AS LONG AS YOU LOVE ME

.

Naruto miliknya Masashi Kishimoto, kalau punyaku pasti gak bakal laku XD

Rated: T

Warning: AU, OOC akut, Typo(s), tidak sesuai EyD, Gaje, Abal, dan sederet kekurangan lainnya

Genre: Romance dan sedikit humor garing

.

Dedicated for Mitsuki Ota

.

Gak suka? Ya, gak usah baca. Gitu aja kok repot.. ^^V

.

Happy reading ^o^

.

"Ini semua yang harus kalian kirim, ingat jangan salah alamat! Kalian berdua hapal kan semua jalanan di kota ini?" Shikamaru menginterupsi kedua junior barunya dengan tatapan yang dihoror-hororkan.

Hari ini dia kedatangan tugas yang menurutnya sangat merepotkan. Mengurus pegawai baru. Padahal rencananya pagi ini dia ingin duduk santai di ruangannya sambil tiduran.

"Hn" Dua junior yang sebelas dua belas itu hanya menjawab singkat.

Shikamaru mengernyit, "Motor sudah kami siapkan. Ini kunci kalian." ujarnya kemudian sambil memberikan dua kunci motor untuk mereka.

Tugas mereka memang menuntut untuk memiliki kendaraan. Dan untungnya sekarang pemerintah dengan senang hati bersedia memberikan motor dinas pada pegawai rendahan seperti mereka. Kalau tidak? Masa mereka yang memang hanya memiliki gaji kecil disuruh untuk beli motor lagi? Terpaksa deh harus jalan kaki atau naik sepeda ontel . Ngomong-ngomong sepeda ontel nih, Shikamaru kangen banget sama sepeda ontel pertamanya waktu kerja di sini jaman doeloe banget. Sayang tuh sepeda udah musti dimuseumkan gara-gara dicium sapi dengan kasarnya. huh, kasian banget kan tuh si ontel?

"Hn." Lagi-lagi kedua juniornya itu menjawab dengan sangat-sangat irit.

Shikamaru memandangi mereka berdua dengan seksama, sampai bikin yang punya muka ngerasa kalau itu senior gak normal. Gimana gak? Tuh senior mandanginnya udah kayak adegan yaoi di manga terkenal yang sering banget di baca sama kedua junior itu. Salahkan saja otak otaku plus mesum mereka yang kelewatan.

"Jangan pasang wajah begitu kepada pelanggan." kata Shikamaru sambil mencoba mengembalikan image-nya sebagai senior.

"Hn."

Shikamaru mendesah pelan. Mimpi apa sih dia tadi malam sampai langsung dapat dua bawahan yang hampir sama? Sama-sama minim ekspresi. Sama-sama irit kata. Dan sama-sama hobi bilang 'Hn'.

Kali ini Shikamaru yang terkenal paling jenius se-tanah abang itu malah berpikir kalau mereka YAOI. Liat aja bunga-bunga yang bertaburan di antara mereka plus background matahari terbit yang tiba-tiba muncul di mata si senior nanas itu. Ya ampun, andai dia bisa membaca pikiran kedua juniornya mungkin dia bakal tahu kalau yang dikira yaoi itu justru dia. Ketahuan banget kan kalau mereka bertiga sebenarnya punya hobi yang sama, sama-sama suka baca manga atau nonton anime yaoi, sama-sama fujoshi.

"Apa anda sudah selesai?" ujar salah satu junior yang memiliki rambut merah memecahkan kesunyian di antara mereka.

"Ah, ya. Aku sudah selesai. Silahkan pergi."jawab Shikamaru yang sudah kembali ke dunia nyata.

Tanpa berkata apa-apa lagi kedua junior itu pergi dari ruangan kecil yang sangat pengap itu.

"Eh… tunggu dulu, aku lupa, siapa nama kalian?" Suara senior pemalas itu kembali menggema saat kedua juniornya baru mencapai pintu keluar.

Mereka berdua berhenti dan menoleh,

"Gaara." jawab si rambut merah.

Si rambut emo biru dongker menaikkan alisnya, "Sasuke."

"Oke, silahkan pergi."

.

.

To: Hyuuga Hinata

Jln. jungkir balik No 75 RT 90, Konoha timur, 78116

Sasuke membaca salah satu surat yang harus diantarnya. Dalam hati dia bertanya-tanya kenapa di jaman serba canggih begini masih ada juga yang mau ngirim surat. Padahal pakai e-mail kan jauh lebih mudah, murah dan praktis. Lagi pula kan capek juga ngantarin surat selembar doang jauh banget. Sayang bensin, sekarang bensin di mana-mana mahal, belinya harus ngantri lagi.

