Hohoho~ Hikaru kembali lagi dengan fic yang baru. Ide cerita ini terambil dari mimpi Hikaru tanggal 11-12 Februari dan baru diterbitkan sekarang. Kalau gitu silakan turun ke bawah bagi yang tertarik untuk membacanya dan silakan tekan tombol keluar atau kembali jika tidak mau membacanya.
Oh ya, jalan ceritanya tidak sesuai dengan yang di mimpi. Jadi ada yang diubah-ubah gitu biar ceritanya nyambung.
::
Naruto © Masashi Kishimoto-sensei
::
You © Hikaru-Ryuu Hitachiin
::
Romance & Drama
::
Hinata Hyuuga & Naruto Uzumaki
::
T
::
OOC sangat bagi Hinata dan Hiashi -mungkin-, Gaje, Abal, Typo(s), Full P.O.V., sisanya silakan kalian deskripsikan sendiri.
::
::
::
~ Happy Reading ~
::
::
::
Haha~ Aku jadi teringat kembali dengannya, karena sebuah mimpi. Cinta pertama sekaligus terakhir, sudah lima tahun kita tidak bertemu. Kami berpisah saat lulus SMP, kan? Haa~ Berarti dia sekarang sudah kerja atau kuliah. Tapi~ Aku masih mencintainya sampai sekarang, entah dengannya. Terakhir bertemu, dia mengukir kenangan yang menyakitkan dihatiku. Entah apa reaksi yang kita pancarkan jika kita bertemu kembali? Cinta dan kebenaran, aku mau tahu kebenaran dari kisah cintaku ini~ Apa bertemu denganmu lagi, hanya akan membuat hatiku sakit?
※ Love and Truth ※
"Hinata! Temani papa sama Hanabi yuk~ Mau belanja sesuatu nih~" terdengar teriakkan papaku dari lantai bawah. Itu membuat mataku yang hampir tertutup kini menjadi terbuka kembali. Kalian tahu? Sebenarnya tadi aku mau kembali tidur, karena jatah tidurku sangat kurang. Lalu yang membuatku malas adalah... Sebenarnya papa tidak mau mengajak, melainkan memintaku untuk mengantar mereka alias menjadi petunjuk arah. Aku tidak tahu yang mana yang pasti, tapi aku anggap saja dua-duanya.
Papaku, kalian sudah tahu kan namanya? Yang pastinya Hiashi Hyuuga. Dia mengajakku untuk menemaninya dan Hanabi untuk belanja, entah apa yang mau dia beli. Padahal persediaan dirumah masih mencukupi dan tidak ada barang yang rusak atau sudah tidak layak pakai, semuanya masih layak untuk dipakai.
"Aku mau tidur lagi papa, Aku masih ngantuk nih. Kemarin aku tuh tidur jam dua belas malam, terus bangun gara-gara mimpi yang sangat amat aneh. Bangunnya jam dua pagi dan tidak bisa tidur sampai sekarang, jadi aku mau tidur lagi sekarang. Kalau mau ajak saja kak Neji sebagai penggantiku" balasku menolak ajakan papa. Aku utarakan saja yang kurasakan sebenarnya, karena ada rasa malas juga untuk pergi sekarang. Sebenarnya sih aku mau ikut dengan papa berbelanja, tapi rasanya ngantuk dan lelah sekali.
Aku baru mau tidur dan menutup mata, tadinya...
"Kakakmu sedang mengerjakan tugas sekolah dirumah temannya, tidak enak rasanya kalau hanya berduaan doang. Lagian juga kan bahaya, papamu yang buta arah ini dengan adikmu yang belum terlalu banyak mengenal jalan. Bisa-bisa kami tersesat dan tidak bakalan kembali ke rumah ini lagi. Bagaimana dong?" sekarang, bagaimana aku bisa tidur dengan nyenyak dan tenang setelah mendengar kata-kata dari papaku yang manja itu? Mengucapkan kata 'tersesat' dengan nada takut-takut dan entah apa yang kupikirkan benar, seperti menggodaku saja. Kalau mereka benar-benar tersesat dan tidak kembali ke rumah lagi bisa bahaya, kan? Jadi, tidak ada pilihan lain. Aku ikut saja mereka untuk berbelanja.
