisi Kuroko saat ini dalam keadaan duduk dilantai sedangkan orang yang ia tabrak masih berdiri dengan tegap.
"He~ Gomenne… aku tidak melihatmu," orang yang masih berdiri itu pun membuka suaranya, Kuroko menengadahkan wajahnya melihat orang yang ada didepannya itu, satu kata yang ada dipikiran Kuroko saat melihat orang itu.
'Tinggi sekali.'
"Ne… Daijoubu?" tanya orang itu sambil mengulurkan tangannya membantu Kuroko hendak membalas uluran tangan itu dan berdiri sambil menepuk bokongnya yang ia rasa sedikit kotor karena terkena debu lantai.
"Ha'i… Daijoubu desu," padahal dalam hati ia mengutuki orang tersebut karena tidak sengaja menabraknya, mungkin karena orang itu terlalu tinggi atau Kuroko nya yang terlalu pendek.
"He~ sebagai permintaan maafku, aku kasih maibou milikku," pemuda itu menyodorkan sebungkus maibou ke Kuroko, ia mengambil snack itu lalu membungkuk dan mengucapkan terimakasih.
'Hari pertama yang aneh, ditabrak orang… jatuh lalu dikasih snack,' batinnya.
"Namaku Murasakibara Atsushi, kamu?" kali ini pemuda itu memperkenalkan dirinya. Kuroko menatap datar ke orang itu lalu membungkuk lagi sambil memperkenalkan dirinya, "Kuroko Tetsuya, salam kenal… Murasakibara-kun."
"He~ Kuroko Tetsuya? nama yang cocok dengan wajah manis sepertimu," katanya sambil membuka snack nya dan memakannya.
Manis?
"Ano… Murasakibara-kun, aku ini cowok tulen…"
"Wakatta… tapi wajahmu manis seperti permen lollipop, aku jadi ingin memakan permen itu…" Kuroko bergidik ngeri, jangan-jangan nanti ia yang dimakan.
"Oh… salam kenal, Kuro-chin," sambungnya lagi, Kuroko mengernyit alisnya heran.
—chin?
"Oh ya… Kuro-chin ingin kemana? kalau aku ingin ke gedung klub basket tapi sepertinya aku tersesat karena sekolah ini terlalu luas, Kuro-chin mau membantuku?" ucapnya sambil tetap memakan snack miliknya.
"Ha'i, kebetulan sekali… aku juga ingin ketempat itu, Murasakibara-kun."
"He~ Kuro-chin ingin gabung ke klub basket juga kah?" Kuroko menggeleng pelan, ia sudah lama berhenti bermain basket semenjak naik ke kelas 3 SMP.
"Iie desu, aku hanya ingin mengantarkan tas milik Kagami-kun dan Aomine-kun, mereka meninggalkan tas nya di kelas," Kuroko menunjukkan tas yang ia maksud ke Murasakibara, membuat orang itu mengangguk mengerti.
"Sou ka~ biar kubantu membawakannya, Kuro-chin…" Murasakibara mengambil tas tersebut dan membawanya, sekali lagi Kuroko merasa tertolong karena tidak usah repot-repot membawa tas yang isinya lumayan berat.
"Arigatou, Murasakibara-kun." Mereka berdua pun melanjutkan langkahnya untuk pergi ke tempat tujuannya yaitu gedung klub basket.
.
.
Akhirnya setelah berapa menit mereka berjalan, tempat yang mereka tuju kini telah berada didepan mata.
"Hoa~ akhirnya sampai juga…" katanya, lalu membuka pintu tersebut dengan perlahan. "Kuro-chin juga ikut masuk," lanjutnya. Kuroko mengangguk lalu mengikuti Murasakibara dari belakang.
Pintu terbuka lebar, Kuroko bisa melihat bahwa banyak orang di dalamnya. Murasakibara melirik kanan kiri bermaksud mencari sesuatu.
"Murasakibara! Kau dari mana saja? Ini sudah telat 30 menit—nanodayo!" tiba-tiba seorang pemuda berambut hijau dan memakai kacamata itu menghampiri Murasakibara. Tampaknya pemuda berambut hijau itu membawa sesuatu ditangannya membuat Kuroko memiringkan kepalanya.
