Disclaimer: Naruto milik Masashi Kishimoto. Saya hanya pinjam chara, dan cerita ini bukan untuk mengambil keuntungan apapun melainkan hanya untuk hiburan semata
Warning : AU, OOC, Typo,cerita gaje, aneh, ancur, author newbie,dan banyak kekurangan lainya.
Pair : NaruSaku, jika ada yang tidak suka tinggal klik 'back
'
Genre : Romance yang gak krasa, supranatural , fantasy, friendship dan lain2.
Summary: Apa yang kau lakukan bila mendapat kekuatan untuk bertarung dengan taruhan nyawa demi mendapat sebuah Harapan Mutlak? Apa kau akan lari dari kenyataan? Atau bertarung demi harapan yang kau percaya?
Yosh, Happy Reading ^^
Game of Hope
Pagi ini adalah pagi biasa seperti pagi-pagi sebelumnya. Sinar mentari masuk ke celah-celah ruangan tidur orang-orang, mencoba membangunkan mereka dengan kehangatanya. Orang-orang bangun dari rutinitas tidurnya di malam hari dan memulai lagi kegiatan mereka seperti hari-hari kemarin. Bangun, mandi, sarapan, berangkat kerja atau ke sekolah bagi para murid sekolahan lalu baru kembali ke rumah setiap sore atau malam hari, makan malam lalu tidur dan bangun lagi.
Setiap hari selalu berulang-ulang seperti sebuah roda yang selalu berputar pada porosnya. Kalau ditanya apakah mereka bosan, pasti semua orang akan menjawab 'Ya'. Tapi mau bagaimana lagi, memang begitulah kehidupan yang harus dijalani. Jika pada pagi ini orang-orang sibuk mempersiapkan segala keperluan untuk menjalani rutinitas mereka, beda lagi dengan pemuda satu ini. Pemuda yang menjadi tokoh utama dalam kisah ini.
Pemuda ini masih berkutat dengan bantal dan selimutnya. Di saat tengah memimpikan entah tentang apa, jam weker di atas lacinya berdering dengan kerasnya. Menjatuhkan sang pemuda yang tengah melayang-layang di mimpinya sekaligus menjatuhkanya dari tempat tidur saking kagetnya.
Bruukk
"Ittai..." Gumam sang pemuda yang kini mengelus-elus bahu kirinya karena jatuh dengan posisi menyamping ke kiri.
Langsung ia layangkan tatapan
mematikan ke jam weker yang tak bersalah itu pada awalnya, tapi langsung digantikan tatapan kaget melihat angka di jam weker digital itu. Untuk sepersekian detik pemuda itu terpaku pada posisinya sebelum kemudian berteriak
"Uwaaa aku terlambat lagi ! "
Chapter 1 : Unusual Day
Pemuda tadi bernama Uzumaki Naruto.17 tahun, bertubuh tinggi tegap, berwajah tampan dengan kulit kecoklatan, rambut pirang jabrik, dan bermata biru layaknya batu safir. Seorang pelajar biasa yang bersekolah di Konoha Gakuen selama dua tahun lebih dan kini memasuki tahun ketiganya disekolah ini.
Ngomong-ngomong Naruto hidup sendiri di sebuah apartemen sederhana yang diberikan oleh walinya sebelum meninggal yang bernama Hiruzen Sarutobi. Ia hidup sebatangkara karena kedua orang tuanya telah meninggal sejak ia masih bayi, itu yang dikatakan oleh walinya. Walaupun pemuda itu mengalami kehidupan yang keras sejak kecil, tapi ia masih tegar walau kadang pernah mertapi hidupnya yang sulit.
Dan kini pemuda itu tengah bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Seragam sekolah sudah melekat di tubuhnya meski belum tertata dengan rapi. Ia menggunakan kemeja putih polos dengan dasi berwarna hitam, dan karena saat ini sudah memasuki musim gugur maka ia menggunakan setelan tambahan khusus untuk musim dingin yaitu sebuah jas berwarna hitam dengan simbol sekolahnya di bagian dada kiri. Dengan segera ia mengambil roti dari kulkas dan menyambar tasnya, berlari secepat yang ia bisa menuju ke sekolahnya.
Di tengah perjalanan ia masih sempat-sempatnya mengumpat dengan mulut yang dijejal roti kala melihat arloji di pergelangan tangan kirinya, sudah pukul tujuh lebih dua puluh lima menit! Hanya tinggal tersisa lima menit sebelum bel masuk disekolahnya berdering. Jarak menuju sekolahnya masih seperlima perjalanan. Walau nafasnya sudah terengah-engah, Naruto tetap berlari dengan kecepatan tinggi.
