Title: Closer

Rated: T

Genre: Romance, Angst

Cast: Sehun (EXO), Luhan (EXO), EXO

Author: Wind Saseum

Warning: TYPO etc


Jangan pernah bermain dengan cinta, karena cinta bisa berbalik mempermainkanmu.

CLOSER

Chapter 1; Savior

Normal POV

Yixing dan Junmyoon langsung melepaskan ciuman mereka kemudian menatap Luhan dengan tatapan kaget, sementara Luhan hanya memasang ekspresi datar sebelum mendecih pelan.

"Hebat!" Gumam Luhan lalu membalikkan badannya dan keluar dari ruang kelas itu. namja berambut orange itu berjalan cepat menyusuri koridor sunyi tersebut, emosinya sudah mencapai ubun-ubun kepalanya saat itu.

"Luhan! aku bisa menjelaskan semuanya!" seru Yixing yang berusaha mengejar Luhan—kekasihnya sementara luhan lebih mempercepat langkahnya tanpa menoleh ke arah Yixing tetapi Yixing berhasil mengejarnya dan menarik lengan luhan dan memaksa luhan untuk berhenti. Ia menatap Yixing dengan tatapan penuh emosi kemudian menepis tangan Yixing dari lengannya.

"sudah cukup! Sekarang pergilah dari hidupku!" Ujar Luhan geram, telunjuknya ia arahkan ke wajah yixing—menunjukkan bahwa Luhan tidak main-main dengan perkataannya tadi.

Luhan menghela nafas sejenak sebelum meninggalkan yixing sendirian di koridor itu sementara Junmyoon hanya terdiam di dalam kelas.


Luhan POV

Aku berjalan menyusuri jalan itu dengan pandangan kosong. Pikiranku masih terbayang kejadian yang kulihat tadi. Yixing, aku tak habis pikir dia menghianatiku lagi, harusnya aku tidak memaafkannya beberapa waktu lalu kalau tahu dia akan melakukan hal itu untuk yang ketiga kalinya. Aku memang bodoh! Aku terlalu mudah mempercayai namja itu.

"Awas!" teriakan itu segera menyadarkanku dari lamunanku. Akupun menoleh ke arah suara itu berasal tetapi yang ada di pandanganku hanyalah sebuah mobil truk besar yang melaju kencang dan semakin mendekat. Aku berusaha menghindar dari mobil truk itu tetapi badanku seketika kaku—tak bisa bergerak seperti ada sesuatu yang menahan tubuhku. Tuhan, apa aku akan mati di sini? Jantungku berdegup kencang ketika melihat jarak truk dan tubuhku hanya sekitar beberapa meter saja. Aku menutup mataku sebelum seseorang menarik lenganku kuat beberpa detik sebelum truk itu lewat. Nafasku tersengal, tubuhku bergetar hebat, aku masih hidup!

"nan gwaenchanha?" tanya seseorang. Aku membuka mataku perlahan dan mendapati seorang namja berambut seperti bubble gum menatapku khawatir. Tangan kanannya memegang lengan kiriku sementara tangan kirinya melingkar di punggungku.

"N-ne." Balasku singkat. Namja itu mengangguk kemudian melepaskan tangannya dari lengan dan punggungku.

"lain kali hati-hati." Ujar namja itu lalu memasang headset putih di telinga sebelah kanannya sebelum berjalan meninggalkanku.

"ah, gamsahamnida." Seruku. Namja itu menoleh ke arahku kemudian tersenyum tipis lalu kembali berjalan.

Aku berusaha menormalkan nafasku sebelum handphone-ku berbunyi. Aku segera mengambil handphone yang kuletakkan di saku celanaku dan langsung membaca nama yang tertera di layar. Aku memutar bola mataku dan langsung me-reject panggilan tersebut.

"bastard." Gumamku sembari memandang wallpaper di handphoneku—foto bersama yixing beberapa waktu lalu sebelum mendesah pelan kemudian menggantinya dengan gambar Moggu—anjing milik Kai. Aku masih tidak menyangka Yixing akan menyakiti hatiku lagi setelah aku memaafkannya dan itu membuat rasa sayangku padanya berubah menjadi benci. Zhang Yixing, kau mempermainkanku tiga kali dan aku tak akan memaafkanmu karena hal itu.

