TITLE : SEARCHING FOR HAPPINESS

WARNING : RAPE!, HEAVY SMUT (Because i am just a girl full of sins and i like sadistic Donghae-don't hate me :( )

WRITER : cottonplushie ( daddydongheyo on twitter, you can follow me there if you want! ^0^)

p.s. thanks a lot for these angels - mrandmrlee, tellmepeanut, and babygasm for being so kind by helping me putting this fic on ffn!

p.s.s first writer here! pelase be kind, neh? (^0^) reviews and likes make faster updates!

"Eumh—" Hyukjae membiarkan sosok laki – laki bertubuh tinggi yang memenjarakan kedua tangannya di setiap samping kepalanya itu menciumnya ganas. Gairah ini, begitu salah ia rasakan—salahkan baying – baying suaminya yang seakan tak bisa berhenti menghantui pikiran laki – laki bertubuh ramping tersebut. Dan ketika Siwon mulai menjelajahi leher putih tanpa luka miliknya, Hyuk hanya dapat mengerang tertahan.

Laki – laki dengan rambut blonde itu tahu saat ini ia telah melakukan sebuah dosa yang amat besar dari sebuah pernikahan, namun terkadang di saat kebahagiaan itu sudah tak didapatkannya lagi dari Donghae, Hyukjae merasa kembali kepada cinta pertamanya di masa SMP adalah sebuah hal yang benar. Meskipun Siwon tak membalas perasaannya dahulu karena ia masih berpacaran dengan Heechul, dan ia terlanjur menjadi kekasih Donghae saat laki – laki itu menyatakan cintanya.

Berawal dari dinner date mewah di salah satu restoran paling terkenal di Seoul sampai ke sebuah kamar hotel yang tak kalah mewah dimana mereka sedang bercumbu saat ini, adalah sesuatu yang memang mereka rencanakan. Siwon berkata ia tak peduli dengan status yang disandang oleh Hyukjae, selama laki – laki itu mau menjadi miliknya juga tak mengapa.

Seks dengan Donghae selalu menjadi surga untuknya, laki – laki itu selalu tahu dimana tempatnya akan mendesah lebih keras sampai seringkali Hyukjae orgasme berkali – kali hanya dengan sedikit sentuhan dari suaminya. Belum lagi sosok Donghae yang begitu lembut dan romantic sehingga meski terkadang ada beberapa pertengkaran besar di antara mereka, Hyukjae dan Donghae tetap bagaikan kembar siam yang tak bisa dipisahkan lagi. Akan tetapi hanya karena kehidupan pribadinya yang serba indah bukan berarti Hyukjae selalu bahagia dengan hal itu.

Manusia adalah mahluk yang tidak mengenal kata 'puas' dalam kamus mereka.

Mungkin Hyukjae memang sudah gila seperti apa yang diteriakkan pikirannya saat ini—mengingat popularitas Donghae yang tak kalah terkenal dengan Siwon sebagai salah satu laki – laki terkaya di Korea. Pergi dan menghabiskan malam bersama pria lain tentu akan menghancurkan image yang selama ini berusaha mereka bangun.

Namun selama 6 tahun menemani Donghae hingga berada di jenjang pernikahan saat ini bukanlah hal yang mudah, rasa bosan itu pasti ada dan Hyukjae akui ia bukan seseorang yang dengan mudah mengatasi kebosanan.

"Won—wonnie—"

Dan ketika sebuah tanda telah ditorehkan oleh pemuda kaya itu, ia mendesah semakin keras. Merasakan sebuah 'benda' tumpul yang menabrak kakinya selain dari milik sang suami entah mengapa membuat Hyukjae merasa bersalah.

Namun rasa bersalah itu seketika hilang ketika tangan – tangan besar Siwon mulai meneliti tiap inchi tubuhnya, dan dieratkannya pegangan sang blonde kepada rambut jet hitam laki – laki di hadapannya saat dering telepon keras yang keluar dari ponsel Hyukjae sejenak mnghentikan aktivitas mereka.

Donghae…

Kemudian bagaikan peringatan dari Tuhan, sebuah pesan kecil menyadarkan Hyukjae dari apa yang ia lakukan saat ini sebelum ia membungkuk dalam, beserta 'maaf aku tak bisa' yang dengan cepat Hyukjae ucapkan sembari berlari keluar dari kamar hotel yang hendak ia tempati bersama Siwon. Beberapa kali Hyukjae dengar namanya dipanggil keras dan menggema di lorong hotel yang hendak mereka tempati.