Ia sudah bisa melihat gerbang sekolahnya yang kira-kira berjarak 50 meter dari posisinya, tapi gerbang itu sudah mulai ditutup sepertinya. Banyak siswa yang masih bisa masuk tepat ketika gerbang nyaris tertutup, tapi sayang Naruto tiba di depan gerbang yang sudah tertutup.
Masih kepayahan tampangnya, nafasnya masih terengah, namun sepertinya perjuanganya untuk berangkat sekolah sebelum terlambat sudah gagal.
"Pak, tolong bukakan pintunya..." Mohon Naruto kepada salah satu satpam sekolah yang setiap pagi bertugas menutup gerbang dan mengawasi murid yang terlambat.
"Tidak bisa!"Jawabnya tegas.
"Aku akan panggilkan Hatake-sensei terlebih dahulu untuk mengurusimu."
Lanjutnya.
Naruto menghela nafas pasrah. Ia tahu jika berurusan dengan guru BP yang dipanggil Hatake tadi, pasti hukuman sudah berada di depan mata. Tak lama salah seorang guru BP berambut keperakan yang menggunakan masker bernama Kakashi Hatake datang dan membukakan gerbang sekolah untuk Naruto. Di belakangnya berjalan seseorang yang sangat Naruto kenal.
Seorang gadis cantik berambut pink panjang yang panjangnya mencapai punggungnya, dan bermata hijau layaknya batu emerald. Kulitnya putih mulus tanpa goresan sedikitpun. Wajahnya cantik juga manis, namun tengah memasang ekspresi tak suka melihatnya. Tanpa sadar Naruto bergidik melihat kedua orang itu, atau mungkin karena melihat gadis itu.
"O-ohayou, Kakashi-sensei ,
Haruno-kaichou..."
"Kau terlambat lagi Naruto !" Kini Kakashi berkata dengan tegas kepadanya. Naruto menghela nafas
.
"Maaf sensei, tadi malam saya tidur terlambat"
"Tapi itu tidak bisa dijadikan alasan terus-menerus Naruto"
Kakashi meninggikan suaranya. Setelahnya ia menghela nafas.
"Hahh... Kau selalu mengulangi kesalahan yang sama yang mengakibatkan semua guru angkat tangan untuk menanganimu"
Ia melirik Naruto sejenak sebelum kembali melanjutkan.
"Kalau begitu sekarang kau kuserahkan kepada Sakura, kuharap setelah ini kau tidak melakukan kesalahan yang sama. Semua guru BP sudah tidak ingin berurusan denganmu lagi."
Setelah namanya disebut gadis cantik yang bernama Sakura atau lengkapnya Haruno Sakura, sang ketua OSIS maju ke hadapanya. Melihat Sakura yang sedang marah itu membuat Naruto menelan ludahnya dengan sulit.
"Ikut aku, Uzumaki-san!" Perintah Sakura dengan nada datar. Sebelum akhirnya melenggang pergi setelah ijin ke Kakashi. Naruto yang pasrah akhirnya hanya bisa mengekor gadis itu kemanapun ia pergi.
Kini dua muda-mudi tadi berjalan ke arah koridor sekolah yang cukup panjang berdampingan.
"Kenapa kau terlambat lagi, Baka?" Tanya Sakura ke Naruto tanpa basa-basi.
"Sakura-chan, tadi sudah kubilang kalau aku bangun kesiangan karena tidur larut."
Hee? Kenapa mereka tampak begitu akrab? Bukankah tadi di depan Kakashi mereka tampak begitu formal?
Sakura memicingkan sebelah matanya ke arah sahabatnya itu. Sahabat? Ya mereka memang sahabat sejak duduk di bangku kelas 1 SMA.
"Kau ini, apa pekerjaan part time-mu terlalu berat, kalau iya lebih baik cari part time yang lebih mudah agar kau tidak selalu tidur larut dan terlambat"
"Aku lebih suka part time-ku yang sekarang" Naruto mendengus. Sakura memang sering memberinya ceramah karena ia sering melanggar peraturan sekolah.
Hal yang mengejutkan ketika orang yang bertolak belakang sifatnya bisa menjadi sahabat karib seperti Naruto dan Sakura. Sakura memiliki kelebihan bukan hanya dari parasnya saja . Ia adalah gadis yang rajin, selalu taat tata tertib, dan cerdas. Selain itu, jabatanya sebagai ketua OSIS membuatnya menjadi salah satu gadis paling dipopulerkan oleh seluruh murid laki-laki di sekolah.
