Summary : Ia menyukai hujan, ia menyukai saat tetes-tetes air itu membuat desiran aneh dalam dirinya./Fluff;Romance/HUNHAN/ONESHOOT!

.

Xi Luhan

Oh Sehun

.

Romance;Fluff

.

Hari ini hujan, dan aku berada di bumi menunggu tetes itu jatuh dari langit.

Hujan.

Aku menyukai saat tetes-tetes air itu membasahi dan menyatu pada helai pakaianku. Aku menyukai saat tetes air hujan itu mengalir di sesuai detak jantungku. Aku menyukai saat tetes air hujan menghujamku dengan irama. Aku menyukai saat tetes air hujan membuat badanku menggigil karena suhu yang berubah gila-gilaan.

Hujan, dia seperti sebuah benda tak bernyawa yang membuatmu tampak hidup.

Hujan, dia seperti peredam suara saat kau ingin menumpahkan amarah.

Hujan, dia seperti sebuah oksigen saat karbondioksida memenuhi rongga dadamu.

Hujan, dia seperti nyanyian dengan rintik-rintik tak beraturan.

Hujan, dia seperti melodi yang menyalun dengan irama.

Hujan, dia seperti membasuh luka pekat dengan rintiknya.

"Kenapa kau menyukai hujan ?,"

Aku ingat orang itu menanyakan hal itu dengan mimik tidak suka. Saat itu kami sedang ada di halte bus menunggu hujan reda untuk kembali ke rumah.

Aku tersenyum. "Memang kenapa kau membencinya ?" Tanyaku balik.

"Hujan hanya mengganggu, di saat orang-orang sedang sibuk kenapa harus turun, kenapa saat orang-orang menginginkan kehadirannya dia malah bersembunyi di terik awan,"Ia mendumel. Bibirnya dikerucutkannya dengan alisnya mengerut kesal. Ia nampak lucu.

Aku hanya tertawa kecil mendengarnya. "Kau ingin memerintah hujan ?" Ia memandangku bingung, alisnya bertautan. "Maka perintahlah..."

Ia masih memandangku heran saat aku mulai meletakkan tasku di bangku panjang yang tadi aku duduki dan melepaskan sepatuku yang mengganggu.

Tanpa segan aku berlari ke arah hamparan luas jalan raya yang sunyi saat itu.

"Hei, Ayo kemari disini sangat menyenangkan!"Seruku setengah berteriak, aku yakin ia tidak mendengarku karena suaraku yang terbawa rintik hujan.

Aku menghampirinya dan langsung menariknya. Ia terlihat kaget, namun dengan segera ia menarik dirinya yang hampir saja terkena hujan.

"Apa yang kau lakukan ?, aku bisa basah."Tanyanya dengan nada kesal.

Aku tersenyum. "Ayo, kau akan suka saat setiap tetes air itu menyatu dengan irama napasmu."

Ia akhirnya menurut jua, dilepasnya tas dan sepatunya dengan malas.

"Kau harus tanggung jawab kalau aku masuk angin"

Aku membawanya masuk, masuk ke dalam tetesan hujan yang turun berlarian, ia seperti enggan.

"Coba tutup matamu, dan rasakan semua perasaan sakitmu."

Ia menutup matanya.

"Rasakan saat tetes demi tetes mengalun bak irama, membuatmu nyaman, damai dan semakin tetes itu bertambah banyak, rasakan tetes air itu membawa semua bebanmu jatuh ke bumi."

Lama, aku tak mendengar suaranya, bibirku mulai terasa kelu, dan hujan juga mulai reda.

Aku menatapnya lama, ia menarik napas panjang sebelum membuka kelopak matanya.

"Aneh, aku merasa ada desiran aneh disini." Ucapnya bingung pada dirinya sendiri sembari mencengkram dadanya erat.

Aku tidak mengerti namun aku hanya tersenyum.

Lamunanku terhenti saat aku merasakan tetes itu tidak lagi membasahi tubuhku. Aku mendongak dan mendapati payung telah berada di atas kepalaku.

"Kau bisa kedinginan Lu,"Ucapnya-orang yang sedang memayungiku-dengan nada khawatir sembari melepas jaketnya lalu memakaikan jaketnya kepadaku.

Aku tersenyum.

Ia adalah salah satu alasan mengapa aku semakin sangat menyukai hujan.

Oh Sehun.

A.N : HAHAHA MAAFKAN SAYA KALAU GAJE/pundung/. Idenya ngalir gitu aja gegara beberapa hari ini hujan terus.

.

R

E

V

I

E

W

?

.