Love Sick

Rating : T

Pairing : Hunkai (as main)

Genre : Romance

Warning : BL, Au, OOC, Typo(s), Alur gaje, kecepatan, Crack Pair..Bla..Bla..Bla..

all chara are not belong to me^^

Summary:

Kim Jongin is a csw. Oh Sehun was a man who had just left the marriage by his lover.

.

.

.

.

Oh Sehun...

Seorang namja yang bekerja sebagai seorang pegawai advertising. Namja berbakat, dan mencintai desain grafis seperti ia mencintai dirinya sendiri.

Baginya, tak ada warna favorit karena semua warna adalah warna favoritnya. Seolah jika ia boleh berkata, warna darahnya bukanlah merah. Tapi warna-warni bagaikan lembayung di senja hari.

Oh Sehun, si idiot. Begitulah yang akan dikatakan para yeoja maupun namja yang pernah berkencan dengannya.

Sehun memang tampan, tapi dia aneh. Kesannya canggung dan menyebalkan saat kencan satu malam dengannya. Dia tak pernah bisa serius, seperti yang diharapkan oleh mantan-mantan satu malamnya.

Jangankan diharapkan untuk jadi suami, jadi pacar saja, tak usah ditanya. Susah sekali untuk membuat namja bermarga Oh itu untuk jatuh cinta.

Tapi suatu hari dia jatuh cinta. Dia akan bersungguh-sungguh. Tak pernah ada niat sekalipun untuk meninggalkan orang yang ia cintai itu.

Ngomong-ngomong siapa yang beruntung mendapatkan hati namja Oh itu?

Choi Jinri! Ya...Gadis beruntung itu adalah Jinri. Dia cantik dan dewasa. Satu hal yang membuat Sehun gagal berpaling dari gadis itu karena Jinri selalu memperhatikan dirinya seperti mendiang ibu kandungnya.

Hanya bersama Jinri, Sehun bisa menemukan kembali sosok seperti ibu kandungnya yang telah meninggal dunia sewaktu ia kecil dulu.

Jika Jinri adalah yeoja pertama yang ia cinta.

Jinri pulalah yeoja pertama yang membuatnya patah hati. Membuatnya seperti orang gila dengan jantung yang berdenyut pilu.

Dadanya sesak andai ia mengingat malam dimana Jinri memutuskan dirinya dengan alasan, Sehun yang tak pernah menganggapnya sebagai seorang kekasih. Dan sifat Sehun yang seolah menarik ulur perasaannya.

Sampai dimana ia mendapatkan sebuah undangan pernikahan Jinri dengan seorang namja kaya raya yang ia ketahui adalah klien bisnisnya yang punya perusahaan properti dan lumayan maju di usia muda.

Teman kantornya bilang, jika yang diharapkan Jinri adalah menikah dengan orang-orang kaya yang bisa menunjang hobi belanjanya. Sehun awalnya tak percaya sama sekali, tapi semakin ke sini, ia semakin percaya dengan opini tersebut.

Jinri bahkan berpura-pura tidak mengenal Sehun ketika tak sengaja keduanya dipertemukan di sebuah acara amal. Jinri melangkah begitu saja, meninggalkan angin yang menerpa wajah Sehun. Dingin, dan menusuk tepat ulu hatinya.

Sehun muak!

Muak akan hidupnya...

Muak akan semua moment-moment tentang dirinya dan Jinri...

Dan Muak pada ketidakberdayaan dirinya yang menurutnya masih kurang sepadan untuk bersanding dengan yang lainnya.

.

.

Malam ini Sehun di bawa oleh beberapa orang rekannya ke sebuah klub malam. Malam dimana ia merayakan kenaikan statusnya menjadi seorang direktur muda.

Sebenarnya ia hanya ingin mentraktir teman-temannya itu makan malam mewah saja di sebuah restoran. Tetapi semua temannya sepakat untuk meminta traktir minun-minum di sebuah klub kelas menengah di pinggir kota.