Namun rasa bersalah yang semakin menjadi – jadi membuatnya tak sedikitpun menoleh ke belakang, air mata it uterus berusaha ia tahan saat laki - laki cantik itu masuk ke dalam mobil mewah Pagani Huayra yang merupakan hadiah ulang tahunnya pada saat berumur 20, dan kemudian Hyukjae melesat menuju tempat yang Donghae tunjukkan di pesannya.

"Happy Anniversary ketiga, Sweetheart. Kutunggu di restoran langganan kita pukul 8 malam."


Hyukjae tak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini. Seluruh inchi restoran yang disewa oleh Donghae dibuat sang suami menjadi dominan warna merah, dengan music mengalun yang tak henti – hentinya mendendangkan lagu – lagu lembut favorit mereka dan sosok tampan yang sedang berdiri di depan sebuah meja lengkap dengan makanan – makanan kesukaannya.

Apa yang dilakukan oleh Donghae saat ini membuatnya semakin bersalah.

Dan saat Donghae menyerahkan tangan kanannya untuk Hyukjae pegang, laki – laki berbadan kekar tersebut tersenyum lembut sebelum menuntun istrinya untuk duduk di meja yang telah ia siapkan sedemikian rupa.

"Happy Anniversary ketiga, Hyukkie."

Sebuah kecupan kecil di jari tempat cicin pernikahan mereka disematkan dan Hyuk dapat merasakan air hendak turun deras dari kedua bola matanya. Setan apa yang baru saja merasukinya sehingga ia mau menjalin hubungan kotor bernama 'perselingkuhan' dengan Siwon?

"Hei, jangan menangis.." Donghae tertawa melihat istrinya berderai air mata dan membawa tubuh kecil itu ke dalam dekapannya, dan tak butuh waktu lama sebelum mereka menghabiskan seluruh makanan yang ada di hadapan mereka dengan Hyukjae duduk bersandar di pangkuan suaminya. Merasakan kembali percik – percik menyenangkan yang sempat hilang dari pernikahan mereka.

"Maafkan aku." Donghae memulai percakapan, membuat laki – laki di depannya menoleh bingung, "Akhir – akhir ini aku begitu sibuk hingga lupa jika kau juga membutuhkan perhatianku. Aku tidak memperhatikanmu sejak Double D Corporation membuka cabang di New York. Hampir tak pernah pulang bahkan jarang menciummu setiap pagi sesuai janjiku dulu. Padahal aku bersumpah di hadapan Tuhan untuk menjagamu namun aku lalai dalam melakukannya."

"Aku mencintaimu, Hae." Hyukjae saat ini yakin dengan siapa ia akan menghabiskan masa tuanya. Tentu manusia adalah tempat gudang kesalahan, dan niat untuk berselingkuh yang baru ia lakukan merupakan sebuah kelalaian yang harus ia jaga sebagai rahasia terbesarnya dalam – dalam. "Kamu disini dan menemaniku, mekipun terkadang aku harus menunggu—" Donghae mengelus paha dalam Hyukjae mesra sebelum menerima kelembutan kecupan Hyukjae pada bibirnya, "Itu saja cukup. Aku sangat mencintaimu."

Awal dari hubungan mereka sendiri adalah sesuatu yang sangat gila. Hyukjae yang saat itu sedang duduk di bangku sekolah menengah berusia 13 tahun, dalam keadaan patah hati berat setelah ditolak secara halus oleh cinta pertamanya—Siwon. Sebelum ia bertemu dengan rekan pengusaha baru ayahnya di kantor yang berumur 11 tahun diatasnya—yang tiba – tiba terus mengikuti dan berusaha mengambil hati sang anak laki – laki cantik tersebut hingga satu tahun kemudian mereka berpacaran.

Donghae sedari dulu bukanlah seseorang yang suka mengurusi pandangan orang lain terhadap dirinya, terhadap kehidupan cintanya dan itu termasuk ke dalam hubungannya dengan Hyukjae. Sebut ia pedophile, namun cinta adalah sesuatu yang suci diturunkan Tuhan dan bagi Donghae, tak seorangpun berhak memandang rendah apa yang ia rasakan terhadap Hyukjae.