'Kenapa remote tv sampai di bawa-bawa ya?' tanyanya dalam hati.
"Gomen~ Mido-chin, aku tersesat tadi saat pergi ke toilet dan mampir kekantin, tapi aku tidak tahu jalan arah ke sini, untungnya aku ketemu dengan Kuro-chin~."
"Bagaimana bisa kau tersesat padahal ini masih di area sekolah—nodayo," kata orang tersebut sambil membetulkan kacamatanya.
"Hm~ bagaimana ya~? Sekolah ini sangat luas Mido-chin dan aku tidak memegang peta area sekolah ini…" katanya lagi.
"Itu karena kau terlalu malas menghapal jalan, nodayo," sambungnya.
"Ne~ yang penting aku sudah sampai sini berkat Kuro-chin…" katanya lagi. Pemuda berambut hijau menatap pemuda berambut ungu itu dengan heran.
"Kuro-chin?" ulangnya.
"Ha'i… Kuroko wa boku desu," Kuroko langsung berdiri dihadapan pemuda berambut hijau itu sambil membungkukkan badannya, pemuda itu berjengit kaget karena orang yang ada dihadapannya ini muncul secara tiba-tiba tanpa ia sadari.
"Sejak kapan kau ada disini, nanodayo!" protesnya karena sudah membuat ia terkejut seperti itu.
"Sudah dari tadi," Kuroko menjawab sedangkan pemuda yang tadinya terkejut langsung kembali stay cool.
"Ne~ Kuro-chin… ada yang ingin aku tanyakan," Murasakibara bertanya kepada Kuroko.
"Ada apa, Murasakibara-kun?"
"Hm~ Apa kau punya sihir yang bisa hilang dan muncul?" Kuroko menatap datar kepada pemuda berambut ungu itu, ia sudah sangat biasa mendengar orang bertanya seperti itu. Ini sudah yang kedua kalinya ia ditanya dengan pertanyaan yang seperti itu.
"Tidak ada," Kuroko menggeleng pelan, walau setelah dipikir-pikir hawa keberadaannya yang tipis itu mirip seperti sihir. Murasakibara mengangguk tanda ia mengerti, yah mana mungkin pemuda yang memiliki mata biru itu mempunyai sihir.
"Ah… Mido-chin, tidak sopan kalau kau belum memperkenalkan diri," katanya kepada pemuda yang berambu hijau itu.
"Jangan panggil aku dengan nama seperti itu! Aku ini senpai-mu, nanodayo!" protesnya kepada Murasakibara membuat ia menatapnya dengan sebal. "Tidak apa kan? Mido-chin baru saja kelas 2... tapi sudah merasa sombong." Dahi pemuda itu berkedut menandakan dia kesal dengan perkataan Murasakibara, tetapi yang didepannya itu malah tidak peduli sama sekali.
"Setidaknya panggil aku dengan nama saja, tidak perlu embel-embel aneh seperti itu nanodayo!" Murasakibara tidak memperdulikan omongan orang yang ada di hadapannya. Kuroko yang sedaritadi diam kini membuka suaranya.
"Ano…" Midorima yang menyadari itu langsung memperkenalkan dirinya. "Midorima Shintarou, kelas 2-A…salam kenal, nanodayo." Perkataannya membuat Kuroko terdiam. Siapa yang mau tanya namanya? Padahal ia hanya ingin bertanya dimana dua pemuda yang bernama Kagami dan Aomine itu.
"Yoroshikune Midorima-senpai."
"Tidak usah pakai senpai," tolaknya.
"Kalau begitu, Midorima-kun?" Midorima tampak berpikir, "Terserah nanodayo, asal jangan memakai embel yang aneh," katanya lagi. Kuroko mengangguk.
"He~ kenapa Kuro-chin boleh memanggil Mido-chin seperti itu, sedangkan aku tidak… Mido-chin tidak adil!" protes pemuda tinggi itu. Ia tidak terima dengan Midorima karena memperbolehkan Kuroko memanggilnya tanpa menggunakan kata senpai dibelakangnya.
Midorima mendelik tajam, "Itu karena kau memanggilku dengan sebutan anehmu—nanodayo!" Murasakibara menggembungkan pipinya kesal. Melihat pertengkaran kecil mereka berdua, Kuroko segera menengahi agar tidak menjadi masalah yang serius.
