ChanHun fic
EXO © SM Entertainment
EXO's members © Their parents
Warning: AU, OOC, Typo(s), weird, crossdress, etc
.
.
Don't like, don't read
.
.
"Menikah?"
"Iya. Nyonya Park bilang Chanyeol sudah menikah. Kau kapan menyusul, Kris? Ingat waktu masa SMA? Kau selalu mengejek Chanyeol karena tak pernah berhasil mendapatkan pacar; namun kau malah keduluan darinya."
"Aku tidak berpikir untuk menikah muda," ujar Kris, dia mengapit ponselnya di antara kepala dan bahu kanannya, lalu mengambil buku yang tadi digeletakannya di atas meja, "lagipula, belum tentu juga orang yang dinikahinya itu benar-benar dicintainya dan memiliki wajah cantik. Kau tahu sendiri betapa payahnya Chanyeol dalam memilih pasangan, 'kan?"
Orang yang berada di seberang sambungan telepon tertawa renyah, "Sayangnya kali ini kau salah, Kris," Kris sama sekali tak bergeming; kedua matanya fokus pada buku yang terbuka di depannya dan telinga kanannya terfokus pada suara yang keluar dari speaker ponselnya, "kali ini kau harus bertepuk tangan untuk Chanyeol karena dia berhasil menikahi seorang psikiater terkenal; dan saat aku browsing di internet, psikiater muda itu memang memiliki paras wajah yang sangat cantik."
"Mungkin gadis yang menikahinya itu kasihan padanya; apalagi gadis itu seorang psikiater 'kan? Cocok sekali dengan perilaku Chanyeol yang sering kelihatan abnormal."
"Kau masih marah pada Chanyeol, hm? Nadamu terdengar sangat tidak bersahabat tiap kali aku memberikan kabar ataupun membicarakan tentangnya."
"Tentu saja," jika mengingat kejadian memalukan yang terjadi semasa SMA dulu, Kris rasanya ingin berlari ke tempat di mana seorang Park Chanyeol berada, dan memukulkan kepalan tangannya dengan keras pada wajah yang selalu tersenyum tanpa dosa itu, "dia mempermalukanku di depan semua orang pada saat upacara kelulusan. Tentu saja aku masih marah—tidak, lebih tepatnya dendam padanya."
"Jangan begitu. Aku yakin dia tidak sengaja mempermalukanmu di upacara kelulusan waktu itu—atau lebih tepatnya tak menyadarinya," andai Kris bisa percaya perkataan dari temannya ini. Hanya saja, senyum tanpa dosa yang ditampakkan oleh Chanyeol sehabis mempermalukannya itu masih terbayang dengan jelas di dalam pikirannya, "Ah, ya! Aku yakin saat ini kau sedang sibuk, jadi aku langsung saja ya. Nyonya Park bilang dia ingin kita semua mengunjungi Chanyeol dan istrinya, jadi apa kau bisa? Tidak sama-sama juga tak apa, yang penting bisa mengunjungi mereka berdua."
"Nanti kucoba mengatur waktu."
"Baiklah. Selamat bersenang-senang dengan bukumu, Kris!"
Sambungan telepon diputus.
Kris kembali pada rutinitasnya semula.
Dia tak berpikir untuk mengunjungi Chanyeol dan istrinya yang katanya psikiater muda yang cantik itu. Rasa malunya pada saat upacara kelulusan dulu benar-benar sangat membekas di dalam otaknya; rasanya jika ia melihat wajah Chanyeol dengan cengiran lebar tanpa dosanya itu, ia bisa meledak kapan saja.
Mungkin kalian sedang bertanya-tanya kejadian macam apa yang membuat Kris sampai benar-benar membenci seorang Park Chanyeol, sampai ia tak mau mengunjungi teman semasa SMA-nya itu.
Yah, hanya masalah sepele saja. Saat itu Kris akan berjalan ke podium untuk mengambil sertifikat kelulusannya. Entah sengaja atau tidak (Chanyeol mengaku jika dia tidak sengaja melakukannya), kaki kiri Chanyeol menghalangi jalannya (dan dia tidak melihat karena terlalu berfokus pada podium yang ada di depannya), dan membuatnya terjerembab dan mengeluarkan darah dari kedua lubang hidungnya.
Sakit? Tentu saja. Namun rasa sakit itu tak sebanding dengan rasa malu yang dirasakan oleh Kris. Padahal hanya sekali dalam seumur hidup masa kelulusan SMA itu dapat dirasakannya, namun masa kelulusan SMA itu malah menjadi momok menakutkan bagi Kris sendiri.
Saking malunya, ia sendiri sampai pura-pura pingsan di tempat seketika itu juga.
Terima kasih pada Park Chanyeol dan kaki kirinya yang telah membuat Kris jatuh dan mengeluarkan darah dari kedua lubang hidungnya hingga membuat penampilannya jadi kurang sempurna pada saat itu. Penyerahan sertifikat itu sampai harus diwakilkan, hingga saat dimana ia mendapatkan sertifikat kelulusan itu sendiri dan momen tersebut diabadikan dalam foto pun tak terwujud.
"Park Chanyeol sialan," Kris mengumpat sambil menutup buku yang tadi dibacanya. Ia tak bisa fokus lagi membaca apa yang ada di depannya; bayangan saat Park Chanyeol membuatnya jatuh saat ia akan pergi ke podium itu terus membayangi dirinya.
"Sudah kubilang, aku tak tertarik untuk datang menemui Park Chanyeol beserta istrinya."
"Oh ayolah, mereka pasti menantikan kunjunganmu juga, Kris."
Kris menghela napas, "Byun Baekhyun, aku tahu kau sahabat baik Park Chanyeol, dan aku selalu tahu kalau kau selalu ada dipihaknya dan selalu membelanya karena dia merupakan sahabat terbaikmu sekaligus cin—"
"Oy!"
Kris mengambil daging sapi segar, "—ta pertamamu. Tapi kau tak bisa memaksaku. Paham?"
"Kris! Tidak bisakah kau membuka hatimu? Sedikiiiiiit saja!"
"Kau—"
Lalu Kris dapat merasakan bahwa tubuhnya menabrak sesuatu dan membuat sesuatu itu terjatuh ke lantai supermarket yang menggunakan marmer.
Kris spontan menutup telepon dari Baekhyun dan berjongkok saat melihat bahwa sesuatu yang tadi ditabraknya adalah seorang wanita muda, ia mengambilkan belanjaan wanita itu, lalu membantu wanita itu berdiri dan menyerahkan belanjaan milik wanita itu, "Maaf! Saya tadi sedang menelepon teman saya, jadi saya tidak fokus saat sedang berjalan," ia membungkuk 45 derajat.
"Ah, tidak apa-apa. Saya juga tadi salah karena terlalu fokus membaca daftar belanjaan milik saya."
Kris mengangkat kepalanya
Ya. Tuhan.
Apakah malaikat baru saja turun ke bumi? Dengan tinggi semampai, bibir merah muda yang mungil, dan senyum kecil yang terpatri di atasnya, Kris dapat merasakan kalau hatinya berdetak dengan sangat keras. Dentumannya hampir saja membuat tangannya naik ke atas untuk memegang dada yang sebentar lagi rasanya akan robek oleh jantungnya yang serasa ingin melompat ke luar.
Lupakan mengenai masalah Park Chanyeol. Sudah saatnya bagi Kris untuk menjalani hidup baru. Hidup tanpa teringat beban masa mudanya. Hidup dengan menggapai sang malaikat yang tersenyum manis di depannya.
"Aku akan berdoa malam ini."
TBC
