Love Trap

(Prolog: New Neighbors)

Genre : Romance, Gender Bender, Hurt, Angst, Humor

Main Cast : Xi Luhan (17), Kris Wu (22), Park Chanyeol (22), Kim Jongin (20), Oh Sehun (20), and other.

Rate : T maybe M

Length : Multichapter

Note: Jika ada kesamaan ide, harap maklum. Mohon Kritik dan saran. :D

Happy reading!

Summary

Keempat orang yang dipuji seperti malaikat seperti apa jika mereka di atas ranjang? Itu adalah perangkap. Tetapi bagaimana jika jala yang ditebarkannya berbalik memerangkap Luhan sendiri?

.

.

.

Pintu cokelat di depannya siap diketuk. Pun tangan yang mengambang di udara itu siap kapan saja untuk memukul pelan pintu dihadapannya. Namun tanpa peringatan, sekelebat film pendek seolah diputar di depan matanya, membuat tangannya berhenti beberapa inci dari pintu.

Film pendek itu tengah menyajikan potongan abu yang membumbung tinggi di langit sore di Seoul. Langit mendung. Sendu meliputi ruang geraknya. Menyesakkan dadanya dengan perih. Dan saat ini, abu itu seakan-akan nyata berada di depannya. Bau hangus itu benar-benar menelusup ke hidung. Membuatnya sulit menghirup napas dengan benar.

Hujan semakin menggila kala Luhan, nama gadis yang berdiri di depan pintu sebuah rumah itu menggeleng. Mengenyahkan bayangan buruk itu sekaligus mengusir pergi ke raguannya. Tangan yang terulur itu tak lekas menyentuh pintu dan malah ia gunakan untuk mengeratkan mantel yang menyelimuti tubuhnya. Karena percayalah, pakaian tipis dibalik mantel itu tak membantu apa pun saat ini, tetapi ia diam-diam menaruh harapan besar bahwa pakaian itu akan menolongnya nanti.

Luhan menyesap oksigen beserta aroma masakan di tangannya yang menyatu di udara. Kombinasi yang mengantar sensasi tenang sesaat yang membuatnya memantabkan hati untuk mengetuk pintu itu.

Di detik-detik menjelang pintu itu terbuka, otak Luhan dipaksa bekerja ekstra hingga ia diam beberapa saat seorang pemuda berkulit sedikit gelap muncul di baliknya.

"Siapa?" tanya pemuda itu. "Ada apa?" lalu pertanyaan berikutnya menyambung.

Luhan sudah tahu pertanyaan seperti itu akan secara alami muncul. Luhan mencoba mengulas senyum tulus, namun ia yakin hanya senyum kaku yang ia berikan. Alhasil pemuda di depannya hanya mengernyitkan dahi sambil mulai menunjukkan reaksi tidak sabar.

"A-aku Luhan. Aku tetangga baru kalian. A-aku hanya mau memberikan kue ini."

"Oh."

Begitu tahu ciri pemuda itu, Luhan langsung tahu pemuda itu bernama Kai. Yang selalu disanjung saudaranya memiliki kulit eksotis dan wajah menawan. Tetapi jujur, meskipun adiknya memiliki banyak sekali tempelan poster "mereka", Luhan sebenarnya buta dengan siapa mereka itu. Luhan baru tahu nama, ciri, serta hal yang perlu ia ketahui dari masing-masing "mereka" karena baru menganggap mereka seperti kemilau emas saat ini. Memabukkan, tetapi juga menyesatkan jika tidak bisa mengendalikan diri dengan benar. Lalu entahlah, beberapa saat lagi mungkin dia akan mabuk, tersesat, atau keduanya. Karena itulah tujuannya menyambangi rumah itu saat langit seolah bocor saat ini. Dengan riasan yang tidak menyesuaikan umurnya.

Kai tidak sedingin yang Luhan kira. Tiba-tiba saja dia membalas senyum Luhan dan kue ditangannya sudah berpindah ke tangan dingin pria itu.

"Terima kasih. Wah, noona benar-benar ke sini hanya untuk mengantarkan makanan ini? Padahal di luar sedang hujan deras. Em, apa kau ingin mampir sebentar? Sepertinya yang lain tidak akan keberatan menyambut tetangga baru kami."

Luhan tanpa basi-basi langsung melangkah masuk. Mengekor di belakang Kai yang menunduk mencium aroma kue yang ia bawa.

Ruang yang luas dengan dekorasi menakjubkan membius mata Luhan untuk berpaling dari punggung Kai. Matanya menyisir tiap sudut sampai matanya tertumbuk pada tiga pemuda lain di sisi kanannya. Melihat itu, jantung Luhan seperti tengah menabuh genderang perang. Dia bisa terkena tekanan darah tinggi sewaktu-waktu atau parahnya stroke.

Segala persiapannya nyaris terlupakan dan ia berpikir untuk mundur. Tetapi, tidak! Ketika ia sudah membulatkan tekad, tidak ada hal lain selain menghadapinya.

"Dia tetangga kita, hyung. Namanya...," Kai beralih memandang Luhan, "haruskah kita berkenalan?"

Kai sudah bergabung bersama tiga pemuda lainnya, menyisakan dia yang berada di tengah ruangan, dan menjadi pusat perhatian.

Luhan menggigit bibir bawahnya, lalu berjalan dan bergabung bersama mereka.

"Na-namaku Luhan." Luhan memperkenalkan diri dan membungkuk. "A-aku adalah fans kalian. Ja-jadi, biarkan aku melayani kalian. Kumohon!"

Salah satu dari mereka, yang memiliki kulit seputih susu memiringkan kepala.

"Tapi kami sudah memiliki pembantu sendiri, noona. Kau tidak perlu melayani kami."

"Bu-bukan melayani seperti itu," ujar Luhan, tidak sadar suaranya mengeras. "Ma-maksudku...," Luhan menguapkan kalimat yang dipikirkannya seketika. Karena lidah yang diperintahkannya untuk mengeluarkan suara itu mendadak kelu. Ia, dengan tangan bergetar mulai menarik ikat mantel di pinggangnya. Lalu diteruskan dengan terlepasnya semua kancing dan mantel itu terlepas sepenuhnya dari tubuh Luhan.

Seusai dengan itu, ia menarik napas panjang. Tidak menyadari dua kembar kepunyaannya ikut terangkat naik seolah ingin terlepas dari sisa kain yang menempel ditubuhnya. Gaun mini berbelahan dada rendah dengan panjang bagian bawahnya tak melebihi setengah paha.

Luhan mengangkat kepalanya dari lantai, mencoba menantang empat pasang mata yang terbeliak kaget.

"Kumohon!" Luhan kembali berucap dengan memelas. Jika keempatnya mendengarkan dengan hati mereka, ada duka yang tersirat di dalamnya. Sekotak perasaan yang tercampur aduk, kecuali perasaan malu Luhan yang kini ia tiadakan tiba-tiba.

Luhan menemui reaksi yang diinginkannya. Kucing bidikannya telah terjerat ikan segar berbalut gaun pendek warna krem itu. Tetapi ada tatapan lain yang tidak bisa ia terjemahkan. Dia memandangnya dengan dingin. Seolah ingin menguliti dan mengeluarkan duri-durinya secara hidup-hidup. Luhan berpaling, memilih menantang mata yang lain, berharap kucing lainnya akan melahap ikan segar di depan mereka.

TBC