"Ano… apakah disini ada dua orang yang bernama Kagami-kun dan Aomine-kun?" tanyanya kepada Midorima dan Murasakibara.
"Ah~ Kaga-chin dan Mine-chin yang tadi Kuro-chin maksud ya?" Kuroko mengangguk pelan.
"Mereka ada disana, baru saja mereka selesai latihan… biar kuantar kau ketempat mereka, nanodayo," tawar Midorima sambil menunjuk tempat mereka berdua berada, Kuroko melirik mereka berdua yang sedang terkapar dilantai sepertinya mereka habis bermain basket. Lalu Kuroko kembali fokus ke Midorima.
"Ah… aku hanya ingin menitipkan tas ini saja, aku tidak mau terlalu berlama disini," tolaknya dengan halus sambil membungkukan badannya sekali lagi.
"Kukira kau juga ingin masuk ke klub basket ini—nodayo," kata Midorima sambil membenarkan kacamatanya. Kuroko menggeleng pelan, "Aku sudah lama berhenti bermain," ujarnya pelan.
"He? Kenapa Kuro-chin?" Tanya Murasakibara dengan penasaran, Kuroko bungkam… ia tidak punya alasan yang khusus kenapa ia tidak ingin bermain basket lagi. Hanya saja, ia merasa sudah tidak ingin bermain.
"Are? Midorima-cchi? Murasakibara-cchi? Kenapa kalian malah asyik mengobrol disini –ssu, aku juga ingin ikutan –ssu~, kalian sedang membahas apa?" tiba-tiba muncul sosok pemuda berambut kuning dengan anting yang terpasang rapi di telinga kirinya, kalau Kuroko menilai… orang ini hampir mirip dengan berandalan di jalanan, hanya saja yang ini versi kerennya.
—cchi?
"Tidak ada hal penting yang kami bicarakan nanodayo, aku hanya menegur Murasakibara karena datang terlambat padahal latihan sudah dimulai daritadi."
"Sou ka… kalau kalian terlalu lama mengobrol disini, nanti Akashi-cchi akan marah loh," timpalnya.
"Kise! Sudah berapa kali dibilang berhenti memanggil Akashi-sensei dengan embel-embel anehmu! Kau tidak sopan, nanodayo!"
Kise—pemuda yang memiliki rambut kuning itu pun menyengir, "Tidak apa-apa kan, Midorima-cchi… dan lagi Akashi-cchi tidak mempermasalahkannya –ssu~, lagipula kan ini bukan di kelas, kalau di kelas aku akan memanggilnya dengan sebutan sensei –ssu," Kise mengerucutkan bibirnya, ia malas mendengar temannya yang selalu memarahinya. Midorima terbilang sangat menghormati guru sekaligus pelatihnya, jadi terkadang ia tidak terima melihat perlakuan temannya yang begitu friendly kepada pelatihnya, padahal umur mereka dengan pelatihnya bisa dibilang cukup jauh. Yah… terkadang mereka sadar jika pelatihnya masuk ke mode yandere, tidak ada yang berani melawannya, jika ada yang berani maka orang itu sudah bersiap untuk mati.
"Bicara soal itu, Kise-chin… aku tidak melihat Aka-chin… kemana kah dia?" Tanya Murasakibara kepada Kise sambil mengedarkan pandangannya mencari sosok yang ia maksud.
"Akashi-cchi sedang ada rapat guru sebentar –ssu, dia menitip pesan kepada kita untuk latihan sendiri," ucapnya.
"Sudah kubilang, Kise, Murasakibara! Jangan memanggil Akashi-sensei dengan embel aneh kalian, nanodayo! Kau juga, Kise! Sebagai senior… kau harus mengajari juniornya bersikap sopan. Dan kau, Murasakibara! Kau baru saja bertemu dengan Akashi-sensei 1 jam yang lalu dan sekarang sudah berani memanggil senseimu dengan sebutan anehmu itu, nanodayo," ucap Midorima sambil menasehati mereka berdua yang kini memasang muka tidak senang mendapat nasehat darinya.
"Mido-chin terlalu kaku, Aka-chin kan tidak mempermasalahkannya... selama kita masih menghormatinya," timpal Murasakibara.