Untung saja ia sudah cukup umur saat Donghae melamarnya tiga tahun lalu, hingga ayahnya tidak perlu pusing memikirkan perbedaan umur mereka untuk melepaskan satu – satunya anaknya ke dalam pelukan salah satu pengusaha terkenal di Korea saat itu.

Hyukjae akui bahwa ia adalah manusia terbodoh dengan ide 'mencari kebahagiaan' ketika mengetahui bahwa seluruh rasa bahagia yang patut ia dapat telah tersimpan pada suaminya. Demi Tuhan seluruh wanita di dunia ini ingin berada di posisinya namun Hyukjae hampir saja membuang kesempatan bodoh itu. Ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa laki – laki itu akan menjadi istri yang lebih baik untuk Donghae dan ibu yang sempurna bagi anak – anak mereka kelak.


"A—ah! Ah! Ahh! Haeeeee—" desahan itu terus mengalun dari bibir Hyukjae yang tebal saat sang suami terus memainkan kedua putingnya dari belakang. Posisinya yang sedang menungging merupakan salah satu hal favorit bagi suaminya saat mereka sedang bercinta.

"Aku senang melihat bongkahan seksi milikmu dari belakang, membuatku ingin memukul mereka berdua keras – keras."

Laki – laki feminin itu tersenyum ketika mengingat bagaimana alasan Donghae saat Hyukjae menanyakan perihal posisi menunggingnya tersebut, namun lamunannya mendadak menghilang saat Donghae berusaha untuk memasukkan penis besarnya perlahan ke dalam lubang anus milik Hyukjae. Sedikit kesulitan mengingat sudah lama lubang itu tak dimasuki apapun.

"Uuh—Hae, jangan keras – keras—aku tak Aah! Nnnah! Ku—ah! Terlalu cepat! Aah! Ah!"

"Cerewet sekali." Donghae menyeringai sebelum memeluk sang istri dari belakang, berceletuk. "Kau menyukainya, kan? Bagaimana penis besarku seakan tak pernah muat dan selalu kesusahan mas—shit! Ketat sekali! Longgarkan, Hyuk!"

"T—tak Ahhh! Bisa! Unnnhh lebih cepat!"

"Shit aku tak bisa tahan lama kalau seperti ini jadinya!" Donghae kembali ke posisinya dan memegang pinggang ramping Hyukjae erat – erat sebelum meyodokkan penisnya lebih dalam dan cepat. Nikmat surgawi it uterus ia rasakan dan desahan – desahan panjang nan menggairahkan Hyukjae tak membantunya untuk tahan lebih lama.

Mereka berusaha bertahan selama yang mereka bisa. Sekitar sepuluh menit berkutat dengan kegiatan malam mereka dan merasakan sodokan Donghae yang semakin liar, Hyuk mengenggam erat sandaran tempat tidur dengan kedua tangannya. Nikmat ini membuatnya seperti berhalusinasi dan melayang. Tak dirasakannya lagi kedua lututnya yang menyentuh tempat tidur mereka karena sodokan Donghae yang begitu dalam membuatnya tenggelam dalam nafsu.

Ia ingin semuanya. Tangan Donghae yang tak henti – hentinya memainkan kedua puting Hyukjae dari belakang dan sodokan liar ini tak berhenti membuatnya kurang puas.

"Lebih cepat—AAH! Cepat! Dalam sekali, Haeee Akkhh! Hae! Hae! Aku tak tahaaann!"

Erangan dengan berbagai nada terus keluar dari bibir tebal Hyukjae, membuat libido Donghae semakin naik saja. Sang dominan merasa puas dengan istrinya yang terus berteriak seperti pelacur. Untuk apa ia mendesain kamar tidur mereka dengan dinding soundproof jika tidak untuk melindungi suara Hyukjae yang memang begitu seksi?

Panggil Donghae posesif, namun laki – laki brunette itu hanya tak ingin siapapun mengetahui hal – hal menggoda tentang istrinya.

"Haee besar sekali!"

"Shit berhenti membuatku ingin keluar, Hyuk!"

"Aanhh—" Hyukjae menoleh sayu pada suaminya, memasukkan tiga jari terpanjangnya ke dalam mulut—membayangkan penis besar Donghae yang ingin meledak di mulutnya. "Aku ingin menghisap penismu—Ah! Haeeee!"

PLAK! PLAK!

Donghae menampar kedua bongkahan kenyal itu penuh nafsu, "Kau ingin aku keluar membasahi wajahmu, Hyukkie?!" Ia menampar pantat Hyukjae sekali lagi, membuat istrinya kembali berteriak kencang. "Jelaskan!"