Memalukan sekali, seharusnya teman-temannya mengajak dirinya pergi ke klub malam kelas atas. Dimana banyak para artis papan atas yang kerap kali berkunjung ke sana.

'Kau bisa memilih kebahagianmu sendiri di sana' begitulah kata Irene noona. Salah satu teman dekatnya di kantor. Dia juga satu dari beberapa orang yang mengusulkan minum di klub tersebut.

Dan sekarang...Di sinilah ia berakhir. Duduk seorang diri seperti sapi bodoh tanpa seorang kawan. Teman-temannya sudah berpencar. Bahkan Huang Zitao pun terlihat tengah mengurung seorang namja bertubuh mungil yang Sehun sendiri pun tak tahu siapa namanya.

"Di sini bukan tempat untuk seorang penyendiri, Tuan"

Sehun menoleh, dan mendapati seorang namja berwajah manis tengah tersenyum ke arahnya. Well, dia terlihat ramping, sexy, dan cantik. Tipikal bottom yang paling banyak dicari oleh kebanyakan para dominan seperti dirinya.

"Kalau begitu kau harus menemaniku di sini" kata Sehun.

Namja itu masih mempertahankan senyuman. Ia menuangkan segelas brendi atau apapun lah itu. Sehun tidak peduli.

"Irene noona memintaku untuk menemanimu di sini. Aku Kai, btw"

Oh..Nice name..

"Oh Sehun. Kau cantik" puji Sehun.

Namja itu mengulum senyum lagi. Apa dia seorang CSW? Tepat! Sehun bisa melihat kaos longgar v-neck yang memperlihatkan dadanya yang tan dan mulus itu.

"Kau kenal Irene?"

"Ya" sahutnya. "Dia teman dekatku dan pelanggan tetap di sini"

"Woahh"

"Kenapa?"

Sehun menggeleng. Binal juga yeoja itu, pikir Sehun.

"Dia sering menawarkan diri tanpa bayaran. Padahal dia cantik, tapi aneh" bibir plum sexy itu berkata lagi.

"Dia gila"

Keduanya tertawa bersamaan.

"Well" Ada jeda pada kalimat itu. Jongin sengaja membuat namja dewasa di hadapannya itu menunggu.

"How about one night stand?" Tanya Jongin. "Aku handal dalam hal itu"

Sehun berdehem pelan. Ada keraguan dimana ia merasa seperti, apa dia akan jadi teman one night stand yang baik untuk namja cantik di depannya itu? Mengingat dirinya yang selalu canggung ketika di atas ranjang meskipun dia adalah seorang dominant.

"Aku canggung sekali kalau bicara itu" ujar Sehun.

"Irene noona berkata seperti itu juga. Makanya aku akan mengajarimu"

Sehun menatap ke dalam binar hitam kecoklatan itu. Menatapnya langsung, dan seolah ia merasa semua keraguan yang ia rasakan hilang begitu saja.

"Aku seorang dominant" Tukas Sehun.

"Aku tahu kok. Aku suka menjadi yang di dominasi"

Sehun mengulum senyum tipis. "Kau bersedia?"

Namja manis itu mulai mengalungkan tangannya di leher Sehun. "asal kau membayarku" bisiknya.

.

.

.

.

Hari-hari pun berganti..

Tak terasa sudah 2 bulan mereka saling mengenal, dan menjadi sepasang partner sex yang akan melakukan banyak hal gila di apartemen Sehun.

Jongin tak pernah memperkenalkan dirinya sebagai seorang Kim Jongin. Melainkan Kai, dan hanya tiga huruf itulah yang selalu diingat Sehun, rekan bisnisnya, sekaligus rekan berbagi ranjangnya.

Apa mereka sepasang kekasih?

Silahkan saja anggap seperti itu. Jongin maupun Sehun juga tidak akan menampik semua itu, mengaku sekalipun juga tidak. Maka terserah orang mau menganggap mereka apa.