"Betul itu –ssu, Midorima-cchi terlalu kaku… Akashi-cchi sendiri bilang bahwa kita tidak usah terlalu formal padanya–ssu, yang penting masih menghormatinya sebagai guru maupun pelatih –ssu."
Kuroko yang sekarang semakin tidak mengerti dengan pembicaraan mereka dan menganggap mereka itu aneh. Memanggil gurunya dengan embel-embel aneh milik mereka, sangat tidak sopan. Tetapi rasa penasaran tetap ada dalam diri Kuroko, ia penasaran pelatih yang mereka maksud yang mana. Mungkin dari sekian guru yang ia temui, ia tidak pernah bertemu guru yang memperbolehkan memanggil namanya tanpa menggunakan kata sensei.
"Itu tas siapa yang kau bawa, Murasakibara-cchi?" Kise akhirnya penasaran dengan yang di bawa oleh Murasakibara.
"Ini punya Kaga-chin dan Mine-chin~," ucapnya.
"Kenapa bisa ada denganmu—ssu?" Kise penasaran.
"Aku membantu Kuro-chin membawakannya, ia ingin memberikan tas ini kepada mereka," Kise menatap heran, siapa itu Kuro-chin?
"Kuro-chin? Siapa itu? Apakah dia siswa kelas 1 yang sama denganmu, Murasakibara-cchi?" si ungu itu mengangguk, Kise memiringkan kepalanya."Tapi kok aku tidak melihat orangnya—"
"Doumo… Kuroko Tetsuya, desu… yoroshikune onegai shimasu," Kuroko langsung berdiri dihadapan Kise sambil memperkenalkan dirinya, ini sudah berapa kalinya ia memperkenalkan dirinya secara tiba-tiba di depan orang.
"H-huwaaaa! Hantu!" ucap Kise sambil terkejut dan mundur sedikit kebelakang, ia kaget tiba-tiba pemuda dengan rambut biru muncul di hadapannya. Kise sama sekali tidak menyadari keberadaannya. Kuroko yang sudah biasa dengan respon seperti itu memilih untuk diam dengan ekspresinya yang datar.
"Kuro-chin lagi-lagi mengagetkan orang… itu tidak baik," kata Murasakibara, "Sumimasen, aku tidak bermaksud…" Kuroko meminta maaf, ia jadi sedikit merasa bersalah karena sedari tadi ia terus saja mengagetkan orang lain.
Midorima yang sudah mulai terbiasa, menghela nafas.
"Kise, panggil Kagami dan Aomine suruh kemari untuk mengambil tasnya yang dibawa Kuroko… b-bukannya aku peduli—nanodayo, ini supaya kalian tidak membuang waktu dengan mengobrol disini."
Rupanya Kise tidak mendengar apa kata Midorima, otaknya sudah terfokus kepada orang yang didepannya, rambutnya yang berwarna biru muda dan matanya yang senada dengan rambutnya, juga wajahnya yang terbilang manis, membuat Kise berpikir… ia seperti anjing kecil yang manis, "Kuroko-cchi manis juga ya—ssu~ boleh aku peluk?"
—cchi?
Lagi dan lagi, Kuroko merasa nama panggilannya diubah-ubah oleh dua orang yang ada didepannya, beruntung Midorima tidak memanggilnya dengan sebutan yang aneh juga.
Belum sempat Kuroko melayangkan protes, Kise sudah memeluknya terlebih dahulu. "Kuroko-cchi enak dipeluk karena kecil," ucapnya yang masih memeluk Kuroko, yang dipeluk hanya diam saja padahal dalam hati ia risih dengan perkataan orang ini, masa ia dibilang kecil? Walau ia akui tingginya tidak sama seperti tiga orang yang dihadapannya.
"Kise! Kau sangat tidak sopan," protes Midorima, Kise tidak terlalu peduli dengan apa yang dikatakan Midorima.
"Kuroko-cchi ingin masuk ke klub ini—ssu? Apa Kuroko-cchi bisa bermain basket—ssu?" tanya Kise kepada Kuroko, tipikal orang yang sangat riang.
Kuroko menggeleng pelan, jawabannya tetap tidak. Ia sudah lama berhenti bermain basket dan tidak ada keinginan untuk bermain lagi.