Berbeda dengan Naruto. Meskipun ia tampan dan dipopulerkan banyak siswi perempuan, tapi pemuda itu sifatnya urakan, malas, selalu melakukan hal yang melanggar tata tertib sekolah, dan selalu seenaknya sendiri.
Prestasi akademiknya biasa-biasa saja, tidak bodoh tapi juga tidak terlalu pintar bila dibandingkan dengan Sakura yang memegang peringkat kedua di bawah Nara Shikamaru, teman sekelas mereka yang super jenius. Tapi akibat sifat hiperaktifnya, banyak orang yang menganggapnya sebagai orang yang bodoh.
"Ne, kau mau memberikan hukuman apalagi padaku, Sakura-chan?"
"Yang pasti hukuman yang bisa membuatmu jera yaitu...
Gadis itu menggantungkan kalimatnya agar Naruto bisa menebak-nebak apa yang tengah dipikirkanya.
...membersihkan semua toilet laki-laki di sekolah ini!" Kini seringai nampak di wajah cantiknya.
Naruto yang mendengarnya hanya bisa menganga. Itu karena pasti akan sangat melelahkan membersihkan toilet yang notabene jarang dijaga kebersihanya oleh siswa laki-laki.
Puas melihat ekspresi Naruto tak lantas membuatnya berhenti waspada. Sakura yakin betul, sebentar lagi Naruto pasti akan merengek kepadanya. Tapi mendadak Naruto memasang ekspresi serius. Pemuda itu jarang memasang ekspresi serius, biasanya pemuda itu selalu menampakan ekspresi konyolnya, 'bertanda buruk', pikir Sakura
Entah apa yang dipikirkan Naruto saat mendadak kedua tanganya berada di bahu Sakura. Ia mendekatkan dirinya perlahan ke Sakura, membuat gadis itu menahan napas tanpa sadar. Naruto pandang lekat-lekat Sakura yang lebih pendek darinya itu.
Sakura tak habis pikir. Naruto memang biasanya sering merayunya, tapi ia selalu menganggap Naruto hanya bercanda. Kontan saja perbuatan Naruto membuat jantung Sakura berdegup lebih kencang, darahnya seakan mengalir lebih cepat dan berkumpul di satu titik yaitu kedua pipinya.
Sakura terpaku pada mata biru yang menatapnya intens hingga membuat dirinya kehabisan kata-kata. Di saat menegangkan itu...
"Sakura-chan..."
"I-i-iya Naruto?"
Hei, kenapa dirinya mendadak gugup?.
"..."
"..."
"..."
"Kumuhon jangan hukuman itu lagi~" rengek pemuda itu membuat perempatan siku-siku muncul di dahinya yang lebar.
Twiitch
"BAKA-NARUTOOOO!"
Duuaakk
"Aduuh~ kenapa kau memukulku?"
Sakura mendengus, sudah ia duga pasti Naruto akan seperti ini. Jika ia keberatan dengan hukuman yang diberikanya ia pasti akan merengek dengan segala macam cara agar terbebas dari hukuman.
Tapi mengingat perlakuan Naruto sebelum merengek tadi membuat pipinya menghangat. Ia berpikir kalau Naruto terlihat sangat tampan jika dilihat dari dekat tadi!. Ia menggelengkan kepalanya pelan guna menepis pikiran aneh yang tiba-tiba masuk ke otaknya.
"Aku tidak mau tahu. Itu hukuman yang cocok agar kau jera dan tidak terlambat lagi. Ini sudah keempat kalinya kau terlambat dalam minggu ini." Sergah Sakura bertubi-tubi.
Naruto hanya memutar bola matanya
" Huh, masa bodoh" respon Naruto dengan acuh.
Blettakk
Kembali satu jitakan dari sang Kaichou Konoha Gakuen membuat kepala Naruto serasa berdenyut-denyut.
"Hei! Untuk apa lagi barusan?!" Protes Naruto sambil mengelus-elus kepalanya.
"Karena sudah membantah perintah Ketua OSIS" jawab Sakura santai.
Melihat gelagat Sakura membuat Naruto jengkel. Pasalnya sebelum menjadi Ketua OSIS Sakura kadang sudah semena-mena padanya, tapi ternyata setelah menjadi Ketua OSIS Sakura malah semakin menjadi-jadi.
"Huh, iya-iya . Maafkan aku Haruno-sama, karena sudah menentang perintahmu yang bijaksana"
Sindir Naruto dengan penuh penekan di setiap katanya.