"Annhhh—Hae!" Hyukjae menutup kedua matanya erat, cairan kental itu keluar dengan deras dari penis mungilnya membasahi seprai tidur mereka. Namun Donghae tahu dan sangat paham bahwa sang istri selalu keluar dengan cepat, ia meneruskan sodokan – sodokan liar itu sehingga penis Hyukjae kembali bangun ketika merasakan suaminya tak berhenti untuk menyiksa prostatnya.

"Uuuuhh! Haeee—aku Ahh! Keras lagi!—Hhhaanhhh!"

"Shit!"

Donghae terus memukul pantat Hyukjae, melihat bagaimana istrinya berteriak lebih keras merasakan gairahnya yang meningkat jauh saat merasakan sakit bercampur nikmat dari tamparan laki – laki kekar itu di pantatnya.

"Hhaaahh! Terlalu cepaatt! Hu—aaahh!"

Tak butuh waktu lama sebelum Hyukjae kembali melepaskan cairannya, namun kali ini dengan penis besar Donghae yang mulai berkedut cepat di dalam anusnya. Dan sengan susah payah kali ini laki – laki blonde itu berkata, "Haeee mmh!—Hah! Keluarkan spermamu di dalamm!"

"Sedikit lagi!"

"Hahhhhhh!" bagaikan sebuah selang bocor yang mengalir deras di dalam tubuhnya, Hyukjae yakin setelah ini ia akan hamil jika Donghae terus terusan membobol habis perutnya seperti ini. sang blonde merasakan kembung tak terkira sebelum perkataan Donghae selanjutnya membuat hatinya seakan jatuh ke tanah.

"Hyukkie, aku tidak membuat tanda ini."

Sang suami buru – buru melepas ikatan mereka, tatapannya menjadi dingin dan untuk pertama kalinya Hyukjae merasakan mata Donghae yang penuh dengan amarah, kebencian untuk dirinya. Donghae tak pernah menatapnya seperti ini.

"Siapa yang membuatnya?"

Hyukjae masih diam, tak tahu harus menjawab apa. Matanya bergerak liar antara ingin berbohong atau berkata jujur terhadap suaminya. Lagipula berita pasti telah tersebar, percuma saja jika ia ingin mengelak dan membuat Donghae semakin marah padanya. Seorang laki – laki biasa saja akan marah jika pasangannya berselingkuh, apalagi seorang suami posesif seperti Donghae.

"Apa kau menemui seseorang sebelum merayakan ulang tahun pernikahan kita?"

Hyukjae menghela napasnya perlahan, menutup kedua matanya sebelum bersiap siap untuk merasakan amarah Donghae. Jujur hatinya takut sekali mengingat tak pernah sekalipun laki – laki bertubuh kekar itu menatap dan berbicara dingin padanya. Jika mereka bertengkarpun, ia lebih memilih diam daripada memperlakukan istrinya seperti ini.

"Iya."

Donghae mengepalkan kedua tangannya—sebuah gesture yang berhasil ditangkap Hyukjae dan membuat sang blonde semakin takut. "Siapa dia?"

Baiklah, ini dia.

"Choi Siwon."

Bagaikan sebuah bom yang hendak meledak, Donghae berdiri dan menendang salah satu meja kecil di dekat mereka—membuat Hyukjae kaget, melihat bahwa meja itu saat ini sudah hampir tak berbentuk.

"Donghae, aku bersumpah tidak tidur dengannya! Ia hanya—"

"PERSETAN DENGAN SUMPAHMU!"

Bulir – bulir itu menurun deras dari kedua bola mata Hyukjae. Tangannya bergetar hebat dan isakan – isakan kecil mulai keluar bebas saat Donghae berusaha menenangkan dirinya dengan berjalan menuju lemari mereka untuk mengambil sepasang baju beserta celana dan mantel.

Gigi Hyukjae ikut bergetar seiring dengan tubuhnya, menyadari sang suami yang hendak pergi ia berusaha untuk mengatur napasnya dan mengejar Donghae.

"Kumohon, dengarkan aku dulu." Hyukjae tak peduli dengan bentakan dari suaminya barusan, atau bagaimana lengan Donghae selalu menepis sentuhannya kasar. Ia harus menjelaskan duduk perkara ini sebelum Donghae keluar dari kamar mereka.