Kise yang tadinya riang berubah menjadi murung, "Kenapa—ssu?"
"Tidak ada alasan yang khusus," Kuroko menjawab. Murasakibara yang tadinya diam sambil mengunyah makanan miliknya pun langsung membuka suara. "Kuro-chin tidak ingin mencobanya dulu?" Kuroko menggeleng lagi. "Ano… bisakah aku memanggil Kagami-kun dan Aomine-kun? karena setelah ini aku ingin ke perpustakaan."
Kali ini Midorima membuka suaranya, "Kalau kau ingin pergi ke perpustakaan, titipkan saja disini tas nya… biar aku sampaikan ke mereka berdua," ujarnya sambil melihat dua orang itu yang masih terkapar di lantai, sepertinya mereka tertidur pulas.
Kuroko memasang wajah kesal, bukannya dari tadi bilang seperti itu… dia udah keburu jenuh karena suasana disini, apalagi Kuroko bukan tipe orang yang suka mengumpul dan mengobrol dengan banyak orang. Ia merasa, ia menghabiskan waktu yang sia-sia disini.
"Kaga-chin dan Mine-chin sedang tidur ya?" Tanya Murasakibara sambil melihat kearah mereka berdua.
"Mereka habis one on one–ssu, aku pun ingin one on one dengan Kagami-cchi juga, tapi mereka malah asyik berdua—ssu."
"Sudahlah, kenapa kalian berdua masih mengobrol? Ayo cepat kembali latihan sebelum Akashi-sensei datang, dan Kuroko… kau lebih baik—Huh? Kemana dia?" perkataan Midorima terpotong saat melihat Kuroko sudah tidak ada lagi di antara mereka bertiga. Ia pun sibuk mencari kanan dan kiri berharap menemukan si pemuda bersurai biru itu, tetapi hasilnya nihil. Ia sudah hilang dari pandangan.
"HEEE? KUROKO-CCHI MENGHILANG—SSU!" Kise ikut mengedarkan pandangannya mencari pemuda mungil yang tadi berada didepannya, Kise panik…ia tidak menyangka kalau pemuda manis itu menghilang secepat itu.
"Kuro-chin memakai sihirnya ya? Tiba-tiba menghilang begitu… seperti hantu," ucap si tinggi itu sambil tetap mengunyah snack yang ia peluk.
Midorima menghela nafas… tidak mau ambil pusing soal itu karena bukan urusannya, "Sudahlah… lebih baik kita kembali latihan. Murasakibara, kau berikan tas itu kepada Kagami dan Aomine… dan bangunin mereka. Kita harus latihan lagi—nodayo," ucapnya kepada orang yang lebih tinggi darinya.
"Padahal aku masih ingin mengobrol dengan Kuroko-cchi, —ssu," rengek Kise.
.
.
Kuroko yang sudah berhasil lolos dari gedung klub basket langsung segera pergi ke perpustakaan untuk menenangkan diri, ia menghela nafas lega… karena sudah berhasil keluar dari lingkup orang-orang aneh, lebih tepatnya hanya dua orang yang aneh, satunya masih normal.
Ia membuka buku kecilnya yang tadi sempat terabaikan olehnya, karena penasaran dengan kelanjutan ceritanya… ia memilih membacanya sambil berjalan dengan menaiki tangga dengan hati-hati sambil sibuk membaca barisan kata-kata yang ada dibukunya.
Saat ia sibuk menaiki tangga, tiba-tiba kaki kanannya tidak sengaja menyandung anak tangga tersebut, membuat tubuhnya jadi tidak seimbang.
"Hu-huwa!" Bukannya jatuh kedepan, entah ada angin apa… Kuroko malah jatuh kebelakang.
"Awas!" Tiba-tiba seseorang dari belakang menahan pinggangnya, kertas yang ia bawa pun berserakan di lantai karena menangkap Kuroko yang hampir saja jatuh dengan tidak elitnya.
Kuroko masih menutup matanya… ia enggan membuka matanya karena takut apa yang terjadi dengannya. Tapi detik selanjutnya, Kuroko tidak merasakan badannya sakit melainkan ia merasakan pinggangnya disentuh oleh tangan yang hangat—eh? tunggu? tangan yang hangat?