"Sudah, jangan banyak protes. Pokoknya setelah pulang sekolah kau harus melakukan tugasmu, dan jangan mencoba untuk kabur karena kau akan tahu akibatnya!." Setelahnya terdengar bunyi 'krak' dari buku-buku jari Sakura.
Naruto hanya mengangguk dengan cepat. Ia tak mau mengambil resiko dihajar oleh pemegang sabuk hitam karateka seperti Sakura. Dijitak saja rasanya sudah membuatnya tak ingin merasakanya lagi, apa lagi jika dihajar habis-habisan, pikir pemuda itu.
"Ya sudah kalau begitu, lebih bai kita ke kelas sekarang." Setelahnya merekapun berjalan ke kelas mereka karena kebetulan mereka juga satu kelas di kelas 12-1. Sakura berjalan mendahului Naruto yang memilih berjalan dengan santai. Naruto memperhatikan Sakura yang berada di depanya. Tanpa sadar pemuda yang memiliki tiga garis horizontal tipis di masing-masing pipinya itu tersenyum.
Sakura memang selalu kelihatan galak di depanya, tapi walaupun begitu Naruto tahu kalau Sakura sebenarnya selalu perhatian kepadanya. Itulah hal yang menyebabkanya begitu terpesona oleh Sakura. Pemuda itu sebenarnya sudah memendam perasaan pada sahabatnya itu sejak pertemuan pertama mereka di kelas 1 SMA.
Tapi ia terlalu takut mengungkapkan perasaanya kepada gadis pinkish itu. Ada sebuah alasan yang selalu membuatnya menahan ingin menyampaikan perasaanya. Sebenarnya kadang jika ia menggoda Sakura, tak sepenuhnya godaanya itu hanya candaan. Tapi nyatanya Sakura tak sadar akan perasaanya yang sesungguhnya. Naruto selalu berpikir mungkin Sakura hanya menganggapnya sebagai sehabatnya saja tidak lebih, itulah alasan Naruto tak pernah menyampaikan perasaanya secara langsung.
Padahal jika saja Naruto sadar akan ekspresi Sakura tadi mungkin saja baginya untuk tahu kalau gadis itu juga menyimpan rasa kepadanya, lalu mengungkapkan perasaanya pada gadis itu suatu saat nanti.
OoOoOoOoOoOoO
Setelah pulang sekolah.
Kini Naruto tengah mengerjakan hukuman yang harus diterimanya karena terlambat tadi pagi.
Dengan sebuah pel dan ember berisikan air yang sudah dicampur detergen pembersih lantai, ia mengepel seluruh lantai toilet yang terlihat kotor meski dengan ogah-ogahan
Di dekatnya, sang ketua OSIS yaitu Sakura, sedang mengawasi, tidak terlihat tertarik untuk membantu.
Sejak Naruto mulai mengerjakan tugasnya, ia dan Sakura tidak berbicara satu sama lain sampai akhirnya karena keheningan yang membuatnya bosan Naruto berinisiatif untuk memulai percakapan.
Baru hendak mengeluarkan suaranya, ia sudah didahului oleh Sakura.
"Sepertinya sejak dulu kau tidak pernah berubah, Naruto."
"Hm?. Apa maksudmu, Sakura-chan?"
Sebelah alis Naruto sedikit terangkat saat bertanya.
"Yah, dari dulu kau selalu membuat onar yang akhirnya membuatmu dihukum seperti ini"
Naruto tersenyum.
"Dan ketika aku dihukum, selalu saja kau yang disuruh untuk mengawasiku"
"Habisnya, jika kau diawasi oleh orang lain, kau pasti akan kabur diam-diam selagi orang yang mengawasimu lengah yang akhirnya membuatmu terkena hukuman yang lebih berat"
Sakura terkikik geli.
Naruto yang melihat tawa Sakura tersenyum. Ia selalu menyukai tawa Sakura yang entah kenapa menurutnya terlihat sangat kawaii, membawa kebahagiaan tersendiri untuknya.
Dan ia paling membenci saat Sakura sedih atau bahkan sampai menangis.
Mereka sempat terdiam beberapa saat sebelum Naruto membuka suara lagi.
"Sudah hampir tiga tahun ya?. Aku tak menyangka kita sudah bersahabat selama itu." Naruto tersenyum, kini ia tengah mengepel lantai di luar kamar mandi.
"Hei, Sakura-chan! Aku ingin bertanya mengenai diriku padamu..."
"Kenapa bertanya hal seperti itu padaku?"
"Ya, karena kau adalah orang terdekatku selama ini. Kurasa tidak ada orang lain yang lebih mengertiku selain dirimu."