"Hae—kumo—"

BRAK!

Dan sebuah kepalan tangan yang mendarat di sisi kanannya membuat Hyukjae terdiam. Matanya membulat sempurna saat tubuh Donghae ikut bergetar, diikuti bulir – bulir airmata dari kelopak suaminya. Hyukjae bisa memastikan tangan kiri Donghae kini sedang retak parah, melihat dinding yang sedikit rusak. Hingga rasa kagetnya tak dapat membuat si blonde berhenti menangis melihat sang suami pergi dengan isakan yang berusaha Hyukjae tahan di dalam kedua telapak tangannya.


Donghae tidak pulang malam itu, dan dua malam setelahnya.

Tak peduli berapa jam Hyukjae habiskan untuk menangisi suaminya, ia tahu bahwa hal itu tak akan membuat hasil apapun. Dan pagi ini, laki – laki blonde itu bertekad untuk menjelaskan yang telah terjadi secara gamblang dengan suaminya. Tentu rasa takut itu masih tercetak jelas, mengingat bagaimana marahnya Donghae malam itu. Namun lebih baik Donghae menghajarnya sampai sekarat daripada ia tak pulang dan Hyukjae khawatir mereka akan berakhir di pengadilan.

Memikirkannya saja membuat Hyukjae kembali menangis keras.

Apa dia sudah melihat artikelku di koran dengan Siwon? Hyukjae membaca beberapa headline di koran dan majalah tentang dirinya. Berpuluh – puluh miss call yang sudah pasti memenuhi ponsel laki – laki bersurai blonde tersebut juga tidak ia jawab. Jangankan menjawab telepon, makan saja ia hampir tak pernah jika Sunye tidak menasihatinya.

"Nyonya muda." Ketukan lembut yang diberikan Sunye, satu satunya pelayan mereka di mansion besar milik Donghae menyadarkan Hyukjae dari lamunannya. Ia mengusap air matanya perlahan sebelum berjalan kea rah pintu. Meskipun Sunye telah mengetahui perihal pertengkaran mereka, ia sebagai nyonya muda dari pejabat sekelas Donghae diajari untuk tak menunjukkan air mata dan kekesalannya di depan public.

"Ada apa, Sunye?" Perempuan berparas putih yang ditanyai Hyuk tampak kesulitan dan kebingungan untuk mengungkapkan ucapannya, "Itu—tuan muda telah pulang."

"Benarkah?!" tersirat pancaran kebahagiaan dari manik lesu Hyukjae. Ia hendak berlari menuju ruang tamu di lantai bawah jika tangan Sunye tidak dengan segera mencegahnya, "Maaf—tapi—ia membawa—membawa Sandara-ssi."

Hyukjae tidak bodoh. Ia tahu benar siapa perempuan yang saat ini sedang di bawa suaminya ke dalam rumah sacral mereka. Sebelum bersamanya, Donghae sempat memiliki 'teman bersenang – senang' yang ia sendiri telah mengakui kebenarannya kepada sang istri. Sandara adalah perempuan pertama yang mengajarkan Donghae tentang apa itu hubungan seksual dan mereka terus bertahan menjadi 'friends in benefits' sampai akhirnya laki – laki itu meminta Hyukjae menjadi pacarnya.

Apa mereka kembali menghabiskan malam bersama?

"Nyonya—"

"Tidak apa – apa." Wajahnya mencelos pilu, namun Hyukjae tetap berusaha memasang ekspresi tenang dan tersenyum sendu. Lagipula ini merupakan salahnya juga dari awal. "Aku hanya ingin melihatnya."

Perlahan laki – laki itu menuruni anak tangga panjang di mansion mereka, senyum itu semakin bergetar hebat sama seperti hatinya saat ini tatkala baying – baying suaminya dengan wanita lain semakin jelas terlihat. Sandara tampak duduk mesra di pangkuan Donghae dengan setiap sisi dari kaki – kaki kurusnya berada di kanan dan kiri paha suami Hyukjae—belum lagi bibir mereka yang bertautan tak kalah panas dan erangan – erangan kecil yang seharusnya hanya Hyukjae keluarkan saat tangan Donghae berada di bagian privatnya.