Kuroko membuka matanya dengan pelan, "Kau tidak apa-apa?" ujarnya sambil menatap Kuroko. Kuroko balas menatapnya dengan diam. Sadar akan itu, Kuroko langsung membenarkan posisinya yang tadi dipeluk oleh orang itu, sekarang sudah berdiri didepan orang tersebut.
"Sumimasen… Arigatou gozaimasu sudah menolong saya," ucapnya sambil mengatakan maaf dan terimakasih secara bersamaan dan membungkukkan badannya. Ia merutuki diri sendiri atas kesalahannya yang membaca buku sambil berjalan. Beruntung disekitar sini tidak ada orang yang sedang lewat, kalaupun ada saat ini juga Kuroko akan mengubur dirinya menanggung malu karena jatuh dengan tidak elitnya.
"Tidak apa… lain kali jangan membaca sambil berjalan, itu berbahaya," katanya.
Kuroko langsung melihat lawan berbicaranya, orang yang ada didepannya itu mempunyai ciri rambut berwarna merah, mungkin kalau dilihat sekilas warna rambutnya mirip dengan Kagami, tapi setelah dilihat jelas, warna rambut mereka tidaklah sama. Kuroko memperhatikan dengan seksama, orang yang ada didepannya itu mempunyai warna mata yang berbeda, merah dan keemasan. Jarang sekali orang memiliki warna mata yang berbeda. Ia juga memakai style baju olahraga dengan sebuah jaket menutupi pundaknya membuatnya sangat terlihat cool.
'Apa dia senior di sekolah ini?' tanyanya dalam hati.
Orang itu balas menatap Kuroko dengan tatapan tajamnya, Kuroko yang menyadari itu langsung mengalihkan pandangannya sesaat.
"Err—maaf… saya tidak akan mengulanginya lagi," katanya sambil menggaruk kepalanya, ia merasa kikuk ditatap tajam seperti itu. Mungkin ia marah karena Kuroko telah membuat kesalahan, apalagi berkasnya yang masih berserakan membuat Kuroko jadi tambah merasa bersalah.
"Ano… biar saya bantu membereskan," Kuroko mulai memungut bukunya dan kertas-kertas yang berserakan itu, pemuda yang dihadapannya pun ikut memungut berkasnya yang berserakan, setelah selesai… Kuroko langsung memberikan kertasnya kepada orang itu.
Sekali lagi Kuroko meminta maaf atas kejadian tadi kepadanya. Pemuda yang didepannya itu hanya diam, ia tidak terlalu memperdulikan permintaan maaf dari Kuroko dan malah menanyakan namanya. "Siapa namamu?"
"Kuroko Tetsuya, desu…" jawabnya.
"Apakah kau siswa baru disekolah ini?" Kuroko mengangguk singkat.
"Aku melihatmu keluar dari area gedung basket, apakah kau membolos latihan?" tanyanya to the point, Kuroko mengernyit heran, ia diam dan berpikir sejenak… lalu beberapa detik kemudian ia menggelengpelan. Kenapa dengan orang ini? Apa dia salah satu anggota dari klub basket? Atau mungkin dia adalah senior dari klub basket tersebut.
"Jika tidak membolos, kenapa kau ada disini?" tanyanya lagi dengan tatapannya yang tajam, seolah ia tidak suka jika Kuroko berbohong.
"Ano… sumimasen. Tetapi saya bukan anggota dari klub basket, saya kesana karena ada sedikit urusan dengan teman saya, ia meninggalkan tasnya di kelas, jadi saya terpaksa mengantarkan tasnya kesana," jelas Kuroko dengan panjang, jelas dan padat.
Giliran yang ada dihadapannya yang terdiam, mungkin ia merasa bersalah karena seenaknya menuduh Kuroko membolos, lalu ia pun berdehem. "Oh…baiklah," jawabnya.
'Tidak ada permintaan maaf kah karena seenaknya menuduhku? dasar…' batin Kuroko sedikit kesal.
"Kalau begitu saya permisi terlebih dahulu…" Kuroko membungkukkan badannya sekali lagi, lalu cepat-cepat pergi menaiki tangga karena tidak mau berlama-lama dengan orang asing yang ada dihadapannya. Kuroko sudah lelah dihari pertama ia banyak bertemu orang asing, walau sebenarnya ia ingin mempunyai banyak teman, tapi niat itu sudah ia hapus… karena ia pikir ia tidak mungkin bisa bergaul dengan banyak orang.