Kusingkirkan selimut yang menutupi sebagian tubuhku dan turun dari ranjang.
"Baik, aku ikut. Tapi aku mandi dulu baru kita berangkat"
::
::
::
"Rame~" gerutu Hanabi sambil memajukan bibirnya entah berapa sentimeter. Adikku yang satu itu memang tidak suka dengan keramaian yang memadat seperti ini. Kalau ramai yang biasa saja sih masih oke-oke saja. Tapi ini! Benar-benar padat sekali, jalan saja sampai bisa menyenggol orang yang di sebelah kita.
Memang ramai, Konoha Departemen Store itu setiap hari minggunya sangat ramai. Makanya alasan aku malas ikut selain diriku ngantuk, keadaan seperti inilah yang membuatku semakin malas. Disini dijual segala jenis makanan dan minuman, alat-alat rumah tangga, alat-alat keperluan sekolah, alat elektronik, buku-buku dan semua yang berhubungan dengan kebutuhan manusia. Kebutuhan primer, sekunder, maupun tersier semuanya ada. Sangat lengkap lah pokoknya~
"Mall ini memang selalu ramai kalau di hari minggu Hanabi, jadi kamu harus bersabar ya sampai papa kita mau pulang" hiburku dan menyodorkan permen kapas padanya, ia menghela napas sambil menerima permen kapas yang kuberikan tadi. Setelah itu ia memakannya dengan lahap, permen kapas itu sukses membuat mulutnya diam. Tapi kapan ya papa mau pulang? Kurang yakin akan pulang secepat yang kuinginkan.
"Hinata, Hanabi, jadi kalian mau beli apa? Papa yang bayarin deh~ Lagi tidak pelit nih papamu ini. Oh ya! Hanabi disuruh beli cat air kan buat tugas minggu depan? Kalau gitu kita ke tempat alat sekolah yuk~" kelihatannya papa sangat gembira, karena jarang sekali ada waktu untuk kami jalan-jalan seperti ini. Karena papa setiap waktu pasti sibuk dengan kerjaannya. Tapi rasanya ada yang kurang juga, mungkin karena kak Neji tidak ikut ya? Kurang rasanya kalau tidak semua keluarga kumpul bareng. Kak Neji pake segala ada tugas sih, mana buat besok tugasnya. Padahal tugasnya sudah dikasih dua minggu yang lalu. Kenapa tidak dikerjakan saat pulang sekolah saat diberikan tugas itu ya? Haa~
Kami sampai sudah di tempat alat keperluan sekolah, langsung kami berjalan menuju tempat berbagai cat. Disanalah kami mencari tempat keberadaan cat air berjejer. Hanabi memilih cat air jenis yang ia sukai dengan kualitas yang bagus, sedangkan papa ikut membantu Hanabi agar pilihan yang dipilih oleh Hanabi adalah pilihan yang tepat. Aku tidak pandai dalam memilih jenis barang, jadi aku memutuskan untuk berdiam diri saja duduk di bangku. Mereka terlalu lama memilih, sehingga membuat aku menjadi bosan. Daripada melakukan hal yang tidak jelas, mending aku melakukan sesuatu. Aku mengambil handphone di dalam tas-ku dan aku buka saja jejaring sosial Facebook untuk menghilangkan rasa bosan. Lagian, sudah lama aku tidak membuka Facebook. Sekalian kutulis saja status agar semua yang lagi ol tahu apa yang sedang kuderita sekarang ini. Aku juga mau tahu, apa masih seramai yang dulu atau tidak Facebook. Semenjak kejadian lima tahun yang lalu, aku jadi jarang buka Facebook, karena aku tidak mau membuka sesuatu yang dapat menghubungkanku dengan dirinya.
Tapi sekarang berbeda, satu status yang akan kubuat tidak akan pernah sama sekali untuk memulai kembali komunikasi dengannya. Ya, tidak akan...
'Lama banget Otou-chan sama Hanabi milih cat airnya~
Bosen nih jadinya, ada yang mau menemani? Pasti tidak ada ya~
Lagian, kenapa setiap hari minggu Mall Konoha harus ramai sih?