"Aaamh—" Kedua manik hitam yang sedari tadi menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Donghae menengadah. "Dong—hae—ah! Istrimu! Aah! Disini—" namun seakan tuli terhadap peringatan Dara, Donghae tetap melanjutkan gerakan tangannya yang saat ini mulai memasuki belahan pantat sang gadis secara intim. "Donghae….." Dara mengulum lembut telinga kanan Donghae dan berbisik, sebelum lelaki bersurai coklat itu menoleh ke kiri masih dengan tatapannya yang dingin.

Ingin sekali Hyukjae berteriak marah, mendorong perempuan itu jauh – jauh dari dekapan suaminya. Kini ia tahu betapa salah dan menyakitkannya sebuah 'perselingkuhan', bahkan tangan kurusnya sampai terus bergetar memegang sandaran tangga karena amarah yang telah menkonsumsi hatinya. Donghae tidak pernah seperti ini. Ia tidak pernah sekalipun memandanganya dingin, menganggap kehadirannya tidak ada, berbicara kasar dengan istrinya.

Donghae tidak pernah berselingkuh.

Hyukjae dapat merasakan hatinya kembali jatuh ke tanah, diinjak oleh beribu gajah besar hingga hancur tak tersisa.

Karena ia membunuh sisi itu dari suaminya dengan berselingkuh terlebih dahulu.

"Jika—jika kau telah selesai." Isakan itu terus keluar, membuat Hyukjae tercekat dan tidak bisa berucap dengan benar, "Aku—aku menunggumu d—di kamar ata—s." kemudian laki – laki berparas cantik itu berlari kembali ke lantai atas, meninggalkan Donghae yang masih menatap punggungnya dingin. Bahkan Sandara tidak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh laki – laki itu.

"Donghae?" perempuan dengan tubuh mungil dan rambut panjang sebahu mengernyit kaget saat melihat teman dekatnya sedang bercumbu mesra dengan dua perempuan sekaligus. Ditepuk – tepuknya kedua pundak perempuan tersebut dan menyuruh mereka pergi, membuat lelaki berbibir tipis itu kesal.

"Kau punya aku." Sandara duduk di samping Donghae, memeluknya seperti seorang ibu yang sedang memeluk anaknya. "Ada apa?"

Dan untuk pertama kali dalam hidup Dara, perempuan itu melihat laki – laki yang pernah menghiasi hidupnya menangis keras. Sang perempuan hanya dapat memeluk laki – laki itu semakin erat, hingga mereka sendiri tak tahu seberapa lama mereka telah berada di dalam posisi yang sama. Namun ketika Dara melepas pelukan itu dan menatap kembali manik tajam milik Donghae, ia seakan – akan kehilangan control atas semuanya—berawal dari kecupan ringan hingga mereka yang berhubungan intim semalaman, dan hari – hari setelahnya.

Baik Donghae maupun Dara tahu bahwa ini merupakan suatu hal yang salah—bahkan Dara tahu jika Donghae masih sangat mencintai Hyukjae tidak peduli berapa kalipun sang istri akan menghianati teman lamanya. Perempuan itu tahu ia sekarang hanya sebagai pelampiasan belaka, namun tak dapat dipungkiri cinta itu telah lama tumbuh sejak mereka menjalani hubungan 'sex friends' di SMA dan Sandara tidak akan menyia – nyiakan kesempatannya untuk kembali mendapatkan Donghae tidak peduli bahwa laki – laki itu telah beristri.

"Aku minta maaf." Tiga kata yang merupakan kalimat pertama yang didengar Donghae saat ia baru masuk ke dalam kamar tidurnya. Namun, Donghae tetap diam, menatap sang istri yang terduduk lemas di atas tempat tidur mereka sebelum berjalan pelan ke lemari dan mengambil beberapa pakaiannya. Dan Hyukjae semakin panik mengetahui bahwa suaminya hendak pergi lagi dari rumah mereka.

"Donghae, ini tidak seperti yang kamu pikirkan." Hyukjae berusaha berdiri dan mengikuti gerak suaminya. "Malam itu, artikel, kissmark yang ada di leherku—aku bersumpah aku tidak tidur dengannya!" namun semua perkataan Hyukjae seperti didengar oleh orang tuli, tak sedikitpun gerakan Donghae berhenti untuk mengemasi barang – barangnya.

"Paling tidak biarkan kuperiksa tanganmu." Hyukjae sedikit meringis saat tangannya dihempaskan secara kasar oleh Donghae, perban yang saat ini tengah melingkar di salah satu telapak tangan suaminya membuatnya ikut merasakan sakit di daerah yang sama.