.
.
Puas menghabiskan waktunya di perpustakaan dan meminjam beberapa buku untuk ia baca, Kuroko memutuskan untuk pulang karena hari sudah sore… ia menuruni tangga dengan pelan dan berjalan keluar dari area sekolah, kali ini ia tidak membaca bukunya, mengingat kejadian tadi… membuatnya jadi tidak mood untuk membacanya, ia akan membacanya lagi jika sudah berada dirumah.
"Ne~ Tadi aku melihat Akashi-sensei di gedung basket loh, ternyata dia keren banget ya?" Kuroko memusatkan pendengarannya kepada 3 orang siswi yang sedang berjalan dan bergosip di depannya.
"Iya… sudah keren, pintar, kaya dan juga masih muda… aaaa~ andai aku bisa mendekatinya…" siswi yang satu lagi dengan khayalannya yang tingkat tinggi membuat Kuroko menghela nafas. Dipastikan 3 orang siswi ini sudah menjadi fans-nya.
"Padahal yang kudengar, jabatannyasebagai direktur disekolah ini… tetapi kenapa ia mau menjadi pelatih klub basket sekaligus menjadi guru ya? Ia kan sudah sukses… kenapa harus repot-repot turun tangan?" tanyanya kepada 2 orang temannya.
'Terserah dia dong…' Kuroko menjawab nya dalam semakin penasaran dengan orang yang namanya terus disebut-sebut, kalau ia direktur disekolah ini… kenapa ia tidak menyadari pas sesi ceramah tadi pagi? Oh… Kuroko lupa, bahwa dia tidak mendengarkan ataupun melihat siapa-siapa saja yang berceramah di atas panggung. Ia sangat sibuk dengan buku nya sendiri.
"Eh? Serius? Tapi kalau dia jadi guru… siapa tahu kita diajar oleh dia~, tadi kan kita diajar oleh Himuro-sensei yang keren itu~," kata nya lagi… dua siswi itu pun mengangguk setuju. Kuroko hanya facepalm mendengar percakapan yang sangat girly itu.
Tanpa berpikir panjang, ia pun melesat pergi keluar gedung sekolah menuju rumahnya. Hari pertama yang ia jalani sungguh melelahkan juga.
.
.
Bukannya pulang kerumah, Kuroko malah mampir ke mini market dekat sekolahnya, ia pun melesat masuk untuk membeli beberapa cemilan, rupanya ia sudah menyusun rencana untuk membeli cemilan sambil membaca buku dirumahnya.
Kuroko membeli beberapa cemilan dan memasukkannya kekeranjang belanjanya dan juga mengambil salah satu eskrim dengan rasa vanilla blue. Setelah itu dia pergi ke kasir untuk membayarnya, setelah selesai membayar, ia pun langsung membuka eskrim vanilla tersebut dan langsung memakannya. Karena cuacanya yang panas… tidak cukup waktu lama untuk menghabiskan eskrim tersebut, ia pun menatap stik yang ia pegang lalu membalikkan stik tersebut.
"Ah… aku dapat lagi," gumamnya, baru beberapa menit ia melahap eskrim itu ternyata dewa keberuntungan berada di pihaknya, ia mendapatkan satu eskrim gratis lagi. Tanpa berpikir panjang, Kuroko melangkahkan kakinya masuk kedalam mini market itu, tetapi langkahnya tertentu saat ia melihat seorang gadis dengan seragam yang sama dengannya menatap sesuatu yang ada didalam dari luar.
"Aku ingin eskrim… tetapi kalau makan sendiri rasanya tidak menyenangkan, ugh! Ini gara-gara Dai-chan… aku jadi harus pulang sendiri," ujar gadis itu dengan cemberut.
"Aaaaaah! Aku benci Dai-chan! Seenaknya menyuruhku pulang sendiri… padahal ia sudah janji akan menemaniku ke toko buku," Gadis itu pun mengomel sendiri membuat Kuroko sedikit merasa kasihan kepadanya.
Kuroko melangkahkan kakinya mendekati gadis itu, "Ano, sumimasen…" Gadis itu sedikit terkejut dengan kehadirannya.