"kau akan menyesal telah mempermainkanku." Ucapku seraya mengeluarkan smirk-ku kemudian kembali berjalan pulang.


"Ah untung saja Kyungsoo bukan orang seperti Yixing." Kai menyengir lebar padaku. Aku memutar bola mataku bosan lalu melipat tanganku di depan dadaku sembari memperhatikan orang-orang yang lewat di koridor sekolah.

"kami sudah memperingatimu berkali-kali tapi kau tidak mau mendengarkan kami." Ujar Chanyeol yang sibuk bermain-main dengan jari-jari Baekhyun.

Aku menarik nafasku panjang sebelum mengeluarkannya pelan. Ya, Chanyeol, Kai dan juga Baekhyun selalu memperingatiku agar jangan terlalu percaya dengan Yixing, tetapi aku hanya mengabaikan peringatan mereka itu dan akhirnya aku merasakan akibatnya.

"aish! Sudahlah, jangan membicarakan namja bastard itu." kataku kesal.

"Calm down bro." Baekhyun terkekeh kemudian diikuti oleh Chanyeol dan Kai. Aku menatap ketiga sahabatku itu dengan tatapan kesal sebelum mataku menangkap sosok namja berambut bubble gum dengan headset putih di kedua telinganya. dia berjalan santai tanpa peduli orang-orang di sekitarnya yang memandanginya—termasuk aku dan seketika sebuah ide melinas di otakku.

"ya! ya! apa kalian mengenal namja berambut seperti bubble gum itu?" tanyaku pada Kai, Chanyeol dan Baekhyun sembari terus menatap namja berambut bubble gum tersebut.

"Luhan, kau sebenarnya sekolah dimana huh? Masa kau tidak mengenal dia?" Chanyeol menggeleng-gelengkan kepalanya heran sementara aku hanya mengernyit bingung. "Dia Oh Sehun. dia dijuluki Ice Prince karena sifatnya yang dingin. Seluruh murid di sekolah ini tahu siapa Oh Sehun, ya kecuali kau." Tukas chanyeol panjang lebar.

Aku mengangkat sebelah alisku kemudian tersenyum tipis. Yixing, tunggu pembalasanku.


Normal POV

Suasana perpustakaan kala itu sangat sepi, hanya terlihat segelintir siswa yang membaca buku ataupun hanya sekedar mencari tempat yang nyaman untuk tidur. Sehun meraih sebuah buku dari rak paling ujung kemudian memilih untuk duduk di samping jendela besar yang mengarah ke lapangan sekolah dan mulai membaca lembar demi lembar buku tersebut. Sehun tidak menyukai tempat yang ramai, ia lebih menyukai tempat yang tenang seperti ini—tenang, tanpa harus merasa terganggu oleh teriakan-teriakan dan suara yang mengusik indera pendengarannya.

Sehun baru saja memindahkan halaman dari buku yang sedari tadi ia baca ketika seorang namja berambut orange duduk di depannya. Sehun melirik namja itu sejenak sebelum kembali berkutat dengan bukunya dan membuat namja di depannya mengerutkan dahi.

"uhm, Oh Sehun?" ujar namja berambut orange itu dengan nada bertanya dan senyum lebar terpampang jelas di wajahnya.

"ya." balas Sehun singkat tanpa menatap namja berambut orange di depannya.

"namaku Luhan. kau masih mengigatku kan?" tanya namja berambut orange yang bernama Luhan itu lagi.

Sehun mendesah pelan sebelum akhirnya memutuskan untuk menghentikan kegiatan membacanya dan menatap Luhan dengan tatapan dingin dan ekspresi datarnya. "Ya. ada yang kau inginkan dariku?"

Luhan sedikit terkejut mendengar perkataan Sehun tersebut. ternyata apa yang dikatakan oleh sahabatnya memang tidak salah, Oh Sehun memang pantas dijuluki Ice Prince.

