Debate
.
Naruto belong to Masashi Kishimoto
.
Warning: OOC, typo, and another
Raut wajah gadis ini tak menentu. Absurd. Itulah yang dirasakan oleh Sakura –nama gadis itu. Ia gusar luar biasa. "Tidak apa, Sakura. Ini hanya latihan biasa." Suara yang sangat di kenal Sakura memasuki indra pendengaran gadis itu. "Tapi Naruto, aku bahkan belum menyiapkan materi untuk latihan." Balas Sakura kepada partnernya, Naruto. Naif memang jika Sakura hanya menganggap Naruto sebagai partner, ya, dalam segala hal. Toh, Sakura juga tidak pernah menyangkal jika dirinya dulu pernah menaruh hati pada pemuda ramah itu. Ingin menganggap sahabatpun, mereka tidak begitu dekat. Kecuali dalam beberapa waktu memang. Yang Sakura tahu hanyalah, bahwa dirinya dan Naruto bisa bekerja sama dalam banyak hal. Dan Sakura mengambil kesimpulan bahwa 'partner' lebih cocok untuk menggambarkan Naruto bagi dirinya. "Ayo, Sakura! Kita harus menemui Temari-senpai lebih dulu." Ujar Naruto yang sudah berjalan memimpin di depan Sakura. Dengan perasaan gusar yang belum berkurang, Sakura tetap mengikuti langkah Naruto.
"Temari-senpai!" Teriak Naruto seraya melambaikan tangan kepada seseorang. "Oh, hai, Naruto. Dan kau–" Ucapan Temari terhenti ketika melihat siluet merah muda di sebelah Naruto. "Dia Sakura, temanku." Naruto berujar santai. Sakura di sebelahnya langsung mengangguk hormat dengan kaku. "Jadi kau yang namanya Sakura? Salam kenal!" Seru Temari riang. Tangan nya menepuk pundak Sakura bersahabat. "Baiklah, ayo! Tapi sebelumnya, kita harus memanggil Sasuke-senpai." Ucap Naruto, lalu berlari mendahului dua anak hawa di belakangnya. Sakura menunduk. Dalam hati Ia mengutuk Naruto. Seharusnya pemuda pirang itu sudah tau jika Sakura tidak mudah akrab dengan kakak kelas. "Santai saja. Aku tahu kau berpotensi." Kata-kata Temari sedikit mengangkat beban Sakura.
Sakura tertegun. Melupakan semua kegusarannya tadi. Yang Ia rasakan saat ini hanyalah ribuan sayap kupu-kupu yang menggelitik perutnya. Sasuke Uchiha. Nama yang sering melewati indra pendengaran Sakura. Disebut-sebut sebagai pahatan sempurnya sang Kami. Saat mendengar kasak-kusuk tentang Uchiha bungsu itu, Sakura hanya mendengus geli. Tidak ada satupun makhluk yang sempurna di muka bumi ini. Bagai menjilat ludah sendiri, Sakura diam-diam mengakui bahwa keturunan adam di depannya memang sempurna. Sangat sempurna. "Ladies first." Suara berat yang asing menggelitik pendengaran Sakura, membuatnya sukses menunduk. Sementara Temari, Ia hanya terkikik, kemudian menarik tangan Sakura untuk berjalan di depan.
"Maaf sedikit lama, senpai." Kata Naruto santai. Dari nada bicaranya, kentara sekali jika Ia akrab dengan 'Senpai' yang ia maksud. Tidak heran jika Naruto sangat akrab dan terpandang di kalangan kakak kelas. Dia adalah anggota Organisasi Siswa Intra Sekolah, dan sem ua orang mengenal dia. "Tidak apa. Apa dia yang namanya Sakura?" Tanya Konan, lawan bicara Naruto. "Iya." Jawab Sakura berusaha setenang mungkin. Ia tak habis pikir, bagaimana Konan bisa mengenal, atau mungkin hanya mengetahuinya. Sakura memang pernah beberapa kali berbicara dengan Konan, hal singkat. Sakura tau, senior terpandang macam Konan tidak akan begitu memperhatikan junior kalangan biasa seperti Sakura. Tapi tebakannya meleset. Konan benar-benar mengetahuinya. Hatinya sedikit meninggi. "Ayo, masuk saja." Titah Konan ramah. Ternyata di dalam sudah ada Tenten, teman Konan dan Temari, serta Ino dan Karin, teman setingkat Sasuke. Sementara Naruto sudah asik memulai konversasi bersama para senior, Sakura merasa sangat kecil dan duduk menyendiri.