#Tidak bisa pakai emot
#plakduak
Konoha Departemen Store'
Kirim~
Sukses sudah status-ku terkirim, sisa menunggu ada yang nge-like atau tidak. Lebih enak lagi kalau ada yang komentar sih, jadi tidak percuma deh aku nulis status itu.
Lima menit menunggu, tidak ada yang menyukai maupun mengomentari statusku.
Sepuluh menit menunggu, akhirnya ada juga yang like statusku. Namanya... Uzumaki Naruto!? Dia... Sudah lima tahun aku tidak berkomunikasi dengannya, ternyata masih berteman ya? Naruto adalah pacarku, kami belum memutuskan hubungan kami, tapi aku menganggap bahwa semuanya telah berakhir.
Mengingat kembali kejadian itu, aku jadi mau menghapus pertemanan dengannya. Sudah kupastikan, aku tidak mau berhubungan dengannya lagi!
Baru saja aku mau menghapus pertemanan dengannya, aku mendapat notif yang ternyata Naruto telah mengomentari status itu. Karena aku penasaran, maka akan kulihat komentar itu.
'Hinata! Jangan hapus pertemanan kita dulu, ada yang mau kutanyakan padamu.
Jadi... Kamu benaran ada di Mall Konoha?'
Ternyata dia tahu apa yang akan kulakukan, tapi aku tidak peduli dengan pertanyaan itu. Daripada aku terus mengingatnya dan tidak bisa melupakannya, lebih baik aku hapus statusku dan keluar dari Facebook sekarang juga.
Hapus dan keluar~
Dengan begini, tidak ada kesempatan aku dan dirinya untuk berkomunikasi. Walau rasanya sakit, tapi aku masih belum siap dengan sesuatu yang berhubungan langsung dengan dia. Apalagi setelah apa yang dia lakukan di hari terakhir kita bertemu, itu sangat menyakitkan. Hatiku rasanya sakit, seperti sedang dicabik-cabik oleh benda tajam. Kejadian itu terjadi saat terakhir kalinya aku tinggal dikota itu. Meninggalkan kota tersebut dengan kenangan yang pahit, dan tinggal ditempat yang baru yang tidak mungkin ada dia.
Sudah, aku tidak mau mengingatnya lagi. Tapi yang membuatku menyesal adalah, aku lupa menghapus pertemanan dengannya! Aku tidak pernah menyangka, yang aku tahu dia tidak akan pernah membuka akunnya lagi semenjak kami berpacaran. Tapi sekarang dia menggunakannya kembali dan sepertinya aktif disana? Lalu, tidak sengaja aku melihat jumlah temannya. Banyak sekali! Lima ribu pas~ Malah kalau tidak salah lihat, akun dengan nama dia bercabang. Naruto Uzumaki, Naruto Uzumaki II, Naruto Uzumaki III, Naruto Uzumaki IV, Naruto Uzumaki V? Semua itu pertemanannya lima ribu? Tidak dapat dipercaya, kalau aku mah masih kurang dari seribu. Apa yang terjadi sebenarnya?
Tuh kan~ Aku jadi teringat dia lagi, gara-gara mimpi kemarin malam dan gara-gara status itu. Padahal aku sudah hampir melupakannya, pemuda berambut pirang, bermata saphire, cengiran khasnya, tiga goresan disetiap pipi kanan dan pipi kirinya, dan kulit yang berwarna tan itu. Ternyata aku memang tidak bisa melupakannya~ Senyumnya, tawanya, candanya, cengirannya, semuanya.
"Hinata, apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu melamun seperti itu? Tatapanmu terlihat sendu dan kosong, apa yang sebenarnya terjadi?" lamunanku dibuyarkan seketika oleh papa, sepertinya mereka sudah selesai memilih cat air yang pas dan enak untuk digunakan.
Tentang pertanyaan yang dilontarkan papa tadi, aku bilang bahwa aku sedang melamunkan seseorang yang tidak penting. Yah~ Memang tidak penting... Tidak penting? Tapi sangat berarti~
Tes~
Lho~ Kenapa air mataku malah mengalir? Ternyata aku memang tidak bisa melupakannya ya? Setelah apa yang dilakukannya padaku, aku tidak perduli itu. Aku berusaha melupakannya, tapi tidak bisa. Mengapa? Lima tahun sudah tidak ada komunikasi, tapi dia kembali memulai komunikasi yang tidak akan pernah aku melanjutkannya. Kenapa? Aku selalu menolak pernyataan cinta yang dilontarkan oleh beberapa pria, itu semua karena apa? Karena Naruto~
Kenapa? Kenapa dirinya selalu terngiang di otakku, pikiranku?
