Awal masuk SMA, pasti banyak klub atau organisasi akan berubah menjadi cewek-cewek cabe. Itu maksudnya mereka sedang mempromosikan klub atau organisasi mereka. Mereka akan mendatangi kelas para adik kelas satu per satu. Tetapi, karena ini adalah hari pertama masuk sekolah, mereka semua akan berdiri manis di halaman depan sekolah. Memaksa kehendak terus suka mujinya kelewatan seperti ini.

"Ih... adek... kamu tinggi banget.. ganteng lagi... Ikut klub drumband kami dong~ nanti para cewek pasti naksir." Ucap seorang cewek yang sedang berbicara kepada pemuda bersurai putih. Pemuda itu merasa risih karena baru kali ini kemampuan misdirection nya hilang. Mungkin cewek ini memiliki mata yang hebat. Dia langsung meninggalkan cewek berambut hitam yang rambutnya diikat satu itu. Basket? Oh, dia memang direkrut dari sekolah bernama Teiko, sekolah yang sekarang berada di depan mata abu-abunya. OSIS?! OGAH..! Udah kapok ketemu tugas yang merepotkan itu. No way.

Di pojokkan jalan, sepasang mata sepertinya sedang mengincari pemuda itu. Seorang guru berambut panjang dan wajahnya seperti cewek barusan.

Kita beralih ke sepasang kekasih yang sedang berjalan ke suatu tempat –mungkin mencari klub atau organisasi kesukaan mereka. Yang satunya bersurai kuning sedikit gelap, yang lebih pendek memiliki ciri-ciri berwajah oriental yang manis dan berambut hitam. "Nee nee, Kiyo-chan, kamu mau masuk apa?" Yang bersurai hitam bertanya kepada sang kekasih.

"Oh, aku tidak tahu. Kalau basket sih pasti iya karena aku direkrut. Tapi sepertinya aku mau masuk OSIS lagi. Kalau Shun?" Jawabnya sekaligus bertanya.

"Heeh.. sepertinya aku tidak ikut basket lagi. Kakak juga menyarankanku masuk klub drumband, tapi aku nggak mau. Aku ingin menjadi DJ di SMA Teiko Radio. Karena sekolah baru harus mengisi hal yang baru. Kitakor- aduh! Jangan mencubit pipiku, Kiyo-chan..!"

"Kalau masih buat pantun lagi, aku cium kamu."

Oke, beralih ke lainnya. Kita abaikan abang kelas yang berwajah gorila –yang tadinya membagikan brosur—menangis meraung-raung karena melihat kejadian yang tidak bagus dilihat untuk seorang jomblo.

Seorang pemuda berambut hitam yang lumayan monyo- yang lumayan tinggi berjalan menuju gedung sekolah. Ganteng, mayan lah. Bisa buat tante-tante girang atau para cabe klepek-klepek lihat matanya yang begitu tajem. Pemuda itu membawa tiga formulir yang diambilnya di berbagai tempat klub. Ada OSIS, karate, basket. Borong aja tuh semua nya dek.

Bukan, bukan. Karate dan basket yang menjadikan pemuda itu bisa masuk ke sekolah nomor satu di daerahnya. Tetapi, kalau OSIS itu karena paksaan dari seseorang. Mantan abang kelasnya yang memakai kacamata dengan lensa berbentuk oval. Yang itu lho, yang suka ngomong "d'aho" itu. Entah mengapa orang itu memang selalu mengincari pemuda monyong ini.

"Elu pokoknya masuk OSIS kalau enggak gua meminta izin Pak Shirogane untuk nambahi latihan elu tiga kali dalam seminggu." Busyet dah. Ini memang takdir sialnya.

Mereka bertiga, dipertemukan oleh Tuhan dalam organisasi yang biasa disebut OSIS.

.

.

Setiap calon anggota pasti melewati masa MOS. Lumayan merepotkan, tetapi itu membangun sifat kerjasama dan saling menghargai. Di situ juga para senior bisa mendata para calon anggota. Banyak yang mengundurkan diri karena tidak kuat dengan tekanan di sana. Tetapi mereka bertiga masih bertahan karena sudah pernah mengalami hal yang seperti ini. Tidak, yang bernama Nijimura itu sebenarnya paksaan dari salah satu seniornya, dan pemuda bernama Mayuzumi terpaksa karena salah satu guru menyuruhnya.