Entah mengapa pernyataan Naruto tadi terdengar begitu manis menurut Sakura. Pipinya kini bersemu merah.
"Hei Sakura-chan, kenapa tidak menjawab? Dan kenapa wajahmu merah? Apa kau sakit?" Tanya Naruto dengan polosnya.
"I-ie, aku tidak apa-apa." Setelahnya Sakura berdehem pelan untuk menormalkan detak jantungnya yang menggila tadi.
"Menurutku kau adalah orang yang bodoh-
Naruto hanya cemberut mendengarnya.
-tapi kau adalah orang yang begitu peduli dengan orang lain daripada dirimu sendiri. Kau baik hati, tidak pernah menyerah dengan keadaan walau seberat apapun itu. Kau juga adalah orang yang keras kepala dan selalu ngotot untuk bisa mendapatkan apa yang kau inginkan. Tapi kadang kau bisa sangat menjengkelkan karena ketidakpekaanmu serta karena sifatmu yang seenaknya sendiri"
"Lalu kau juga tipe orang yang dapat merasakan penderitaan atau kebahagian orang terdekatmu. Dan masih banyak lagi hal yang bisa kusampaikan tentangmu."
Seulas senyum bertengger di bibir Sakura. Naruto hanya diam terpana mendengar semua hal yang disampaikan Sakura tentangnya.
Ia tak menyangka ada orang yang begitu mengenalnya sampai sejauh itu.
"He he, aku tak menyangka kau bisa mengenalku sampai sejauh itu. Aku saja tak pernah sadar oleh sifat-sifatku sendiri. Padahal kita baru berteman sejak masuk SMA".
"Yosh!, akhirnya selesai juga!"
Ia merengangkan tubuhnya yang terasa begitu pegal itu.
"Bagus, kau sudah menyelesaikan hukumanmu. Sekarang kau boleh pulang."
"Eh, Sakura-chan, hari ini kau tidak ada rapat OSIS atau kegiatan ekstra kan?"
Sakura tersenyum simpul.
"Hm, memangnya ada apa?"
"Kita pulang bersama yuk!, sudah lama kita tak pulang bersama." Tawar Naruto plus cengiran lima jarinya yang tak berubah sejak dulu, membuat Sakura tertawa.
"Baiklah kalau begitu. Aku akan ambil tasku dulu, kau tunggu aku di gerbang sekolah ya!"
Naruto mengacungkan jempolnya. Setelahnya Sakura meninggalkan tempat itu.
OoOoOoOoOoOoO
Kini Naruto dan Sakura berjalan menuju rumah mereka yang tak terlalu jauh dari sekolah. Tak lupa dengan diiringi canda tawa masing-masing.
Di depan sebuah jalur penyebrangan, mereka berhenti karena lampu masih menyala di warna merah yang menunjukan para penyebrang jalan untuk berhenti.
Selang beberapa detik lampu berubah warna jadi hijau dan orang-orang yang menunggu mulai menyebrang jalan termasuk Naruto dan Sakura.
Tapi, tanpa disangka seorang gadis kecil malah terjatuh saat menyebrang. Sedangkan sepertinya orang tuanya tak sadar akan hal itu. Posisinya masih berada di tengah jalur penyebrangan saat lampu jalur penyebrangan tadi sudah kembali berwarna hijau.
Naruto serta Sakura belum menyadari kejadian itu. Sedangkan mulai terdengar banyak orang berteriak 'Awas'.
"Kenapa orang-orang terdengar panik?" Tanya Naruto pada Sakura yang hanya mengendikan bahunya tanda tak tahu. Ketika ia melihat ke belakang matanya langsung melebar.
Sebuah mobil sedan melaju dengan kecepatan yang tak bisa dibilang pelan. Sedangkan sang pengemudi tak sadar jika ada anak kecil yang masih berada di tengah jalan. Gadis kecil tadi hanya dapat terpaku ketika di hadapanya ada sebuah mobil menuju ke arahnya.
Sakura yang sepertinya juga baru sadar kenapa semua orang berteriak dengan panik menoleh kebelakang. Ia kaget saat Naruto dengan cepat berlari ke tengah jalan. Sakura membulatkan matanya. "Naruto! Jangan!" Serunya panik.
Tanpa menghiraukan ucapan Sakura, Naruto langsung memeluk gadis kecil tadi dan berjongkok membelakangi mobil yang menuju kearahnya, mencoba melindungi si gadis kecil dari hantaman yang tak mungkin lagi dihindari. Si pengemudi yang baru sadar langsung menekan klakson, tapi terlambat.