"Kakak?" Hanabi pasti khawatir denganku, ia mengelap air mataku yang mengalir dengan sapu tangan yang selalu ia bawa.
Aku menangis, dapat kurasakan kesedihan yang mendalam. Papa~ Papa pasti mengerti apa yang sedang kutangiskan, kata-kata papa... Membuat aku jadi semakin sedih~
"Naruto ya? Sudahlah~ Dia tidak pantas untuk diingat kembali, hanya akan membuatmu menangis saja. Lupakan dia, karena papa tidak suka dengannya. Lebih baik papa ke kasir dan membayar ini" perlahan papa meninggalkanku dan berjalan ke kasir, sedangkan Hanabi tetap bersama denganku. Setelah tidak ada air di sekitar wajahku, Hanabi memasukkan sapu tangannya kembali ke dalam tasnya.
"Kakak kenapa?" tanya Hanabi khawatir.
Aku menggeleng. Aku mencoba menghapus kembali air mata yang kembali mengalir, tidak bisa berhenti walau sebentar saja. Lagi-lagi Hanabi mengeluarkan sapu tangannya dan ditaruhnya sapu tangan itu di atas tanganku.
"Ingat kak Naruto lagi?" dia kembali bertanya, tetap aku menggelengkan kepalaku. Sapu tangan yang dia berikan kugunakan untuk menghapus air mataku lagi.
"Kakak tidak usah berbohong padaku, karena aku tidak mudah dibohongi" katanya, Hanabi memang selalu bisa melihat kebohongan dan kejujuranku rupanya. Aku beruntung memiliki adik seperti dia.
"Ya" balasku singkat.
"Kakak sebaiknya melupakan kak Naruto secara permanen, agar kakak tidak menangis lagi karena dirinya" sama dengan papa, sepertinya Hanabi juga setuju agar aku tidak usah mengingat pemuda bernama Naruto lagi.
"Ya"
"Sudahlah kak, aku tidak suka kakak yang seperti ini. Walau pun aku masih kecil dan tidak pernah merasakan hal seperti yang kakak rasakan, tapi aku dapat mengerti. Silakan kembali ke kakak yang biasanya, Naruto hanyalah pemuda tidak berguna yang tidak bisa mengerti perasaan seorang gadis seperti kakak! Hanya bisa membuatmu menangis, kak!?" sepertinya dia mulai kesal akan perubahanku yang mendadak. Tidak penting~ Aku selalu mengetahui akhir dari ini, pasti mereka dengan mudah akan melupakannya.
"Kak!" Nama Naruto sudah dicamkan sebagai nama yang buruk dalam keluarga kami. Buktinya pertemanan kak Neji dan Naruto jadi berakhir akibat kejadian itu. Papa juga jadi tidak suka dengan Naruto, karena kejadian itu juga. Hanabi yang selalu memuji Naruto sekarang malah jadi sering menjelek-jelekannya seperti tadi. Apa Naruto memang sudah tidak pantas untuk diterima dalam keluarga Hyuuga? Tidak pantas menerima cintaku lagi?
"Baiklah, kakak akan mencobanya" kataku untuk yang kesekian kalinya.
"Kakak selalu bilang seperti itu, tapi hasilnya tetap saja kakak tidak bisa melupakannya. Percuma saja, nilainya hanya nol besar" Hanabi berdecak pinggang, itu reaksi yang selalu diberikannya padaku setiap aku mengucapkan kalimat itu.
Kalimat itu sudah kuucapkan berpuluh-puluh kali, kejadian ini memang sering kali terjadi. Aku selalu berusaha, tapi usahaku hanya akan menjadi sia-sia saja. Percuma saja kan aku terus berusaha untuk melupakannya? Hasilnya malah aku semakim mengingatnya dan ingin bertemu dengannya. Lebih baik berhenti berusaha daripada hati ini selalu sakit. Biarkan seiring dengan waktu aku melupakannya, melupakannya secara permanen.