"uhm, tidak ada. aku hanya ingin mengucapkan terima kasih karena telah menyelamatkan nyawaku kemarin." Jawab Luhan masih dengan senyumnya.

"sama-sama." balas Sehun seraya menutup buku yang sedari tadi ia baca kemudian beranjak dari duduknya dan berjalan meninggalkan Luhan. Luhan mengerjap-ngerjapkan matanya sebelum mengejar Sehun yang sudah diambang pintu perpustakaan.

"Sehun!" panggil Luhan nyaring dan membuat orang-orang yang ada di perpustakaan itu menatapnya dengan tatapan kesal tetapi tidak dihiraukan oleh Luhan, ia terus mengejar Sehun dan akhirnya tangannya dapat meraih lengan Sehun dan membuat Sehun menghentikan langkahnya lalu menatap Luhan dengan tatatapan kesal—sama seperti orang-orang di perpustakaan tadi.

Luhan menggigit bibir bawahnya. Sepertinya dia sudah membuat sang ice prince terganggu karena kelakuannya.

"uh, maaf kalau aku mengganggumu. Aku hanya ingin mengajakmu minum bubble tea sepulang sekolah nanti." Kata Luhan yang berusaha mengeluarkan senyumannya lagi. Sehun hanya menatap Luhan tanpa berkata apapun dan itu membuat Luhan merasa kikuk di depan seseorang untuk pertama kalinya. "a-anggaplah itu sebagai ucapan terima kasihku padamu, please?" Lanjut Luhan sedikit terbata, ia menatap Sehun dengan tatapan memohon, berharap namja berambut soft pink itu akan tersenyum padanya dan berkata 'ya'.

"hm Ne." Ucap Sehun pada akhirnya—masih tanpa ekspresi.

"aku akan menunggumu di gerbang sekolah. See you, Sehun." Gumam Luhan sumringah sebelum meninggalkan Sehun yang menatapnya dingin.


Baekhyun tersendat jus apelnya ketika mendengar apa yang Luhan katakan, sementara Chanyeol dan Kai menatap Luhan dengan tatapan kaget.

"Kau sudah gila! Kau mau 'menggunakan' Oh Sehun sebagai alatmu untuk balas dendam pada Yixing?" suara Baekhyun sedikit meninggi di akhir kalimatnya.

"ya! dan itu pasti akan sangat menyenangkan." Luhan menyeringai. Sementara ketiga sahabatnya masih menatap Luhan dengan tatapan kaget bercampur heran.

"Luhan, sebaiknya kau jangan main-main dengan hal seperti ini." Kai memperingati dengan wajah serius.

Luhan hanya memutar matanya bosan. "Kenapa? Aku hanya ingin Yixing merasakan apa yang aku rasakan."

"tapi memanfaatkan orang yang tidak tahu apa-apa bukanlah jalan yang tepat." Ucap Chanyeol juga dengan raut wajah serius.

"Sudahlah, kalian ikuti saja permainanku." Luhan kembali menyeringai. Ia tak sabar memulai ide gilanya dan melihat reaksi Yixing—kekasihnya.


Semburat Jingga mulai terlihat diantara birunya langit saat itu. SM High School sudah hampir kosong ketika Luhan berdiri di depan gerbang sekolah sambil memainkan handphonenya—menunggu Sehun dan tak lama kemudian sosok namja bertubuh tinggi dan berambut soft pink tertangkap oleh indera pengelihatan Luhan. namja berambut orange itu tersenyum lebar sebelum melambaikan tangannya ke arah namja berambut soft pink yang berjalan ke arahnya.

"kukira kau tidak akan menungguku." Gumam namja berambut soft pink—Sehun.

"aku adalah orang yang selalu menepati janji." Balas Luhan. "ayo! Aku sudah tidak sabar ingin minum bubble tea." Tambah luhan yang langsung menarik tangan Sehun dan memaksa namja itu mengikuti Luhan.

