Gundam Seed/ Destiny © Fukuda.

Standard warning for rated-T fics is applied.

Enjoy the story!

000

L

By : Naw d Blume

000

"Hi… Hibi… Hibiki-senpai…"

Sepasang mata amber menatap tajam dua orang yang berani menyebut nama keluarganya : dua orang pemuda kecil berpakaian super rapi dan berkacamata tebal –adik kelasnya.

"Apa?!" Tanpa sungkan, gadis berambut pirang pemilik sepasang mata itu membentak keduanya.

Sebuah tangan yang gemetar dan sedikit berpeluh terulur di depannya. Ada amplop berwarna pink di sana.

"Su… surat untuk Cagalli-senpai."

Cagalli mengambil surat itu dengan sedikit kasar. Kedua adik kelasnya langsung kabur ketika surat itu sudah berpindah tangan. Mereka tidak berdiri berlama-lama di depan gadis itu –tak menunggu sekadar ucapan terima kasih darinya. Cagalli Hibiki, seorang gadis berusia 18 tahun dan tengah menduduki bulan-bulan terakhirnya sebagai siswi Orbu High. Ia memiliki rambut pirang sebahu yang tampak selalu berantakan dan mencuat di sana dan sini. Baju yang digunakannya pun demikian, jarang dimasukkan ke dalam rok-sekolah-lima-centi-di-atas-lututnya. Dasi yang seharusnya dipasangkan dengan seragamnya tak pernah diikatkan. Dari deskripsi dirinya saja, kita pasti langsung menyimpulkan bahwa ia adalah preman sekolah. Yah, ia memang preman sekolah, ditakuti oleh hampir semua penghuni sekolah.

Cagalli melihat surat di tangannya tanpa rasa tertarik. Aroma mawar menguar dari surat itu. Ia memasukkannya ke dalam saku bajunya, kemudian berjalan menuju kelasnya bak seorang penguasa sambil sesekali memelototi orang-orang yang menatapnya.

"Apa liat-liat?!"

Yah, jomblowati kita ini memang tomboy dan bertemperamen tinggi. Aura panas neraka ada di sekitarnya. Bertatapan dengan mata ambernya? Rasakan panasnya neraka dunia.

000

"Elsman-san… kami sudah menyerahkan surat itu kepada Hibiki-senpai."

"Bagus. Nih ambil."

Sebuah amplop hitam dilemparkan oleh seorang pemuda tan berambut pirang kepada dua orang teman sekelasnya. Isi amplop hitam itu adalah berbagai macam foto yang dapat digunakan untuk me-blackmail kedua siswa itu. Keduanya segera pergi dengan tergesa begitu mendapatkan amplop itu –tak ingin berlama-lama berada di dekat dirinya dan kawan-kawannya.

Saat ini, si tan berambut pirang yang bernama Dearka Elsman itu tengah berkumpul bersama tiga orang kawannya –Yzak Joule, Athrun Zala, dan Nicole Almarfi. Dearka dan Yzak adalah preman diantara semua siswa kelas satu. Keduanya cukup terkenal, meskipun masih kalah tenar dibandingkan kakak kelas mereka, Cagalli Hibiki. Ibarat matahari dan bintang, sama-sama benda langit yang menguarkan cahaya, Cagalli seperti matahari sementara keduanya seperti bintang kecil yang berkelap-kelip. Dengan adanya matahari, bintang tak tampak. Well, tunggu beberapa bulan lagi sebelum mereka menjadi bintang yang bersinar sangat terang dengan ketiadaan Cagalli di Orbu High. Calon penguasa sekolah yang baru hampir sampai pada singgasana mereka.

Dearka, Yzak, Athrun, dan Nicole telah bersama sejak masa kanak-kanak mereka –sahabat kental atau apa lah namanya. Masing-masing dari mereka memiliki sesuatu yang dapat dibanggakan. Dearka dan Yzak mahir dalam bidang olahraga dan beragam beladiri. Tidak mengherankan bila keduanya tidak takut untuk menindas oang lain karena keduanya mampu bertahan dari tindasan apapun yang melanda mereka. Well, kecuali mungkin dari tindasan Cagalli yang terkenal cukup sadis. Athrun, paling jenius diantara mereka semua. Ia adalah ahli di bidang akademis, terutama Matematika dan Sains. Berulangkali memenangkan kompetisi akademis sejak masih di sekolah dasar. Tamu yang berkunjung ke rumahnya dapat melihat deretan piala yang dipajang di dinding ruang tamu. Sementara Nicole… ia adalah pemain musik yang berbakat. Sebutkan nama salah satu alat musik, maka ia akan sanggup memainkannya dengan baik setelah belajar beberapa hari. Ia pun dapat memainkan karya Beethoven dengan sempurna di umurnya yang masih belia.