"Papa sudah selesai, sekarang antarkan papa ke toilet ya~ Sudah kebelet nih" permintaan papa membuat percakapanku dengan Hanabi pun berakhir.
Aku mengantar papa ke toilet, aku berjalan di depan sendirian saja. Sedangkan di belakang terdapat Hanabi dan papa yang sedang asyik membicarakan sesuatu yang tidak jelas. Sepertinya mereka sudah melupakan kejadian yang tadi terjadi, baguslah.
"Toilet di sana, kami mengantarnya sampai disini saja" kataku yang memberhentikan percakapan papa dan Hanabi.
"Oke, kalau gitu papa ke toilet dulu ya" tanpa ancang-ancang lagi, papa langsung melesat ke pintu yang bertuliskan Man.
Menunggu, menunggu sampai yang ditunggu datang kembali. Kenapa sih papa? Ke toilet saja lama. Aku dan Hanabi jadi harus menunggu dan menatap orang-orang yang sedari tadi lewat di depan mataku. Sudah sepuluh menit menunggu, rasanya ingin sekali mendobrak pintu kamar mandi pria dan berteriak agar cepetan. Tapi rasanya itu tidak mungkin ya? Lama~
Tiga puluh menit berlalu, akhirnya yang kami tunggu-tunggu datang juga.
"Hinata~ Hanabi~ Double H~ Papa kembali!" seru papa sambil melambai-lambaikan tangannya tidak jelas.
"Ke kamar mandi saja lama, ngapain saja sih pa?" Aku bertanya, karena aku penasaran apa yang dilakukannya sampai selama itu ia didalam kamar mandi.
"Papa juga tidak tahu. Tiba-tiba saat papa keluar dari dalam toilet dan merasa lega, papa tidak menemukan pintu keluar toilet. Disana banyak pintu yang sama, jadi papa buka saja satu-satu. Tapi yang terlihat di luar pintu itu hanya benda yang sama saja. Akhirnya tersisa pintu terakhir dan itu pintu dengan corak yang berbeda. Saat papa buka, dan ternyata itulah jalan yang sebenarnya. Jadi seperti itu ceritanya, maaf kalau kalian jadi menunggu lama" Jadi itu alasannya? Ternyata papaku buta arahnya keterlaluan ya? Tapi saat dalam keadaan genting saja buta arahnya menghilang, kalau sudah tidak genting lagi, pasti buta arahnya kembali. Benar-benar keterlaluan, sampai-sampai di toilet yang lumayan besar itu saja bisa tersesat juga.
"Ya sudah, sekarang kita mau kemana lagi?" Aku memakluminya saja, jadi aku bertanya mau kemana lagi sekarang sambil melangkahkan kakiku ke arah utara. Yang jadi penunjuk arah memang harus jalan duluan, kan?
"Kita makan siang dulu, kasih tahu jalan ke tempat makan yang enak ya" baguslah, makan akhirnya datang juga. Jadi aku tidak perlu menahan lapar dari pagi, sekarang akan kuisi perutku sepenuhnya. Untuk melampiaskan kelaperanku dan ingatanku yang kembali mengingatnya.
::
::
::
Arigatou~ Kami-sama. Akhirnya perutku penuh juga, dan laperku hilang. Aku jadi tidak perlu menahan sakit perut lagi deh. Tapi percuma saja, aku sudah makan yang banyak tapi masih juga belum bisa melupakan ingatanku tentang dirinya maupun kejadian hari ini. Mungkin papa sama Hanabi sudah melupakannya, mereka tidak menanyakan apa-apa lagi padaku. Tapi baguslah, aku paling tidak suka mereka berbicara tentang Naruto apalagi menjelek-jelekannya.
Setelah kami makan, kami pun memutuskan untuk pulang. Akhirnya pulang juga, itulah yang kuharapkan dari tadi. Tapi aku mau ke toilet dulu, karena dari tadi aku belum mengeluarkan apapun. Aku heran sama Hanabi yang belum juga meminta untuk ke toilet. Jadi aku sendirian saja ke toiletnya. Kusuruh mereka berdua menunggu di dekat eskalator dan aku suruh mereka untuk tidak kemana-mana agar mereka tidak tersesat.