Sehun merasa nyaman bersama Jongin. Dia seolah bisa melupakan Jinri, walaupun masih belum tahu pasti, apakah ia sudah mulai membuka diri atau belum untuk namja bermarga Kim itu.

Jongin punya tubuh sexy dan menggoda. Dia juga handal dalam permainan ranjang yang selalu menciptakan permainan-permainan liar yang berkesan dan tidak pasiv, sebagaimana permainan sex Sehun yang membosankan dengan yang lainnya.

"Tanggal berapa sekarang?"

Jongin yang tengah merapihkan ranjang menoleh. Mendapati kekasihnya tengah berjalan keluar dari kamar mandi dengan handuk melingkari pinggangnya.

"26, kenapa?"

Sehun nampak berpikir. Kemudian melirik Jongin yang hanya mengenakan bathrobe putih di tubuhnya itu. Tubuh tan mulus yang selalu ia tinggalkan jejak kemerahan di sana. "Mantan pacarku menikah hari ini"

Jongin terkesiap. Ia berbalik, menatap Sehun dari jarak beberapa meter dari tempatnya.

"Dia mengundangku"

"Kau akan datang?" Tanya Jongin.

"Entahlah"

"Kau harus datang" usul Jongin.

Sehun berjalan ke arah ranjang yang sudah rapi. Dimana Jongin sudah menyiapkan pakaian yang akan ia kenakan.

"Aku hanya tak ingin terluka" gumamnya.

"Justru itu" Jongin menyahut cepat. "Kau harus tunjukan padanya kau sudah berpaling"

Namja berzodiak aries itu terkekeh pelan. Usianya 29 tahunan, tapi ia sendiri pun tak pernah tahu berapa usia Jongin, marga Jongin, atau pun alamat rumah sang kekasih kecuali Jongin yang suka makanan manis seperti es krim coklat, dan menonton pororo di pagi hari.

Tapi jika dilihat dari wajah, mungkin Jongin lebih muda beberapa tahun darinya.

"Kai"

Jongin yang hendak melangkah ke kamar mandi pun menoleh.

"Berapa usiamu?"

"Seperempat abad" jawabnya, diiringi senyum yang khas.

Mudanya, pikir Sehun.

"Kenapa?"

Sehun menggeleng pelan.

"Apa kau mau ikut ke pesta itu?"

"Bayarannya?"

"Apa harus?"

Jongin terkekeh pelan.

"Aku bercanda"

...

Nenek Oh tersenyum ketika melihat sebuah mobil berhenti di depan halaman rumahnya yang asri.

Itu pasti cucu semata wayangnya yang tiba bersama sang kekasih.

Sehun punya kekasih yang cantik. Dan Nenek Oh sangat menyukai bagaimana namja bernama Kai itu membuatkan semangkuk sup tulang iga yang sangat lezat.

"Apa nenek sudah makan?" Sehun bertanya.

Yeoja 70 tahun itu mengangguk pelan. meski sudah tua, nenek Oh masih terlihat cantik dan memiliki ingatan yang baik. Dia seorang guru saat masih muda.

"Tentu saja, Sehunie" jawabnya. Ia menyentuh lembut rahang tegas sang cucu. Lalu beralih ke arah Jongin, dan menyapanya. "Apa itu sup kesukaan nenek?"

Jongin mengangguk membenarkan.

"Aku membuatnya untuk makan malam. Jadi nenek harus memakannya" ujar Jongin. Menjadi seorang CSW telah menjadikan dirinya pandai bermain drama dan bermuka dua.

"Kalian nampak buru-buru" Nenek Oh berkomentar ketika Sehun berpamitan untuk pulang. Jongin pun juga, membuat yeoja paruh baya itu mengkerut masam.

"Ada sesuatu yang harus kami urus nenek" Jongin mencoba menjelaskan.

Nenek Oh mengulas senyum simpul. "Apa itu program cucu baru untukku?"