Sasuke benar-benar tidak sadar, kalau tidak ada lagi yang mengirim surat berarti tidak ada lagi tukang pos, dan itu berarti Sasuke harus mencari kerjaan lain. Padahal dia tahu sekarang mencari pekerjaan itu benar-benar sulit sejak terjadinya krisis yang disebabkan oleh pemanasan global yang sempat membuat es di kutub utara mencair. *?*

Sambil terus mengingat alamat tujuannya, Sasuke mulai menjalankan kembali mesin motor dinas yang baru dia dapatkan tadi pagi. Suara motor berwarna orange ngejreng itu menggema di seluruh jalanan yang ramai. Untung saja Sasuke terlahir menjadi pemuda minim ekspresi, kalau tidak dia bisa-bisa bertingkah konyol waktu melihat motor dinasnya ternyata benar-benar pantas untuk dimuseumkan.

Akhirnya dengan perjuangan yang mengorbankan kesabaran, keberanian, kekuatan dan ketidak etisan, motor yang hanya memiliki kecepatan maksimal 20km/jam itu bisa juga sampai pada tujuannya. Rumah yang dia tuju cukup besar dan terlihat tradisional. Sasuke menerka-nerka kalau semua penghuni rumah itu sangat tradisional, sehingga sangat pantas kalau mereka masih menggunakan surat untuk berkomunikasi.

Karena tidak berhasil menemukan kotak pos yang biasanya ditaruh di depan rumah, Sasuke menekan bel rumah tersebut. Sambil menunggu pintu dari bahan kayu yang Sasuke tidak tahu namanya itu dibuka, dia memikirkan bagaimana isinya penghuni di rumah itu. Yang ada di pikirannya adalah nenek-nenek yang sudah renta bersama suaminya yang juga sudah kakek-kakek. Dan mungkin bersama seseorang yang mengurus mereka.

"I…iya tunggu sebentar." Akhirnya ada suara sahutan dari dalam saat Sasuke berkali-kali menekan bel dengan beringasnya. Dia kan masih punya banyak kerjaan, jadi harus cepat-cepat pergi.

"Umm… a…ada apa ya?" Suara pintu yang terbuka dan diiringi oleh suara wanita menggelitik pendengaran Sasuke. Saat ini dia memang tidak sedang menghadap pintu tersebut. Perlahan-lahan bagaikan sebuah gerakan slow motion yang ada di beberapa film action Sasuke mengarahkan pandangannya menuju seseorang yang membukakan pintu.

Loading 1%

.

Loading 8%

.

Loading 15%

.

Loading 30%

.

Loading 60%

.

Loading 90%

.

Loading 100%

.

"Ha…hantu!" pekiknya tertahan. Wajah Sasuke memucat. Rasa-rasanya kakinya kini benar-benar lemas seperti jeli, untung saja dia selalu menomor satu kan image. Meski di hadapan hantu dia tidak boleh terlihat takut. Jadi dia menguatkan dirinya untuk melihat kaki makhluk di hadapannya. Kata eyang Madara sih kalau hantu itu kakinya pasti terbang. Dan betapa dia bernafas lega saat berhasil melihat kaki kecil yang mengenakan selop hello kitty itu masih menginjak lantai.

Oke, jangan salahkan kalau Sasuke mengira gadis itu hantu. Lihat saja matanya yang putih dan tidak berpupil, wajahnya yang pucat, rambut indigo panjangnya yang agak berantakan, dan pakaiannya yang berwarna putih tanpa gambar apapun. Persis banget sama kuntilanak yang sering nongol di salah satu program televisi kesukaannya.

"Ada apa ya? Ada yang bisa saya bantu?" Gadis di hadapannya mengeluarkan suaranya yang sedikit bergetar di telinga Sasuke, membuatnya tersadar.

"Apa disini kediaman Hyuuga Hinata? Saya bertugas mengantarkan surat ini."

"Iya, saya sendiri."

Sasuke menjulurkan sepucuk surat dengan amplop putih yang dari tadi dipegangnya,

"Arigatou." Gadis di hadapannya menerima surat tersebut dan tersenyum bahagia saat melihat nama pengirimnya, " Anda tukang pos ya?" tanyanya kemudian.