Siapa sangka kalau mereka mengajukan diri menjadi seksi keamanan dan ketertiban di organisasi terebut. Para senior setuju-setuju saja karena sifat mereka memang cocok di bagian itu. Sifat Nijimura yang tegas dan bisa menghajar siapapun tanpa pandang bulu, sifat Miyaji yang hot-blooded, dan sifat Mayuzumi yang ngomongnya ceplas-ceplos dan biasanya omongan dia bisa menurunkan mental seseorang.

Tetapi mereka harus menghadapi sesuatu yang sangat berat.

Ya, stressing.

Ketika mereka bertiga sedang berkumpul di ruangan OSIS karena disuruh senior. "Ah, bikin stress emang kalo yang itu." Ucap Nijimura. Tetapi ada yang sedikit tidak setuju dengan ungkapan Nijimura.

"Yah tapi itu ketahuan siapa yang mentalnya rendah di sini." Sahut pemuda berambut kuning. Mayuzumi hanya mengangguk-angguk. Matanya masih terpaku dengan novel yang dibeli nya kemarin.

Baru saja percakapan itu selesai,

BRUK...

Pintu ruangan itu terbuka secara kasar. Seorang, ah beberapa senior memasuki ruangan itu. Trio NijiMayuMiya langsung berdiri dari kursi dan menunduk. Ini adalah kegiatan yang dibicarakan mereka tiga barusan. Stressing.

Sial, hari ini terlalu sial. Masalahnya yang masuk ke ruangan itu adalah Bang Hanamiya dan kawan-kawannya yang berandal.

Banyak suara-suara yang berisik dan bisa membuat mental jatuh drastis. Suara pukulan papan tulis, kursi yang jatuh, lemparan barang yang hampir mengenai mereka, hal itu yang tidak asing bagi mereka. Tetapi tetap saja mereka takut. Luar biasa kegiatan ini.

"KALIAN SEMUA UDAH JADI PAHLAWAN MAU MASUK SEKSI KETERTIBAN...?!" Suara bang Hanamiya yang kasar berdengung di telinga para adik kelas. Semua nya terdiam, tidak mau jawab.

"KALIAN SEMUA INI BATU ATAU APA,, HAH...?!" Suara salah satu temannya –mereka tidak tahu siapa karena mereka sedang menunduk—juga ikut membentak. Akhirnya mereka menjawab pertanyaan orang itu. "Iya, kak."

"Oh,, Hanamiya." Orang itu memanggil sang ketua seksi ketertiban –Bang Hanamiya—dengan jari telunjuk di tangan kanannya menunjuk Miyaji. "Ini nih. Ini kan mantan adik kelas elu waktu SMP." Mampus kuadrat, batin Miyaji. Padahal dirinya sudah memastikan bahwa Bang Hanamiya sudah lupa dengan dirinya. Walaupun itu mustahil karena Bang Hanamiya juga anggota OSIS waktu masa SMP nya.

"Oh,, ini Miyaji kan?" Tanya Bang Hanamiya sambil mendekati pemuda bersurai kuning itu. Tatapannya sangat mengintimidasi. Tangannya sudah siap mendorong Miyaji, dan itu benar-benar dilakukannya. Miyaji akhirnya terjatuh dan tubuhnya mengenai ujung kursi yang berada di belakangnya.

"ELU UDAH MERASA LEBIH HEBAT DARI GUA...?!" Bentakan Bang Hanamiya luar biasa keras. Nyali Miyaji sedikit menciut. Miyaji takut menjawab. Bang Hanamiya pun langsung emosi. "njing. Anak sekarang memang sombong." Bang Hanamiya pun meninggalkan Miyaji yang masih duduk di lantai.

Sang ketua seksi ketertiban pun melihat adik kelas berambut abu-abu. Yang merasa dipandang masih memasang wajah datarnya.