Keduanya tersenyum kikuk. Heol? Mereka sama sekali belum pernah membicarakan hal ini selama 2 bulan bersama.

.

.

Pernikahan Choi Jinri, mantan kekasih Sehun dengan namja pilihannya.

Sangat mewah dan penuh orang-orang kaya. Jongin yang hanya CSW merasa dia bukan apa-apa, dan bukan seharusnya ia berada di antara kerumunan tamu-tamu berduit dan berpendidikan.

Ia sama sekali belum menyentuh apapun. Saking terlalu asyik mencari perlindungan, takut-takut ada seseorang yang mengenal dirinya. Hingga ia tak menyadari jika Sehun sudah melangkah jauh darinya.

Jongin merasa kikuk. Belum pernah ia datang ke pesta semewah ini selama hidupnya. Dan Sehun adalah orang pertama yang mengajaknya kemari.

Omong-omong, dimana namja Oh itu. Mengapa Jongin tidak melihatnya? Beberapa menit yang lalu Sehun ada di sampingnya, memainkan ponselnya berlagak seperti orang-orang penting.

Di lain sisi, Tampak Sehun tengah berbicara dengan seorang yeoja. Di sebuah tempat yang lebih sepi, dan mustahil ada orang yang mengira dua orang itu tengah mengobrol di sana.

"Kau tak harus memaksakan diri untuk datang kemari" Yeoja itu berkata. Ada rasa sedih, khawatir, dan perasaan-perasaan lain yang campur aduk di hatinya.

"Aku harus datang dan mengucapkan selamat untukmu"

Yeoja itu menahan isakannya. Tak pernah sekalipun ia menginginkan perjodohan ini. dimana ia harus meninggalkan kekasih hatinya hanya untuk bersanding dengan namja yang lebih mapan dibanding sang kekasih.

"Aku juga harus menunjukan jika aku laki-laki"

Jinri menggeleng pelan. Ia menubrukan tubuhnya pada tubuh jangkung itu. memeluk Sehun dengan sangat erat dan merapalkan kata maaf berulang-ulang.

Sehun lantas terkejut. Tapi kemudian ia tetap membalas pelukan itu meskipun pikirannya kalut. Tiba-tiba saja ia membayangkan senyum kecewa Jongin yang tengah menatapnya saat ini. Rasanya sesak, dan jauh dari apa yang pernah ia rasakan ketika Jinri memutuskan hubungan mereka.

...

Jongin tahu, bahwa sudah seharusnya ia sadar bukan di sinilah tempat orang-orang terbuang seperti dirinya berada.

Pandangan remeh ia dapatkan dari seorang namja yang berasal dari masa lalunya itu. Kenapa namja itu ada di sini? Matanya yang tajam seolah berkata, jika dia tak layak untuk berada di antara kerumunan orang-orang kaya seperti dirinya.

Namja berkulit tan itu mencoba tenang. Dengan pergi dari hadapan namja berperawakan jangkung itu dan kembali mencari Sehun.

Ia nyaris saja menyerukan nama Sehun ketika ia melihat namja itu tengah berdiri di lorong staff kebersihan bersama seorang gadis bergaun putih yang berdiri membelakanginya.

Ia baru saja bertanya mengenai gadis itu dalam hati. Namun ia dibuat terkejut ketika gadis itu memeluk Sehun dan melumat bibir tipis Sehun.

Membuat dadanya terasa sesak. Dan merasa terbuang untuk yang kesekian kalinya.

Memangnya dia siapa? Hanya seorang pelacur di sebuah klub pinggir kota yang punya kesempatan pergi ke pesta pernikahan mewah. Hebat benar dirinya itu.

Ia mencoba untuk tidak menangis, tetapi airmata menuruni pipi mulusnya begitu saja. Tanpa ia ketahui untuk siapa dan untuk apa ia menangis.

"Tuan" Supir taksi bertubuh tambun itu menyodorkan sebuah sapu tangan padanya.