Kulangkahkan kakiku dengan cepat menuju toilet, aku ingin cepat sampai sana karena memang sudah ada yang mau keluar dari tubuh ini. Aku masuk, dua orang gadis remaja juga ikut masuk ke dalam toilet. Kami masuk secara barengan, itu tidak penting. Aku langsung masuk ke salah satu toilet yang kosong dan menutup pintunya.
Setelah lega, aku menuju tempat cuci tangan. Aku berkaca, mataku sembab dan ada kantong matanya. Menyedihkan sekali aku ini~
Tanpa sengaja aku mendengar gosipan dari dua remaja yang tadi masuk ke dalam toilet berbarengan dengan aku.
"Lihat kan tadi?" gadis berambut soft pink dengan mata emerald bertanya pada teman disebelahnya, gadis berambut pirang dengan mata aqua marine sambil membasuh tangannya dengan air.
Hei~ Aku tahu warna mata mereka dan rambut mereka karena aku juga sedang disana. Berkaca sambil mencuci tanganku juga, aku bisa melihat mereka dari pantulan kaca.
"Lihat apaan?" tanya gadis pirang itu dengan ketus. Karena penasaran, aku dengarkan saja percakapan mereka sampai selesai. Agar tidak dicurigai aku melakukan hal yang tidak penting untuk memperlama keberadaanku disana.
"Itu, masa kamu tidak lihat sih? Model dari majalah cool datang ke kota ini. Katanya sih dia akan tinggal disini selama satu tahun! Aduh~ Senangnya, aku jadi mau lebih akrab dengannya deh. Apalagi kalau sampai aku jadi pacarnya! Kyaaa~" teriak gadis emerald itu dengan nyaringnya. Teriakan itu sampai menggema di telingaku dan membuat telingaku itu nyut-nyutan.
Model? Aku tidak terlalu tertarik dengan hal itu, jadi aku tidak mau mengetahuinya sama sekali. Karena merasa tidak penting, aku mau keluar dari toilet saja. Tidak enak membuat adik maupun papaku menunggu lama. Selangkah lagi keluar sudah aku dari dalam toilet, tapi langkahku terhenti karena mendengar deskripsi tentang model tersebut dari gadis berambut pirang.
"Oh~ Dia. Aku sih tidak terlalu suka sama dia, tapi aku sih suka sama rambutnya yang berwarna pirang itu. Mungkin aku bakalan menjadi fans beratnya nanti"
Pirang? Warna rambutnya sama seperti Naruto. Haa~ Kenapa aku jadi mengingat hal itu sih? Ayolah Hinata, bisakah kau lupakan pemuda itu?
"Apalagi warna mata yang bagaikan lautan itu, warna saphire"
Apa lagi? Kenapa warna matanya sama seperti dengan Naruto juga? Kenapa?
"Tapi yang paling kusuka adalah, cengirannya yang khas itu. Membuat aku semakin tertarik padanya"
Cengiran? Naruto juga suka menyengir. Deskripsi itu mirip sekali dengan Naruto, tapi itu tidak mungkin. Kota ini merupakan kota terpencil yang banyak penduduknya, tidak mungkin Naruto ada disini. Lagian, mana mungkin Naruto adalah seorang model?
Kembali aku merasa obrolan itu tidak penting, aku menggenggam knop pintu toilet keluar. Tapi, lagi-lagi langkahku terhenti. Kenapa?
Aku mau mengetahuinya, sangat ingin mengetahui yang sebenarnya. Kebenaran dari kisah cintaku. Kenapa? Lagi-lagi... Aku harus bertemu dengannya. Apa maksud dari kebenaran yang aku dengar? Kebenaran yang menyatakan, bahwa keberadaanku dengannya menjadi sangat dekat... Kisah cintaku, apa kebenarannya? Cinta dan kebenaran. Love and Truth~
"Siapa namanya?"
"Naruto Uzumaki"
» To Be Continue «
Haa~ Akhirnya selesai juga chapter satu. Oke, Hikaru menunggu saran, pendapat dan kritik dari kalian. Semoga dapat review sesuai dengan harapan Hikaru. Kalau tidak sesuai, maka Hikaru tidak akan melanjutkannya #digaplok.
Oke! Arigatou minna~
Jaa~
Ttd,
Hikaru-Ryuu Hitachiin