Perjalanan menuju kedai Bubble Tea dilalui keduanya dalam diam. Sehun lebih memilih menikmati musik dari ipodnya dengan headset sementara Luhan mencari bahan pembicaraan yang tepat untuk memecah kesunyian diantara mereka berdua.

"uh, Sehun. apa kau menyukai bubble tea?" Luhan memaki dirinya sendiri dalam hati. Pertanyaan apa itu? kenapa dia bisa bertanya pertanyaan bodoh seperti itu? ah, dia tidak pernah merasa secanggung ini sebelumnya.

"ya." jawab Sehun singkat. Dua iris hazelnya menatap lurus ke depan tanpa sekalipun melirik Luhan di sampingnya.

"oh." Balas Luhan sembari melirik Sehun. Cahaya matahari sore menyinari sebagian wajah Sehun, rambut soft pinknya terlihat berkilau begitu juga dengan wajah porselennya. Luhan sejenak hanyut pada pemandangan di depan matanya sebelum ia menggeleng cepat. Namja itu menemukan alasan lain mengapa sosok Sehun begitu popular di antara para siswa dan siswi di sekolahnya—Sosoknya terlihat... Sempurna.

"Earth to Luhan." Suara Sehun seketika langsung mengembalikan Luhan dari dunia fantasinya. Luhan mengerjap ketika menyadari Sehun menatapnya dengan tatapan dingin dan dengan jarak yang hanya sekitar beberapa centi dari wajah Luhan.

"aish! Mi-mianhae Sehun. aku hanya... memikirkan sesuatu." Ucap Luhan kalap. Ia menarik nafasnya lega ketika Sehun menarik wajahnya menjauh dari wajah Luhan tetapi masih menatap Luhan dengan tatapan dinginnya.

"kau baik-baik saja?" tanya Sehun seraya melepaskan headset dari telinganya dan memasukkan headset tersebut di tas ranselnya.

Luhan tersenyum lebar kemudian mengangguk. "tentu saja!" seru Luhan berusaha menyembunyikan kekikukannya di depan Sehun. "ah kita sudah sampai. Ayo masuk." Luhan membuka pintu kedai bubble tea itu lalu berjalan masuk ke dalam dan segera mengambil tempat duduk di samping jendela sementara Sehun mengikutinya dari belakang dan duduk berhadapan dengan Luhan.

Tak berapa lama serang pelayan datang dengan dua buku menu di tangannya. "Luhan! Sudah lama kau tidak datang kesini." Kata pelayan tersebut pada Luhan. Luhan langsung menatap pelayan tersebut dan tersenyum—sepertinya Luhan sudah sangat akrab dengan pelayan di kedai itu.

"Aku sibuk, jadi tidak sempat datang kesini." Ujar Luhan pada pelayan berpipi chubby yang memakai name-tag Minseok di apron merahnya.

Pelayan bernama minseok itu mengangguk kemudian mengalihkan pandangannya pada Sehun yang hanya menopang dagu dengan tangan kirinya sementara matanya menatap keluar jendela tanpa mempedulikan Luhan dan Minseok.

"Kukira kau datang bersama Yixing, ternyata—"

"Minseok, aku pesan yang seperti biasa. Dan, Sehun kau mau pesan rasa apa?" Luhan memotong kalimat Minseok dan langsung melirik Sehun.

"choco." Jawab Sehun tanpa mengalihkan pandangannya.

Minseok terdiam sejenak lalu mengangguk dan menulis pesanan Luhan dan Sehun sebelum meninggalkan keduanya. Luhan memutar bola matanya kemudian menggerutu dalam hati. Entah mengapa dia selalu merasa kesal ketika mendengar nama Yixing sekarang. 'ah sudalah, lebih baik aku fokus dengan Sehun sekarang.'

Luhan baru saja mau membuka pembicaraan ketika handphone Sehun berbunyi. Sehun meraih handphone yang ia simpan di saku celananya lalu menatap layar handphonenya sejenak sebelum kembali menyimpannya tanpa memasang ekspresi apapun di wajahnya.