Naruto memejamkan matanya, masih memeluk gadis tadi, jarak mereka dengan mobil tak sampai 50 senti, entah kenapa ia seperti merasakan 'De Javu' seakan-akan ia pernah mengalami hal ini sebelumnya. Setelah berselang beberapa waktu mobil tadi tak kunjung menghantamnya.
'Are? Kenapa aku tak merasakan apapun?' Pikir Naruto.
Setelah ia melihat sekeliling ia tampak terperangah. Pasalnya semua yang ada di sekitarnya mendadak berhenti, dari mulai orang-orang di sekitar jalan kendaraan bahkan Sakura yang tampak sedang berteriak dengan raut muka khawatir.
Ketika ia tengah sibuk memikirkan apa yang terjadi, ia malah tambah kaget menyadari tubuhnya yang tak bisa bergerak.
"Apa kau masih ingin hidup?" Nampak seorang pria yang berumur kira-kira 30-an bertanya kepadanya.
"Hah?"
"Apa kau masih ingin hidup?" Kembali pertanyaan yang sama yang membuat Naruto bingung.
"Siapa kau...?" Naruto memandangi pria tadi. Pria bertubuh tinggi dengan rambut berwarna merah yang tiba-tiba datang entah dari mana. Poninya menutup sebelah wajahnya. Iris matanya cukup aneh karena berbentuk seperti riak air.
Pria yang mengenakan mantel coklat gelap sepanjang kakinya itu kembali bertanya dengan wajah datar.
"Apa kau masih ingin hidup?"
"Apa maksud pertanyaanmu itu?, siapa kau?, dan apa yang terjadi di sini?" Sungguh, Naruto terlalu bingung dengan semua hal yang tak wajar ini. Pria tadi tersenyum kecil, wajahnya sudah tak sedatar tadi.
"Untuk menjelaskan semuanya akan butuh waktu yang cukup lama, Naruto." Mata Naruto membulat. Kenapa pria itu tahu namanya?. Sungguh Naruto merasa begitu bodoh karena sejak tadi hanya bisa bingung.
"Sebelumya perkenalkan, namaku Nagato. Sekarang ini aku menghentikan waktu yang berada di sekitarmu untuk mengajakmu bicara."
"Menghentikan waktu?" Naruto bertanya dengan ragu.
"Jika kau bisa menghentikan waktu, apa berarti kau adalah Shinigami yang ditugaskan menjemputku, atau semacamnya?" Tanya Naruto yang sekarang lebih tenang dari sebelumnya.
"Kalaupun ini adalah waktunya aku mati... Aku mohon, setidaknya jangan bawa juga nyawa gadis ini..." Naruto memohon sambil menatap wajah polos gadis kecil yang didekapnya. Ekspresinya berubah sendu.
"Onegai..."
Pria tadi tersenyum. "Sepertinya kau adalah orang yang begitu peduli dengan orang lain, Naruto. Tapi aku bukanlah Shinigami. Lagi pula ini belum waktunya kau mati. Karena itu aku bertanya, apa kau masih ingin hidup?"
Naruto mengerjapkan matanya beberpa kali. "Kalau memang ini belum waktunya aku mati, jawaban dari pertanyaanmu adalah, ya"
"Tapi aku harus tahu seberapa besar tekadmu untuk hidup. Apa alasanmu untuk tetap hidup."
Naruto menundukan kepalanya, nampak berpikir. Awalnya ia bingung harus menjawab apa, tapi setelahnya dengan sorot mata yang menunjukan bahwa ia tak ragu akhirnya ia menjawab.
"Aku masih ingin mengejar semua harapanku, mewujudkan cita-citaku ,aku masih ingin mempelajari semua hal-hal yang ada di dunia ini, juga hidup bahagia suatu saat nanti, selain itu aku masih belum siap meninggalkan orang-orang yang kusayangi..."
Nagato melirik kearah Sakura. "Apa yang kau maksud orang yang kau sayangi salah satunya adalah gadis itu?"
Tanyanya sambil menunjuk Sakura.
Naruto mengangguk. " Ya... Ia adalah gadis yang begitu kucintai dan aku belum sempat mengungkapkan perasaanku padanya... Aku masih ingin melihatnya tersenyum dan tertawa, menghabiskan waktuku bersamanya."
Nagato melihat mata biru Naruto dalam-dalam. Disana ia melihat keteguhan hati pemuda itu.
"Souka?. Kalau begitu kau masih bisa hidup, tapi kau harus bisa menghindari mobil itu." Terang Nagato.