Harum pewangi pakaian menyapa hidungnya. Sapu tangan itu masih bersih dan terlipat dengan rapih.

"Saya rasa anda lebih membutuhkan ini" kata namja itu.

Jongin menerimanya setelah membayar uang transport taksi dari hotel mewah itu ke flat sederhananya.

"Terimakasih, Shindong-sshi" Ucap Jongin, sengaja membaca name tag di baju namja itu sebelum mengucapkan terimakasih.

Namja itu tersenyum ramah. Pamit undur diri dan melajukan mobilnya dengan kecepatan normal. Deru mesinnya menyala lembut, menunjukan jika dia adalah supir taksi yang ramah dan pengguna jalan raya yang tertib.

Setibanya di flat sederhananya, ia disambut oleh pelukan seorang anak kecil. Membuat Jongin merasa terhibur dengan tingkah lucu putra semata wayangnya itu.

"Sooie, pakai celanamu dulu!" seru seorang gadis remaja 17 tahun.

"Oh..Annyeong, oppa" Yeri, pengasuh Kyungsoo membungkuk hormat. Dia adalah gadis yang tinggal di lantai 2, bersama ibunya yang berjualan kue beras di pinggir jalan.

Jongin membalas sapaan ramah gadis kelas 3 SMA itu. Dan bertanya apa Yeri sudah makan malam. Gadis itu menjawab sudah, dan menceritakan aktivitas hariannya selama mengasuh putra semata wayang Jongin yang menggemaskan itu.

...

Pukul 10 malam.. Jongin masih juga tidak ia temukan. Membuat Sehun berdecak sebal. Seharusnya ia tidak meninggalkan Jongin seorang diri di tempat baru dan luas seperti itu.

Ia merasa brengsek, sedih, dan tidak tahu harus bagaimana lagi. Ponsel Jongin pun juga tidak aktiv, membuat Sehun semakin cemas.

"Oh Sehun?"

Sehun berbalik badan. Dan mendapati Choi Minho, teman kuliahnya saat di Jerman.

Keduanya berjabat tangan. Minho tersenyum simpul saat mendengarkab rival sekaligus teman dekatnya itu bercerita tentang perjalanan hidupnya setelah lulus dari universitas beberapa tahun yang lalu.

Minho adalah kakak sepupu Jinri. Dan bodohnya Sehun yang melupakan fakta tersebut. Jelas saja namja itu hadir juga di sana.

"Kau tidak pulang?" Tanya Minho.

"Aku sedang mencari seseorang"

Minho menautkan alisnya. Dia pun juga tengah mencari namja berkulit tan sexy yang pernah menjadi masa lalunya semasa SMA. Mungkin ia ingin mencoba memulai semuanya dari awal, dan mengatakan pada namja itu jika sekarang ia telah berubah dan bukan seorang Minho yang egois.

"Aku juga"

"Siapa?"

Minho mengulum senyuman. "Seseorang yang paling berharga"

"So cheesy, Choi Minho"

Namja itu terkekeh pelan. "kau sendiri?"

"Entahlah..Aku masih belum menemukan yang pasti" sahut Sehun, salah tingkah.

.

.

Banyak yang mengira Kyungsoo adalah anak semata wayangnya. Tapi sebenarnya tidak.

Kyungsoo adalah anak dari kakak sulungnya, Kim Chanyeol dan suaminya. Yang telah meninggal dunia akibat kecelakaan mobil di Beijing.

Mobil yang dikendarai Wu Yifan, kakak iparnya tergelincir dan menabrak pembatas jalan tol. Yifan tewas di tempat, sementara Chanyeol yang saat itu tengah mengandung harus koma.

Dokter hanya bisa menyelamatkan bayi dikandungan Chanyeol yang saat itu baru berusia 7 bulan. Kyungsoo terlahir prematur, dan hanya Jonginlah satu-satunya keluarga yang ia miliki.