"Oh, ini nih yang direkomendasikan sama guru-guru tapi nggak ikut MOS sekolah..?!" kampret gua ketahuan, batin Mayuzumi. Keringat dingin keluar dari pori-pori kulitnya. Dia tidak ikut MOS sekolah karena dirinya sakit cacar ketularan adiknya. Padahal dia sudah izin ke guru-guru. Iya sih, memang nggak adil ikut MOS. Dengar dari curcolan teman monyongnya (baca aja Nijimura) yang kedengarannya menyiksa, Mayuzumi mengerti kesengsaraan para anak-anak kelas satu.

"ELU CINTA NGGAK SAMA SEKOLAH INI,, HAHH...?!" Bang Hanamiya membentak Mayuzumi. Tetapi Mayuzumi tetap memasang wajah madesu nya. Eits, tapi takut dibilang kayak batu lagi, akhirnya pemuda itu menjawab. "Cinta bang.."

Bang Hanamiya langsung menarik lengan Mayuzumi dan pergi menuju tepi ruangan. Bang Hanamiya mengangkat kepala Mayuzumi yang tadinya tertunduk. "ELU CIUM TEMBOK INI. SEKARANG...!"

Nijimura dan Miyaji –yang mendengar ucapan Bang Hanamiya—menahan tawanya. Cinta sih cinta, tapi nggak usah gini juga kalee. Rupanya enak banget ya kalo stressing adik kelas.

Mayuzumi pun melakukan apa yang diperintahkan oleh abang kelasnya. Segera, ia mencium tembok-chan dengan kasih sayang. Senior yang lainnya hanya diam –malah salah satunya asyik dengan permen karet. Dua adik kelas yang masih menunduk mencoba melirik ke arah Mayuzumi yang masih asyik mencium tembok-chan dengan seduktif. Akhirnya satu tawa berhasil lolos dari mulut salah satu dua anak itu.

PFFFTTTT...

Ya, orang itu adalah Nijimura. Dirinya sudah tidak tahan dengan tingkah Mayuzumi yang terlalu mengikuti perintah Bang Hanamiya. Yah, kalo dirinya menjadi pemuda itu, pastinya dia juga akan melakukan hal yang sama. Miris.

Bang Hanamiya mendengar tawa Nijimura, langsung menghampiri pemuda itu. Kepala Nijimura semakin menunduk, takut ditendang atau didorong seperti Miyaji.

"Elu kenapa ketawa...?! Udah merasa hebat..?!" Tanya Bang Hanamiya dengan suara yang mengintimidasi. Nijimura terdiam sebentar, mencoba mencari alasan. Memaksakan otak-otaknya untuk mengolah kata-kata yang sopan dan bisa meredakan amarah Bang Hanamiya.

Tiga puluh detik sudah berjalan, otak Nijimura sudah berjalan.

"Nggak bang. Gigi saya begetar..." Dengan polosnya, alasan itu keluar dari mulut monyongnya.

KRIK

KRIK

KRIK

PFFFFFTTTTTTT...

Sontak semua senior selain Bang Hanamiya menahan tawa mereka. Bang Hanamiya facepalm. Dirinya berpikir kenapa Jupe merekomendasikan anak yang kampret seperti ini. Alasannya bego banget.

Emosi nya mereda, sudah kehabisan bahan kayakanya. Akhirnya Bang Hanamiya memberikan kode ke semua untuk meninggalkan tiga anggota kelas satu. Tidak ada pesan apapun, hanya ditinggalkan dimana semua anak masih menundukkan kepalanya.

Sudah ditinggalkan, gelak tawa terdengar di ruangan itu.

Bego-bego tapi jadi dewi fortuna bagi temannya.

TBC~


Akhirnya selesai juga :v

Ini cerita ane dengar dari teman saya. Jujur, stressing membuat ane menjadi stress. Saya nggak ikut OSIS sih, tapi saya ikut ekstrakulikuler Drumband /ONE B*ND ONE V*ICE...! (Semboyan drumband sekolah ane) :v. Yah itu adalah mimpi terburuk sekaligus kenangan terindah buat ane. Apalagi ane masih ingat kalo ane nangis pas stressing. Malu nya itu lho, hiks.

Jaa~