"Ta-tapi bagaimana caranya?" Tanya Naruto panik. Ia mungkin masih bisa menghindar dengan resiko sedikit cedera, tapi ia harus melepas gadis cilik itu. Tidak, ia tak bisa melakukan hal kejam seperti itu.
"Gunakan kekuatanmu untuk melindungi orang yang berharga bagimu." Nagato tersenyum sesaat sebelum ia menghilang tanpa jejak dan waktu mulai berjalan lambat.
Naruto mememjamkan matanya dan memposisikan tangan kirinya untuk menahan mobil yang hendak menabraknya. Tiba-tiba hal menakjubkan terjadi. Sebuah aliran angin yang kencang menerjang keluar dari tangan Naruto.
Wuusshh
Mobil tadi terlempar di udara dan berputar 360 derajat sebelum mendarat dengan cukup keras. Semua orang yang melihat kejadian tadi terpana. Naruto sendiri baru saja membuka matanya yang langsung melebar ketika melihat apa yang baru saja dilakukanya terhadap mobil itu.
Keadaan hening sesaat sampai akhirnya tangis histeris dari ibu si gadis cilik membuat semuanya kembali sadar. Beberapa orang berlari ke arah Naruto dan membantu pemuda itu.
"Hiks.. Hiks, terima kasih banyak nak, karena sudah menyelamatkan putriku." Sang ibu dari si gadis langsung mendekap sang anak dan masih menangis.
"Ibu!" teriak gadis kecil tadi langsung memeluk ibunya.
Semua orang yang ada di sana terharu melihat kejadian itu. Tapi ada juga yang terheran-heran bagaimana bisa mobil tadi terlempar?.
Naruto tersenyum. Ia masih belum sepenuhnya mengerti apa yang terjadi, tapi setidaknya ia berhasil menyelamatakan gadis kecil tadi.
"Hiks... Sekali lagi terima kasih, anak muda."
"Sudahlah bibi, tidak usah terus berterima kasih. Lagipula saling tolong menolong adalah kewajiban kita bukan." Naruto tersenyum.
"Tapi, apa kau terluka? Aku bisa membawamu ke rumah sakit." Tawar si wanita yang di respon Naruto dengan ' terima kasih tapi tidak perlu'.
Si wanita tersenyum dan menyuruh putrinya untuk berterima kasih kepada Naruto.
"Arigatou, Onii-chan!" Seru si gadis kecil, tertawa riang sambil memeluk Naruto.
"Hm, lain kali hati-hati ya!". Pesan Naruto sambil nyengir yang dan mencubit pelan pipi tembam kemerahan gadis imut itu. Sedangkan si gadis kecil membalas dengan sebuah anggukan semangat.
Setelah membungkukkan badanya kepada Naruto, anak dan ibu itupun pergi menjauh dari jalan raya. Naruto masih terduduk di jalanan. Beberapa orang memujinya dan berterimakasih kepadanya. Ia melihat pengemudi mobil tadi di bawa ke mobil ambulan yang entah sejak kapan tiba, sepertinya si pengemudi mengalami beberapa luka kecil.
Saat Naruto hendak bangkit seseorang yang sangat dikenalnya berlari ke arahnya sambil menangis, Sakura.
Tanpa pikir panjang, gadis musim semi itu menerjang dan memeluknya erat yang kontan langsung membuat keduanya jatuh terduduk . Isakan kecil terdengar darinya.
" Hiks...hiks... Baka... Baka-Naruto... Hiks.." Racau Sakura.
Walau segalak apapun ia pada Naruto, tapi ia tak pernah bisa menutupi perasaanya di depan Naruto. Ia selalu lemah bila melihat Naruto kesakitan ataupun dalam bahaya.
Gadis itu begitu lega tidak terjadi apa-apa pada pemuda pirang yang begitu nekat itu demi menyelamatkan orang lain.
Pelukan Sakura semakin mengerat, membuat Naruto kaget. Sakura tak pernah seperti ini padanya. Ada sebuah perasaan bersalah kepada Sakura karena membuat gadis pink itu menangis. Tapi di satu sisi ia begitu bahagia karena ternyata ada orang yang mengkhawatirkanya sampai seperti itu. Dengan Perlahan ia membalas pelukan Sakura dengan lembut.
Ia tersenyum lembut. "Gomen, Sakura-chan..."
"Hiks... Hiks... Ja-jangan kau ulangi perbuatan nekatmu itu baka..."
Naruto hanya mengangguk pelan dalam pelukan mereka. Sesaat setelah mereka melepaskan pelukanya, seorang bapak-bapak menghampiri mereka.