Sakura sedang menjalankan kewajiban piketnya dengan raut wajah kesal. Ia merasa bahwa intensitasnya sebagai ketua organisasi kebersihan di kelasnya sangat tidak dihargai. Teman-temannya mengindahkannya begitu saja –sebagian kecil tak termasuk. Terus menggurutu dalam setiap gerakan menyapunya, memaki onggokan sampah, dan hal lain yang bisa dijadikan Sakura sebagai tempat mencurahkan rasa kesalnya. "Hai, Sakura, kemarilah sebentar!" Sakura mengenal suara itu. Sangat mengenal. Dengan setengah hati, Sakura menghampiri Naruto di ambang pintu kelasnya. "Jadi begini, barusan aku di panggil Konan-senpai. Dia memberitahuku bahwa aku menjadi kandidat untuk kejuaraan English Debate bulan depan nanti. Dia memerintahkanku untuk mengajak satu teman lagi. Jadi?" Ucap Naruto riang dengan senyum yang tak pernah lepas di setiap untaian katanya. Sakura tidak bodoh. Ia mengerti, bahkan sangat mengerti pada ucapan Naruto tadi. "Tentu saja! Kapan?" Jawab Sakura dengan binar penuh harap dalam sorot matanya. "Aku akan memberitahu jika sudah ada kabar," Balas Naruto, matanya melirik ke arah lain. "Dan maaf mengganggu waktumu." Lanjut pemuda pirang itu, lalu pergi. Ucapan terakhir Naruto membuatnya teringat lagi pada kotoran dan sampah yang teronggok di dekat kakinya. "Kuso!"
"Cukup menyenangkan. Kegiatan yang mengandung zat adiktif." Naruto terkikik saat mendengar jawaban konyol dari Sakura. Saat ini mereka sedang berada di tangga menuju lantai dasar. Latihan mereka telah berakhir beberapa menit yang lalu. "Berusahalah untuk tidak sering menunduk, Pinky" Ucap Naruto tanpa menyembunyikan nada geli dalam kata-katanya. Sakura mendengus, kesal. Ia tidak menyanggah ucapan Naruto beberapa detik yang lalu. Selama sesi latihan, Sakura selalu menunduk. Tidak 'selalu', hanya saja terlalu sering. "Akan kucoba." Jawab Sakura akhirnya. Gadis itu menghela nafas, lalu berlari kecil meninggalkan Naruto.
"Good luck, my partner." Bisik Naruto
"Baiklah, untuk hari ini Naruto, Ino, dan Karin menjadi Affirmative Team. Sedangkan Sakura dan Sasuke terpaksa menjadi Negative Team karena kekurangan orang. Aku beri waktu lima belas menit untuk menyusun materi." Titah Konan tegas. Hari ini adalah sesi latihan yang kedua. Dan pernyataan Konan tadi membuat tubuh Sakura kehilangan fungsi dan rangsang nya untuk beberapa saat. Untuk berbicara dengan senior perempuan saja, Sakura harus menelan ludah beberapa kali sebelum memulai sebuah konversasi. Dan sekarang, Ia harus berada dalam satu kelompok dengan Spesies-Manusia-Dengan-Banyak-Pujian. Sakura hanya menghela nafas berat. Ia tau ini tidak akan mudah untuk dirinya.
"Baiklah waktu habis. Now, please wellcome first speaker from Affirmative Team, Naruto Uzumaki. Uzumaki-san, the time is yours." Ucap Konan. Setelah Konan menekan stopwatch, Naruto langsung memaparkan semua hal-hal pelik yang di bahas dalam materi yang di berikan oleh Konan. "Ehm, Uchiha-senpai, b-bisa kah k-kau membantuku untuk menyusun argumen perlawanan? A-aku tau pendengaranku da..dalam bahasa Inggris sangat pa..payah." Bisik Sakura pada Sasuke di sebelahnya. Ia sangat gugup dan malu. Sebenarnya, Sakura tak terlalu berharap pada bantuan dari pemuda di sebelahnya. Sakura tahu hal itu akan sangat merepotkan seniornya. Oleh karena itu, Ia berusaha keras untuk memahami setiap untaian kata pelik yang keluar dari mulut Naruto. Sebuah kertas mendarat di hadapan Sakura. "A-arigatou, Uchiha-senpai." Ucap Sakura setelah membaca kertas tersebut.
Sasuke's Point of View
"Ehm, Uchiha-senpai, b-bisa kah k-kau membantuku untuk menyusun argumen perlawanan? A-aku tau pendengaranku da..dalam bahasa Inggris sangat pa..payah." Suara lirih itu berasal dari sebelahku. Hatiku sedikit mendengus geli saat melihat mimik wajahnya saat sedang berkonsentrasi. Sudah selesai. Segera kuletakkan kertas berisi argumen perlawanan tersebut di atas mejanya. "A-arigatou, Uchiha-senpai." Ucapnya. "Hn." Balasku. Tidak mudah berbicara ketika kau sedang menahan dentuman gila di dalam dadamu. Itu menggelikan.
End Sasuke's Point of View
.
.
See you on next Chapter..
A/N :
Ternyata bersambung, padahal niatnya mau bikin oneshot T.T
Fic ini ada terinspirasi sama pengalaman seleksi debat bahasa Inggris di sekolah Author. Dan hasilnya, Author ga lolos untuk tahun ini T.T *Nangis di pundah Naruto*
Yaudah, cukup segitu aja note nya :v See you. Kalo gaada kesibukan, chap 2 bisa rilis minggu ini