"Yaiyalah aku tukang pos, kalau gak ngapain cape-cape ngantarin surat gaje itu, kurang kerjaan banget deh." Andai Sasuke itu tipe chara yang lebay dia pasti akan mengatakan itu. Tapi berhubung Masashi Kishimoto membuatnya menjadi pemuda yang irit kata, jadi kata yang keluar di mulutnya hanyalah, "Hn." Sangat singkat, padat dan… kurang jelas.

"Oh, saya tidak pernah melihat anda. Apa anda pegawai baru?"

"Hn."

"Biasanya yang ngantar surat kesini tuh Shino-kun, makanya saya tidak tahu. Gomen. Apa lagi anda tidak menggunakan rompi tukang pos."

Sasuke memang tidak mau menggunakan rompi khas tukang pos. Bukan karena tidak menyukai pekerjaannya atau gengsi. Tapi karena rompi itu benar-benar norak dengan warna orange ngejreng dan jelas-jelas terancam mampu memusnahkan pesona dirinya. Apapun profesinya Sasuke kan wajib tetap terlihat keren.

"Saya permisi dulu." Sasuke memang merasa dia tidak memiliki urusan lagi di sini, dan masih banyak surat dan paket yang harus dia sampaikan. Jadi dia pikir untuk apa berlama-lama.

"Baiklah, arigatou."

Sasuke melangkahkan kakinya menuju motor butut orange ngejrengnya dan menstarter kendaraan tersebut menyebabkan bunyi berisik yang sangat tidak enak didengar. Sepertinya setelah tugasnya selesai dia harus meminta tolong Juugo untuk meresparasi motor ini.

.

.

Hinata menatap dalam diam surat di genggamannya. Sesekali bibirnya mengulaskan senyum yang sangat manis. Dia benar-benar gembira hari ini, setidaknya setelah tiga minggu lamanya surat yang dia tunggu-tunggu muncul juga.

Jangan tanya kenapa Hinata lebih memilih berkomunikasi menggunakan surat. Salahkan saja Hiashi yang selalu hidup tradisional dalam proses membesarkannya, sehingga membuat gadis Hyuuga itu gaptek dan tidak mengerti bagaimana caranya Fa*ebook-an, Tw*tter-an, atau mengirim e-mail. SMS juga merupakan pilihan yang buruk mengingat Hiashi benar-benar mengawasi pengeluaran pulsanya tiap bulan.

Dan disinilah Hinata, dalam kamarnya yang sederhana di depan sebuah meja belajar yang juga sederhana. Menulis sepucuk surat balasan untuk seseorang yang mengiriminya surat tadi. Sesekali wajahnya tampak berfikir keras untuk merangkai beberapa kata. Tapi sesekali juga wajahnya memerah ketika mengingat wajah si pengirim.

Setelah pemikiran panjang yang memakan waktu hampir setengah jam, akhirnya gadis Hyuuga itu melipat kertas yang sudah dia tulisi tadi serapi mungkin dan memasukkannya ke dalam amplop putih bersih yang sudah dia siapkan sebelumnya. Begitu semuanya selesai, dia sengaja menaruh surat itu ke dalam tas sekolahnya. Besok pagi-pagi sekali sebelum berangkat ke sekolah dia akan mengirimkan surat itu ke kantor pos langganannya.

.

.

Pagi yang cerah di hari senin. Biasanya hari senin itu selalu jadi hari tersibuk, hari yang membuat kebanyakan orang mengeluh karena harus mulai menjalankan aktivitasnya seperti biasa setelah libur di hari sabtu dan minggu. Yah, tak terkecuali duo flat postman kita. Siapa lagi kalau bukan Uchiha Sasuke dan Sabaku no Gaara.

Kedua makhluk yang sebenarnya masih berusia 19 tahun itu harus membanting tulang meski mereka masih kuliah. Untuk pertanyaan kenapa mereka berdua yang cakepnya gak ketulungan itu mesti milih pekerjaan yang bisa bikin kulit mereka hitam, jawabannya adalah karena mereka sama-sama butuh duit dan duit bisa didapat kalau kerja. Dari pada jadi pencopet atau bandar narkoba kan lebih baik jadi tukang pos. Mumpung cuma kerjaan ini doang yang tersisa, ya mau gak mau deh.

Menurut perjanjian dengan atasan mereka ,si rambut nanas Nara Shikamaru, mereka akan bertugas mengantar beberapa paket setiap hari, dari senin sampai minggu. Tapi pada hari Senin sampai Jum'at mereka diberi keringanan pada jam kerja. Mereka kan juga harus kuliah. Dan bersyukurlah karena kantor pos kecil itu sudah harus tutup setiap hari pada jam 7 malam. Jadi mereka kerja cuma dari jam 8 pagi sampai jam 7 malam, dipotong jam kuliah dan makan siang sekitar 5 jam. Saat malam mereka sudah bisa tuh belajar dan ngerjain tugas-tugas buat kuliahnya.