"Donghae, kumohon! Kau menyakitiku!" dokumen – dokumen penting telah dimasukkan ke dalam koper kerjanya, sementara baju – baju Donghae dengan berantakan ia lempar ke koper besar lainnya.

"Tolong kembalilah dan dengarkan aku!" Kali ini Hyukjae berusaha meraih salah satu lengan suaminya akan tetapi kembali ditepis dengan kasar.

"DONGHAE, ADA SESUATU YANG HARUS KITA BICARAKAN!"

"Tidak ada yang perlu dibicarakan." Hyukjae kembali menangis keras, tetap berusaha mencegah kepergian suaminya. "Jangan—jangan pergi lagi, H—hae.. demi Tuhan aku mencintaimu…" dan ketika apa yang ia katakana tidak berhasil membawa suaminya kembali, Hyukjae memutuskan untuk berteriak keras menghadap punggung suaminya.

"APA YANG HARUS KULAKUKAN, HAE?! APA YANG HARUS KULAKUKAN AGAR KAU TIDAK PERGI?! APA AKU HARUS MENJADI BUDAK SEKSMU UNTUK KAU SELALU BERSAMAKU DI RUMAH INI?!"

Kali ini Donghae menoleh, masih dengan tatapan dinginnya meskipun terlihat sedikit kaget karena perkataan Hyukjae yang begitu desperate. Tak sedikitpun laki – laki kekar itu menyangka istrinya akan begitu tersiksa, ia selalu merasa dirinyalah yang paling tersiksa dengan masalah mereka saat ini. Donghae adalah orang yang posesif, ia tentu tidak terima istrinya keluar dengan lelaki lain, dikabarkan bersama laki – laki lain dalam sebuah artikel.

Tidur dengan laki – laki lain selain dirinya.

"Berhenti bicara seperti itu."

"AKU HANYA INGIN KAU PULANG, HAE! KAU MENYIKSAKU DENGAN MENGGANTUNGKU SEPERTI INI!" Hyukjae membalas perkataan dingin suaminya dengan teriakan pilu.

"Kau pikir kau tidak menyiksaku saat ini?"

"Aku minta—min—ta maaf.." bulir – bulir air mengalir bebas dari kedua bola matanya. Dipeluknya tubuh kurus miliknya sebelum kembali terisak pelan mendengar nada suara Donghae yang semakin tinggi.

"KAU PIKIR KAU TIDAK MENYIKSAKU DENGAN BERSELINGKUH DAN MEMBIARKAN SELURUH WARGA KOREA TAHU DENGAN KETIDAKSETIAANMU PADAKU?!" salah satu tangan kekar Donghae dengan tidak sabaran tiba – tiba melayang ke atas, hendak menampar istrinya membuat Hyukjae berteriak.

"TAMPAR AKU! PUKUL SAJA BAGIAN YANG KAU MAU! KALAU PERLU LEMPAR TUBUHKU KE TEMBOK DAN JADIKAN AKU BUDAK SEKSMU JIKA ITU AKAN MEMBAWAMU PULANG!"

Dan beberapa detik dihabiskan Donghae dalam diam. Ia tak pernah sekalipun menunjukkan sisi kasar yang separah ini kepada istrinya, namun Hyukjae sendiri tahu Donghae jika sedang marah seringkali sulit untuk mengontrol emosi dan pikirannya.

"Tidak apa – apa, Hae—" Hyukjae masih sesegukan, namun perlahan direngkuhnya lengan kanan Donghae untuk melepas pegangannya dari koper yang telah ia angkat dan menaruh telapak itu di pipi kirinya, tersenyum lembut saat tangannya tak ditepis oleh Donghae. "Asalkan kau tetap disini, menemaniku… tidak apa – apa, jadikan saja aku budak seksmu! Tapi kumohon.. jangan pergi lagi."

Suara itu semakin lirih dan mata bengkak Hyukjae kembali mengeluarkan air matanya, "Jangan bersama perempuan lain… disini sakit sekali rasanya." Laki – laki blonde itu memegang dada kanannya sambal terus menangis sesegukan.

Beberapa menit dihabiskan mereka dalam diam, hanya isakan Hyukjae yang terdengar dalam kamar itu. Namun hal lain yang tidak pernah dibayangkan oleh sang istri adalah Donghae yang tiba – tiba mengayunkan telapak kanannya dan memukulkannya ke pipi kiri Hyukjae keras, membuatnya terjatuh ke lantai.

