Chapter 1

Temari tercengang melihat hasil yang tertera di testpack itu. Positif. Yup, p-o-s-i-t-i-f. Positif. Cewek pirang itu segera menyembunyikan testpack itu di bawah bantalnya ketika ada bunyi ketukan di pintu kamarnya.

"Ya?" tanyanya gugup.

"Makan malam," jawab Kankurou dari luar. "Kami tunggu di ruang makan."

"Iya, ok…" balas Temari, berdiri. Tuhan, tolong beri aku keberanian untuk bicara sama mereka…

--------------------

Kedua cowok itu menatap kakak perempuan mereka dengan tatapan aneh.

"Ke-kenapa?" tanya Temari, berusaha tersenyum.

Kankurou menatapnya sebentar, lalu berpaling ke Gaara. Gaara cuma menggeleng dan memberi isyarat pada Kankurou untuk diam. Jadi yaah, mereka makan dalam kesunyian. Tapi setelah makanan Gaara habis, dia mulai menatap Temari dari rambut sampai ke kaki.

"Lo baik-baik aja?" tanya Gaara.

"Hah? Iyalah…" jawab Temari.

"Bener-bener nggak ada yang salah?" tanya Kankurou.

"Tentu aja nggak!" jawab Temari heran. "Emang kenapa?"

"Lo… kenapa…" ucapan Kankurou tertahan karena dilirik tajam sama Gaara.

Temari menatap adik-adiknya bergantian.

"Kalian kenapa sih??"

"Lo bener-bener baik-baik aja?" tanya Gaara sekali lagi. "Kalo lo nggak enak badan, besok lo boleh nggak ikut gue sama Kankurou ke Konoha…"

"Gue ikut!" kata Temari. "Gue harus ikut!"

"Ada urusan apa lo sama Shikamaru?" tanya Kankurou.

"Bukan urusan kalian!"

Gaara berdiri. "Ok, besok kita berangkat…" katanya. "O ya, Temari, kalo lo udah siap, gue tunggu lo di kantor. Gue mau lo ngomong yang sebenarnya…"

Temari cuma diam dan menghabiskan makanannya.

--------------------

Di kantor Kazekage, larut malam

"Gaara…" kata Temari pelan, masuk dari pintu.

"Oh, ternyata belum tidur…" Gaara tersenyum pada kakaknya. "Jadi… kenapa lo?"

Temari – yang sebelumnya udah memikirkan matang-matang – menaruh testpack-nya di atas meja Gaara. Gaara cuma tercengang beberapa saat, lalu menatap Temari lagi.

"Oh…" gumam Gaara.

Temari nggak berani menatap wajah adiknya itu. Dia cuma menunduk, memainkan kukunya.

"Cowok Nara itu ya?" tanya Gaara.

Temari mengangguk pelan.

"…Lo nggak usah ikut besok."

Temari tersentak. "Ke-kenapa…?"

"Udah, lo nggak usah ikut."

"Ga-Gaara, please… Gue harus ngomong sama Shikamaru dan…"

"Dia belum tau??" tanya Gaara keras, hampir kayak bentakan. Dan itu membuat mata Temari berkaca-kaca.

Temari menggeleng pelan.

Pasir Gaara langsung keluar dari tempatnya, melesat dari jendela.

"Gaara, jangan!" pinta Temari. "Please, jangan…"

"Kalo gitu ceritain ke gue!" kata Gaara marah.

"Gue… sama Shikamaru… cuma ngelakuin itu sekali… Sumpah, cuma sekali dan kami sama-sama nggak sadar…" Temari mulai menangis. "Shikamaru nggak pernah berniat kayak gitu dan gue juga nggak mau… Dan kalo waktu itu gue sadar, gue juga nggak bakal mau… Dan gue…"

"Udahlah, Gaara… Izinin aja dia ikut sama kita…" kata Kankurou – yang tiba-tiba entah gimana – ada di ruangan itu.

"Kapan lo masuk?" tanya Gaara.

"Nggak penting," Kankurou tersenyum bandel. "Yang penting sekarang kita selesaiin dulu masalah kakak kita tersayang ini…"

Temari menghapus air matanya.

"…Ya udah deh, terserah lo. Sana tidur. Besok kita berangkat," kata Gaara mengalah, menyuruh Temari pergi.

Temari pergi sambil bergumam 'makasih'. Gaara tersenyum, lalu sadar kalo Kankurou masih di situ.

"Ngapain lo masih disini?" tanyanya.

"Hehe…"

"Udah sana, pergi lo! Atau lo temenin Temari, sana!"

"Iya, iya…"

--------------------

Temari sedang menangis di kamarnya ketika Kankurou masuk.

"Ngapain lo di sini?" tanya Temari, cepat-cepat menghapus air matanya.

"Nggak pa-pa… Cuma khawatir aja sama lo," jawab Kankurou, tersenyum bandel.

"Ya udah, sana pergi!"

"Nggak ah. Ntar kalo ditinggal sendiri, lo nangis lagi…"

"Berisik lo!"

"Emangnya… kapan lo ngelakuin itu sama Shikamaru?" Kankurou duduk di sebelah Temari.

"Itu… waktu gue sama dia ada misi bareng-bareng ke Kirigakure…"

"Kerja sama Hokage-sama dan Gaara?"

"Iya, itu…"

"Pas dimana?"

"Mm, di perjalanan…"

"Emangnya… kalian cuma berdua?"

"Nggak."

"Ja-jadi lo gitu di depan orang lain??"

"Nggak… Nggak tau… Kan gue udah bilang, gue nggak sadar…"

"Iya deh…" Kankurou terkikik. "Nggak nyangka, sebentar lagi kakak gue yang galak bakal jadi ibu…"

"Kalo bayinya gue gugurin gimana? Nggak jadi ibu kan?"

"Ngaco lo!" kata Kankurou. "Lo nggak serius ngomong kayak gitu kan?"

"Setengahnya nggak."

"Setengahnya iya?"

Temari tersenyum.

"Lo inget Magna Charta, Petition of Rights, Hobeas Corpus Act, sama Bill of Rights kan? Lo juga inget Declaration of Independence of The United States, Declaration des Droits de L'homme et du Citoyen, sama Universal Declaration of Human Rights kan?"

"Terus aja lo sebutin satu-satu nama piagam… Pancasila, UUD, teks proklamasi, Jakarta Charter…" kata Temari sebel. "Lagian Hobeas Corpus Act itu kan soal penangkapan orang… Magna Charta sama Petition of Rights itu soal raja-raja gitu…"

"Yaah, terserah! Isinya kan tentang HAM juga!"

Temari tersenyum lagi.

"Pokoknya lo nggak boleh gugurin bayi itu!"

"Emang kenapa? Suka-suka gue dong."

"Mana bisa! Inget dong, Universal Declaration of Human Rights pasal 1! Sekalian orang dilahirkan merdeka!"

"Aduuuh, udah deh! Kepala gue udah mau pecah, masih juga lo ingetin sama HAM-HAM-an gitu…" keluh Temari. "Udah sana, sana! Pergi! Hush, hush!"

Kankurou berdiri sambil cemberut, lalu keluar.