"Nah, surat itu sudah sampai ke tangan gebetanmu. Pokoknya, besok kau harus datang." Dearka berkata pada salah seorang dari ketiga teman yang memandanginya –si pemilik surat beraroma mawar.

"Cih, you will be a chicken for the rest of your life kalau tidak datang," Yzak menambahkan.

Keduanya pun ber-high five.

000

Teeet… teeet… teeet…

Bel tanda berakhirnya pelajaran hari itu membuat Cagalli terbangun. Hal biasa. Setelah mengucek-ucek matanya, ia memasukkan buku-buku di mejanya ke dalam tas perlahan. Teman-teman sekelasnya tampak telah siap keluar kelas. Ia menunggu kelas sepi sebelum keluar kelas. Ia benci sekali jika harus berdesak-desakan di lorong sekolah. Uhm, meskipun sebenarnya ia tak perlu berdesakan karena orang lain akan segera menyingkir dan memberinya jalur.

Kruyuuuk… kruyuuuk…

Perutnya yang rata tiba-tiba saja berbunyi seolah minta diisi. Ia berdiri sambil menguap kecil. Berjalan ke pintu, ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku roknya. Bibirnya sedikit maju dan bersiul-siul. Ketika ia berbelok untuk keluar, ia tersentak.

"Kalian mengagetkanku saja!"

Tiga orang dengan binar-binar mata penuh rasa ingin tahu tampak memandanginya. Mirialia Haw, Lacus Clyne, dan saudara kembarnya, Kira.

Mirialia Haw atau akrab disapa Milly adalah teman sepermainan sekaligus sahabat Sang Preman sekolah. Dalam tiga tahun kehidupannya di Orbu High, ia telah menyabet beberapa penghargaan atas hasil fotografinya –salah satu hobinya. Lacus adalah seorang gadis yang mendapatkan banyak apresiasi masyarakat untuk suara emasnya. Dengan suara yang lembut, banyak orang yang memujinya sebagai penyanyi bersuara malaikat. Dengan wajah innocent dan rambut pink muda panjangnya, ia memang seperti seorang malaikat tanpa sayap. Dan beruntungnya, ia adalah salah satu dari segelintir orang yang bisa bertahan bergaul dengan Cagalli. Dan Kira… Kira Hibiki adalah saudara kembar dari gadis preman kita. Berbeda dari kembarannya yang urakan dan berantakan, Kira merupakan orang yang rapi dan selalu tertata. Otaknya sangat encer sehingga ia sering mewakili sekolah mereka di berbagai kompetisi akademik tingkat regional, nasional, maupun internasional.

Ketiga orang yang memandanginya tidak tampak takut dengan sentakannya. Wajah tanpa rasa bersalah mereka bahkan mulai membuatnya was-was. Instingnya mengatakan bahwa suatu hal yang kurang menyenangkan pasti akan terjadi. Dan… instingnya itu belum pernah salah.

"Apa?!"

Dengan senyum lebar, Milly berkata, "Cags, aku mendengar kabar burung yang mengejutkan."

Lacus menggeleng-gelengkan kepalanya, "Lebih tepatnya kabar yang menyenangkan," katanya mengoreksi.

"Seseorang memberikanmu sebuah surat, kan?"

"Aku yakin, itu pasti surat cinta…"

"Ohhh… Cagalli akhirnya dewasa juga."

Bla… bla… bla…

Cagalli tak mengerti apapun yang dikatakan oleh kedua orang sahabatnya itu. Sungguh… surat? Kedewasaan? Cinta… apa yang mereka maksud? Tampaknya, tekanan sebelum menghadapi ujian akhir telah membuat konslet otak keduanya. Dengan penuh rasa bingung, Cagalli melirik saudara kembarnya –satu-satunya di antara ketiga orang di depannya yang tidak histeris mengungkapkan hal-hal yang tidak ia mengerti. Seperti sebuah koneksi internet, keduanya pun terhubung satu sama lain melalui benang tak kasat mata. Kira serta merta mengerti lirikan mata saudara kembarnya itu. Sebut saja hal ini sebagai intuisi saudara kembar.

"Errr… girls… aku pikir, Cagalli tidak mengerti dengan yang kalian bicarakan." Dengan suara yang penuh dengan ketidakpastian, Kira menghentikan squeals Milly dan Lacus.

"Ya. Aku tidak mengerti apa yang sedang kalian bicarakan ini. Bisa kalian jelaskan?" Cagalli menguatkan pemikiran Kira.

000

Ingatan tentang dua orang siswa berkaca mata tebal berkelebat dalam kepalanya. Surat beraroma mawar di saku bajunya!