"Kau ingin menjadi budak seksku, kan?" Donghae menyeringai, mengangkat istrinya yang terlihat kesakitan sebelum melemparkan tubuh kurus itu untuk membungkuk di depan meja kerjanya dan melepas celana Hyukjae—menunjukkan bongkahan putih kesayanganya. Sementara Hyukjae yang masih sedikit kaget hanya dapat terdiam saat Donghae berkali – kali memukul pantatnya dengan keras hingga suaranya menggema.

"Hyaaaahh—Hae!"

"Jadi diamlah dan manjakan penisku dengan baik seperti seorang pelacur!"

Air mata yang semakin mengalir deras tersebut tak berhenti ketika Donghae tanpa aba – aba memasukkan penisnya yang tegak menjulang ke lubang sempit miliknya tanpa pemanasan apapun. Dapat dipastikan darah sedikit mengalir dari sana, namun Donghae seperti kesetanan tidak terlihat peduli sama sekali—ia bahkan mempercepat sodokannya ketika Hyukjae berteriak antara kesakitan dan rasa nikmat.

"Aaahh!"

Hyukjae memejamkan matanya erat – erat, hal ini tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Ia memegang ujung – ujung meja agar sodokan Donghae yang begitu keras tidak membuatnya terjatuh dan membentur lantai. "Ha—hyaaaa—Hae!"

"Ah!Ah!Ah!" Hyukjae bernapas pendek – pendek ketika sodokan liar itu diiringi tamparan keras tanpa ampun Donghae kepada kedua pantatnya.

"Huu—ah! Sakit! Aahh! Sakit, Hae!"

"Siapa bilang kau dapat mengeluh?!" kepala bersurai blonde itu dibenturkan ke meja berbalut kaca, Hyukjae hanya dapat meringis saat tangan kekar Donghae menahan kepalanya disana agar ia semakin menungging.

"Ahhah! Sakit!"

"DIAM!"

Tidak apa – apa, Hyukjae… Donghae dapat melihat air mata istrinya bagaikan air terjun yang tidak pernah berhenti. Asalkan Donghae tetap disini..

"Ayo! Mendesahlah!" Donghae akan terus berteriak di telinga istrinya saat Hyukjae mulai terlihat kelelahan, membuat laki – laki blonde itu meringis dan berusaha memuaskan suaminya sejauh yang ia bisa.

Dua jam menahan kepala Hyukjae dan merasakan erangan istrinya yang semakin melemah, Donghae dapat merasakan penisnya berkedut liar, namun ia tidak ingin menyelesaikannya begitu saja. Ditariknya penis yang menyatukan tubuh mereka dan mendorong Hyukjae agar duduk dengan lututnya di hadapan kelamin Donghae sebelum memaksa Hyukjae mengulum penisnya. Tak lama kemudian ia meremas ujung – ujung surai blonde istrinya sebelum kembali menyodok penisnya kasar ke dalam mulut Hyukjae hingga membuat sang istri ingin muntah.

"Hmmmhh—"

Dan selang beberapa menit setelahnya ia melepas mulut Hyukjae dari penisnya untuk keluar dengan brutal ke seluruh wajah laki – laki dengan tubuh ramping tersebut.

"Aaaahhhh—Hae…"

Tangis air mata dan sperma yang menyatu di wajahnya tak mengurungkan niat sang suami untuk membaik, dengan cepat ditinggalkannya Hyukjae untuk membersihkan dirinya di kamar mandi. Sedangkan Hyukjae hanya dapat tertidur lemas di karpet ruang tidur mereka, menangisi apa yang baru saja terjadi—suaminya yang lembut dan romantis baru menggunakan dirinya sebagai budak seks dengan kejam.

Bahkan Hyukjae belum keluar sama sekali.


a.n. yupppp hi everyone! first time posting fic disini dan so nervous LOLLL basically i usually write in english #gayabet maaf yaah :((( soalnya selalu ngerasa malu kalo nulis smut via indo TAPI SUKA BANGET BACA SMUT HAEHYUK VERSI INDO HAHAHAHAHA dannn kebetulan lagi ngalir idenya kalo buat fic versi bahasa sooo here it is! i feel so shy writing it, though! kekeke buat muuyuki dan practically everyone yang nungguin fic ini MAAFF BANGET BARU BISA POST SEKARANG TT^TT me luv u guyss! See you on the next update!