Hingga saat ini pun, balita 3 tahun itu selalu mengira Jongin adalah mommy-nya tanpa ia ketahui jika kedua orangtuanya telah meninggal dunia dan mewariskan berhektar-hektar kebun apel di Daegu.

"Sudah dulu, baby" Jongin mencoba melepaskan puting kanannya dari bibir mungil Kyungsoo.

Balita itu menggeleng pelan. meski ia tahu tidak ada susu yang keluar dari sana, ia tetap suka mengulum puting sang mommy. Karena itu bisa membuatnya sedikit tenang dan tidak rewel.

"Mommy"

"hm?"

"Cooie mau beltemu didi" suara cadelnya sangat menggemaskan. 'Didi' adalah sebutan 'ayah' menurut Kyungsoo.

Balita menggemaskan itu memainkan puting Jongin dengan bibir yang mengerucut lucu.

"Luhanie didi?"

"Ani" Menggelengkan kepalanya pelan.

"Didi, mommy..Didi"

Jongin nampak tidak mengerti. Biasanya Kyungsoo selalu nurut jika Jongin menitipkannya pada suami istri Xi yang tinggal di samping flat sederhananya.

Bahkan Kyungsoo kecilnya selalu memanggil Luhan dengan sebutan didi dan Minseok dengan sebutan mimi. Entah darimana balita menggemaskan itu mendapatkan nama panggilan manja seperti itu.

"Sooie ingin bertemu didi?"

Kyungsoo kecil mengangguk lucu. Ia kembali mengulum puting Jongin. Membuat namja berkulit tan itu menepuk pelan bokong mungil sang balita.

Senandung nina bobo mengalun pelan dari bibir Jongin. Mata bulat putranya perlahan tertutup seiring ia menyenandungkan nyanyian pengantar tidur favorit Kyungsoo sejak ia masih bayi.

Kuluman di putingnya pun melemah. Jongin melepas bibir mungil Kyungsoo dari putingnya yang basah dan sedikit memerah. Kyungsoo kecil yang sudah tumbuh gigi menggigiti putingnya gemas ketika balita itu mengulumnya.

"Sleep well, my baby" bisiknya. Dengan penuh jiwa keibuan, Jongin mengecup kening Kyungsoo. Menyelimuti tubuh mungilnya dan meletakan boneka beruang kesayangan sang balita di sampingnya.

Jongin menoleh ke arah nakas ketika ponselnya bergetar dan menimbulkan suara getar yang mengagetkan.

Ia meraih ponselnya dan mendapati pesan dari Oh Sehun di layar ponselnya.

From : Oh Sehun

Kau dimana? Aku mencarimu dari tadi

Jongin mendengus pelan. Ia tidak membalas pesan dari Sehun. Malahan meletakan ponselnya begitu saja di atas ranjang dan beranjak ke arah dapur.

Mungkin segelas coklat hangat bisa membuatnya sedikit lebih tenang, dan melupakan rasa penatnya untuk sementara waktu.

.

.

.

.

.

TBC

.

.

.

.

.

A/n

A : Alurnya gimana sih ceritanya?

Me : Tentang dua orang yang saling mencintai, tapi terlalu sulit untuk mengucapkan cinta. Sehun ceritanya itu namja yang kaku, dan susah banget jatuh cinta. Nah sementara Jongin itu seorang pekerja seks yang menganggap semua servis yang dia lakuin itu cuma sebatas pekerjaan aja. Dia org yg introvert dan gak pernah percaya cinta.

A : CSW?

Me: Just searching on google*evil smirk*

A: Ada berapa chapter?

Me: Gak banyak sih.

A: Lanjut ya?

Me: Boleh..Asal review tembus 20an.

A: Updatenya lama sekarang? lagi happy ya?

Me: Iyaaa gitu deh. anggap aja seperti itu.

A: Update sugar baby dong!

Me: Boleh..silahkan ditunggu.

Spesial notice buat yg request ff. so sorry hon. Aku kena wb buat nerusin. Jadi mungkin postingnya agak lama ya.