"pacarmu?" tanya Luhan. ia kembali memaki dirinya sendiri, lagi-lagi ia menanyakan hal yang tidak perlu untuk ditanyakan dan pertanyaannya kali ini pasti akan membuat Sehun berpikir bahwa Luhan adalah orang yang suka ikut campur. 'damn!'

"bukan." Balas Sehun.

"oh kukira dari pacarmu." Luhan mengangguk pelan.

"Dari Butler-ku." Gumam Sehun pelan.

Luhan mengangkat sebelah alisnya. Butler? Apa itu berarti Sehun adalah seorang Tuan Muda? Dan sepertinya dugaan Luhan benar ketika melihat lamborghini merah terparkir di depan kedai dan seorang namja bertubuh tinggi lengkap dengan tuxedo hitam keluar dari mobil tersebut dan tersenyum pada Sehun dari luar jendela. Luhan menemukan satu lagi alasan kenapa namja berambut soft pink itu begitu popular.

"Sepertinya kau sudah di jemput. Aku akan meminta minseok untuk membungkus pesananmu." Kata Luhan dengan nada yang terdengar sedikit kecewa, kemudian beranjak dari duduknya—berniat untuk memberitahu Minseok, tetapi ia mengurungkan niat ketika Sehun menarik lengannya dan menatap Luhan dengan tatapan seperti menyiratkan dia agar tetap duduk. Luhan menatap Sehun bingung seraya kembali duduk.

"bagaimana denganmu?"tanya Sehun.

"uhm, aku tidak apa-apa. Aku sudah biasa minum bubble tea sendirian, lagi pula...aku sepertinya mengajakmu disaat yang tidak tepat." Luhan memaksa mengeluarkan senyuman walaupun sebenarnya ia sedikit kecewa. Kecewa karena Sehun akan membiarkannya minum bubble tea sendirian? Entah.

Sehun kembali menatap Luhan. "Kris bisa menunggu."

Luhan kembali mengerjap-ngerjapkan matanya. Ia seperti menyadari sesuatu—Oh Sehun, ada sesuatu di dalam diri namja itu yang tidak diketahui oleh banyak orang.

"uh, baiklah kalau begitu." Ucap Luhan sesaat sebelum Minseok datang membawakan Taro Bubble tea dan Choco Bubble Tea pesanan Luhan dan Sehun.

Beberapa saat tak ada yang memulai pembicaraan sebelum akhirnya Luhan kembali berusaha memecah keheningan.

"Sehun, aku merasa tidak enak pada Butlermu."

Sehun meneguk choco bubble teanya sejenak kemudian memainkan sedotan bening di gelas plastik itu. "aku yang akan merasa tidak enak kalau aku meninggalkan orang yang mentraktirku sendirian."

Luhan menatap Sehun dengan tatapan kaget, itu adalah kalimat terpanjang yang ia dengar selama satu jam bersama Sehun.

"ternyata kau baik juga." Luhan terkekeh pelan.

"maksudmu?"tanya Sehun sembari mengerutkan dahinya bingung.

Luhan tersenyum kemudian menggeleng cepat tanpa berkata apapun. Ya, Oh Sehun tidak sepenuhnya adalah seorang Ice Prince—dan itu membuat Luhan kembali berpikir, apakah dia harus 'menggunakan' dalam permainannya atau tidak. Luhan merasa sedikit...tidak tega pada namja berambut soft pink itu.

-TBC-


Note:

Yahoooooo~ Saseum kembali dengan FF HunHan [Lagi].. ^^ Semoga pada suka ya sama ff Saseum ini hehehe maaf klo ff ini sama gajenya dengan Evening Sky /bow/

Sebenarnya Saseum mau bkin ff BaekYeol, tapi tiba-tiba HunHan nyerobot dan alhasil niat bkin ff baekyeol jadi tertunda (?)

Oh iya, yang lagi nungguin Sequel evening sky harap bersabar yow~ Saseum lagi nunggu ilham dari langit (?) hehe

Ok sgitu dulu deh, sampai jumpa di chapter selanjutnya~ doain biar saseum updatenya gak lama2 wks see yaaa~~