"Ah… ada perlu apa?" Tanya gadis itu sambil tersenyum. Kuroko langsung memberikan stik eskrim yang ia pegang. "Untukmu…"
"Eh?" Gadis itu tidak mengerti kenapa tiba-tiba ia memberikan stik eskrim kepadanya.
'Kenapa tiba-tiba memberiku sampah?!' dia semakin merasa kesal karena ada seseorang yang tiba-tiba memberikannya sampah stik eskrim. Dengan berat hati gadis itu mengambil stik yang ada di tangan Kuroko.
Tanpa disadari, gadis itu membalikkan stik eskrim tersebut dan disana ada tulisan bahwa ia mendapatkan satu eskrim secara gratis, gadis itu terbelalak kaget melihat tulisan yang ada di stik eskrim tersebut. Ia pun mengangkat wajahnya dan ingin berterimakasih tetapi sayangnya orang yang memberikan stik itu telah hilang dari pandangan.
'Cepat sekali menghilangnya?'
.
.
Kuroko merebahkan dirinya di kasurnya yang empuk itu, lalu semenit kemudian ia pun duduk kembali di tepi kasur lalu mulai membuka tasnya dan mengambil beberapa buku yang ia pinjam. Karena Kaa-san nya hari ini pulang telat, jadi ia bisa bebas untuk melakukan apapun dirumahnya termasuk menunda mandinya.
Kalau dipikir-pikir hari pertama menjadi murid SMA tidak terlalu buruk, apalagi ia sempat bertemu dengan berbagai macam orang yang sifatnya belum pernah ia temui.
Tiba-tiba hp Kuroko berbunyi, menandakan pesan masuk… Kuroko membuka hpnya dan seketika ia merasa senang. Ternyata itu adalah pesan dari teman dekatnya—Ogiwara.
Di pesannya tertulis bahwa Ogiwara sedang menanyakan kabarnya dan menanyakan apakah menyenangkan bersekolah di Teiko?
Ogiwara juga menulis pesan untuk Kuroko bahwa ia sangat sedih karena berpisah darinya, walau jarak Tokyo-Kyoto hanya 3 jam saja.
Kuroko tersenyum tipis lalu segera membalas pesan dari Ogiwara, Kuroko berencana mungkin minggu ini ia akan pergi ke Tokyo untuk bertemu dengan teman dekatnya.
Setelah selesai membalas pesan dari Ogiwara ia pun menutup hp nya lalu meletakkan di atas meja, ia pun langsung beranjak dari kasurnya dan pergi ke ruang makan untuk makan malam, perut Kuroko sudah teriak untuk minta diisi, mau tidak mau ia pun harus makan malam terlebih dahulu sebelum lanjut membaca bukunya.
.
.
To Be Continue
AUTHOR NOTE: Di cerita ini, tidak ada yang namanya switch character antara Bokushi!Akashi dengan Oreshi!Akashi. Disini saya gabungkan sifat keduanya, karena saya bingung mau pakai yang mana satu #plak . Disini Akashi bisa bersikap lembut layaknya Oreshi dan bisa berubah menjadi kasar jika ada yang membuat dia kesal layaknya Bokushi. Oh dan saya lebih suka mendengar Akashi memanggil Kuroko dengan sebutan Tetsuya. xD
Trus saya seenaknya ngubah settingnya, Teiko jadi SMA trus letaknya di Kyoto, hadeuh XD… Himuro dan Imayoshi jadi sensei, si Akashi jadi pelatih, jadi berasa tua si Akashi…#plak dan kayaknya masih banyak character lain yang bakal kuutak atik nantinya xP .pokoknya sekali lagi cerita ini cerita fiksi yang dibuat oleh diriku :3 mohon dimaklumin minna-san I hope you like my story~ #kissusatusatu :3
Ah saya juga author yang sudah lama vakum, kini malah kembali mendarat di fandom ini untuk sekedar menumpahkan imajinasinya xD . saya juga minta maaf jika kata-kata Indonesia saya masih hancur, maklum saya baru mulai menulis lagi soalnya. Sekali lagi! Jika ada Typo(s) mohon maafkan lah diriku :'3 .
Mind to review? ^^
Akhir kata,
_Pinkuru_