"Ah! Ini yang kalian maksud?" ia mengeluarkan sebuah amplop pink dari sakunya, menunjukkan pada ketiga orang di depannya.

Surat itu serta merta menguarkan aroma lembut mawar, "Oh, pantas saja aku merasa mencium aroma mawar sejak tadi. Ternyata inilah sumbernya. Aku bahkan memukul Heine karena kupikir dia menggunakan parfum berlebihan."

Heine Westenfuss adalah salah seorang teman sekelas Cagalli yang duduk di depannya. Ia cukup terkenal sebagai seorang playboy yang gemar mengoleksi parfum berbagai merek. Bukan salahnya jika ia mengira pemuda itu mengenakan parfum berlebihan.

"Cags, siapa yang mengirimkan surat ini?" Kira bertanya penuh rasa ingin tahu.

"Aku tidak tahu. Aku belum membukanya."

Hmmm… kata-kata yang salah. Begitu Cagalli menjawab, tiga pasang mata penuh keterkejutan memandanginya tidak percaya. Bagaimana mungkin ia tidak membuka surat itu? Gadis normal akan segera membuka surat yang diberikan pada mereka dengan penuh antusias. Respon Cagalli… aneh.

"Hah?"

"Aku belum membukanya." Cagalli mengulangi perkataannya datar.

"Apa? Kalau begitu, ayo buka sekarang. Boleh, kan?"

"Oh, buka saja. Aku tidak apa-apa."

Lacus membuka amplop pink itu perlahan-lahan karena takut merusak isi dari amplop itu. Milly, Lacus, dan Kira segera melihat tulisan pada selembar kertas dalam amplop. Sementara mereka membaca dengan penuh rasa ingin tahu, si pemilik surat malah menyingkir dan duduk di salah satu bangku yang tersedia tidak jauh dari tempat mereka berdiri.

'To : Cagalli Hibiki

Temui aku di pintu masuk Mechanize Fair besok pukul 10.00. Aku akan menunggu.'

Mata Milly berkilauan sebelum berlari kecil ke arah sahabat berambut pirangnya dan duduk di sampingnya, "Cags... kau harus datang ke Mechanize Fair besok pukul 10.00!"

Cagalli cemberut, "Hey, kenapa harus? Hari Minggu adalah waktu berharga. Lagipula aku berencana ke sana hari Senin. Hari Minggu pasti ramai sekali."

Lacus turut mendekat, "Ayolah, sekali ini saja," katanya memberikan dukungan terhadap Milly.

"Tidak." Cagalli menjawab dengan tegas, "Besok, aku akan membantu Kira membersihkan mobil."

"Bersihkan saja di tempat pencucian mobil," ucap Milly mencoba memengaruhi sahabatnya yang keras kepala itu.

Cagalli menggeleng-gelengkan kepala sebagai ganti kata 'tidak' berulang kali. "Jeep itu terlalu berharga. Kami akan membersihkannya sendiri. Kira?" ia kemudian menatap Kira agar setuju dengan dirinya. Dari matanya, ia mencoba membujuk Kira untuk mengatakan 'iya' sehingga ia tak perlu pergi pada hari Minggu. Sesenang apapun ia dengan benda-benda mekanis dan robot, ia tak ingin mengorbankan mobil jeep kesayangannya. Jangan biarkan tempat pencucian mobil membersihkan jeep itu seolah jeep itu hanya barang tak berperasaan!

Lacus berjalan ke arah Kira yang masih berdiri di dekat pintu masuk ke kelas Cagalli. Ia melingkarkan lengannya di lengan pemuda berambut cokelat itu. "Kira, kau mendukung Cagalli untuk pergi, kan?"

Kira tak akan mengorbankan saudara satu-satunya, kan? Kan?

"Errr…"

000

Cagalli keluar dari mobil dengan wajah masam. Sambil mengeluh pelan, ia menatap Kira yang baru saja keluar dari pintu kemudi.

"Kira… Ini semua salahmu."

"Hey, kenapa salahku?" Kira panik. "Kau pun akan melakukan hal yang sama jika menghadapi situasi yang sama," tambahnya.

Cagalli memutarkan bola matanya tanda kesal, "Huh. Terserah. Ini semua salahmu. Kau harus membersihkan jeep kita sendiri. Sendiri. Jangan bawa ke tempat cuci mobil."

"Tapi..."

"Tidak ada tapi!" ucapnya sembari masuk ke rumah.

Kira mengikuti di belakangnya, "Cags…"

000

TO BE CONTINUED

000

L for Letter

000

Errr… gimana menurut kalian? Cuma dua chapters, kawan… Aku harap kalian rela meluangkan beberapa menit untuk memberikanku sekadar pendapat juga CnC :)

000