"Hei nona, kau harus bangga pada pacarmu karena ia adalah pemuda yang berani".
Mendengar penuturan si bapak membuat keduanya tersipu. Wajah mereka sama-sama memerah.
"Ka-kami tidak pacaran jii-san." Elak Sakura.
"Oh, aku kira kalian pacaran. Padahal jika dipikir-pikir kalian berdua sangat serasi lho!" Bapak tadi berkata dengan jujur.
Mendengarnya, lagi-lagi mereka tersipu.
OoOoOoOoOoOoO
Naruto dan Sakura kembali melanjutkan perjalanan pulang mereka. Sesekali mereka tersipu saat tanpa sengaja bertemu mata, mungkin mereka masih mengingat-ingat apa yang dikatakan bapak tadi.
"Hei Sakura-chan?"
"Hm?" Jawab Sakura dengan canggung
"Terima kasih." Sebuah senyum tulus terpampang di wajah tampan Naruto.
"Terima kasih untuk apa?"
"Terima kasih karena kau mau mengkhawatirkanku dan menangis untuku."
Sakura tersenyum. "Tentu saja. Itu karena kau adalah orang terpenting dalam hidupku, Naruto." Ucap Sakura tanpa sadar.
Naruto memandang Sakura dengan tatapan tak percaya. Matanya yang biru membulat. Tapi tak lama sebuah seringai terpampang di wajahnya.
"Jadi, aku adalah orang terpenting dalam hidupmu ya, Sakura-chan?" Goda Naruto.
Menyadari ucapanya barusan membuat rona merah tipis hadir di pipi Sakura. "Ja-jangan salah paham, baka!"
Naruto tertawa dalam hati. Entah mengapa ia begitu bahagia bisa membuat Sakura merona karena ucapanya. Ia jadi ingin menggoda Sakura habis-habisan.
"Hooo... Naruhodo.. Rupanya Sakura-chan sudah memberi tanda bahwa kau menyukaiku dan menungguku untuk menembakmu ya?" Goda Naruto sambil memainkan alisnya naik turun.
"Si-siapa yang mau ditembak oleh cowok baka sepertimu." Ucap Sakura mencoba mengelak tapi masih belum bisa menghilangkan kegugupanya.
"Lalu kenapa kau gugup, Sakura-chan?"
Wajah Sakura lebih merah dari sebelumnya karena malu dan marah akibat godaan Naruto.
"Sepertinya mulai sekarang aku harus memanggilmu Sakura-koi? Atau Sakura-hime saja, ne, Sakura-hime?"
Blettaakk
Sebuah pukulan melayang dan mendarat di ubun-ubun Naruto. Ia meringis kesakitan.
"Aduuh..."
"AKU BENCI KAU BAKA! BENCI !"
Teriak Sakura yang setelahnya berjalan meninggalkan Naruto sambil menghentak-hentakan kakinya dengan kesal. Wajahnya memerah sempurna karena godaan terakhir yang di ucapkan Naruto tadi.
"He-hei Sakura-chan kenapa malah meninggalkanku? Aku cuma bercanda!" Naruto tanpa berpikir dua kali langsung mengejar Sakura.
Hari ini adalah hari yang tak biasa bagi Naruto semasa ia hidup. Kejadian aneh yang dialaminya tadi takkan pernah terlupakan sampai kapanpun. Banyak hal yang harus ia selidiki setelah ini. Pemuda itu juga masih mengingat dengan jelas kata-kata Nagato sebelum menghilang, ' Gunakan kekuatanmu untuk melindungi orang yang berharga bagimu'.
Entah apa maksudnya ia bisa pikirkan hal itu nanti. Yang terpenting sekarang adalah minta maaf pada Sakura karena jika tidak Sakura bisa mendiaminya selama seminggu bahkan lebih.
TBC
A/N : Fyuuh... Akhirnya kelar juga chapter 1 dari FF NaruSaku multi-chap pertama saya.
Untuk semua pembaca *kalau ada* saya ucapkan terimakasih karena sudah berkenan mau baca fic abal saya ini, maaf kalau ceritanya gaje,banyak salah kata, typo, aneh, jelek, atau sejenisnya. Saya adalah author newbie jadi mohon maklumi jika ceritanya ancur. Saya juga minta bimbinganya pada author FF NaruSaku lain, karena keterbatasan pengetahuan saya dalam menulis, jadi ,pliiiss kasih review, kritik, atau saran jika kalian berkenan.
Oke kayaknya udah cukup bicaranya.
Kalau gitu sampai jumpa di chapter depan ^^.
Regard : Red-volution