Yah, gaji memang gak sebesar kalau kerja full. Tapi lumayan banget buat biayain hidup mereka sendiri. Uang makan siang udah ditanggung, uang bensin juga ditanggung. Kurang apa coba kan? Gak lama lagi impian Sasuke untuk beli laptop baru bakal terwujud tuh.

Sasuke memeriksa semua kiriman yang harus dia antarkan pagi itu. Semuanya disusun dari rumah terdekat sampai terjauh, biar tidak bolak-balik. Tidak percuma Sasuke tinggal disana selama 2 tahun terakhir. Setidaknya dia sudah sangat hapal dengan jalanan di kota Konoha itu.

Ketika selesai dengan acara susun-menyusunnya, Sasuke memutuskan untuk segera mengantarkan semua kiriman itu. Dirinya berjalan melintasi ruangan kecil tempat orang-orang menitipkan sesuatu untuk dikirim. Disana dia melihat sesosok gadis berseragam Konoha Gakuen sedang berbicara dengan salah satu pegawai yang bertugas mendata barang dikirim.

Sasuke terus memperhatikan gadis itu tanpa sadar. Dia sedikit bingung kenapa gadis itu rajin banget ngirim surat pagi-pagi begini. Kan dia bisa saja mengirimkan surat itu sepulang sekolah.

Ketika gadis itu berbalik, Sasuke menyadari sesuatu. Gadis itu adalah gadis yang kemarin disangkanya sebagai hantu. Tapi kini dia terlihat berbeda. Matanya ternyata bukan putih tapi berwarna lavender. Kulitnya wajahnya pun terlihat lebih memerah ketimbang kemarin. Rambut indigonya yang panjang tertata sangat rapi. Membuatnya terlihat lebih err…cantik.

"Kenapa cuma berdiri diam disitu? Bukannya harusnya kita sudah mulai bekerja?" Sebuah suara dingin dan datar yang sangat Sasuke kenal membuatnya kembali ke dunia nyata.

"Hn." Dengan terpaksa dia melanjutkan perjalanannya menuju keluar gedung berwarna orange itu menuju parkiran.

"Kau menyukainya ya?" ujar Gaara ketika mereka telah mencapai parkiran.

Sasuke mengernyit, "Tidak."

"Lalu kenapa kau memandanginya terus tadi?" Gaara tersenyum sinis.

"Bukan urusanmu."

Sasuke menyalakan motor bututnya yang sudah lebih baik setelah diperbaiki Juugo tadi malam. Setidaknya suaranya yang sangat menggelegar kini terdengar sedikit lebih lembut. Dan menjalankannya meninggalkan Gaara begitu saja.

.

.

Sasuke memandangi jam tangan yang melingkar di lengannya yang mulus. Jam tangan itu dia beli dengan harga yang sangat miring satu bulan yang lalu, meski terlihat bermerk sebenarnya jam tangan itu hanyalah bajakan. Yah, begitulah nasib orang melarat yang tetap ingin terlihat modif. Mereka harus membeli barang yang sedang jadi tren minimal yang mirip meski harus melanggar undang-undang hak cipta.

Sekarang sudah pukul 07.30pm. Sudah setengah jam tadi dia diperbolehkan untuk pulang setelah menyelesaikan semua pekerjaannya. Kini dia berada di salah satu kedai yang menjadi langganannya sejak dua tahun yang lalu. Sampai-sampai pemilik kedai itu juga sudah hapal dengan tingkahnya yang kadang-kadang ngutang tapi tidak mau ketahuan orang lain. Menurut Sasuke sih gengsi kan kalau cakep-cakep, modis tapi ngutang. Jadi dia sering bilang mau ngutang dengan sembunyi-sembunyi.

Sasuke memang terlalu malas untuk kembali ke apartementnya dan memasak sesuatu. Tubuhnya sudah terlalu lelah setelah bekerja seharian memutari seluruh jalanan Konoha. Jadi dia memutuskan untuk makan dulu di kedai. Lagi pula dia sekarang kan sudah punya pekerjaan dengan gaji yang lumayan, jadi sekedar memanjakan diri di kedai tidak akan menjadi masalah.

Setelah merasa perutnya telah kenyang, Sasuke pergi meninggalkan kedai itu dan menghampiri motor bututnya. Andai dia boleh mengganti warna cat orange ngejreng itu, pasti kemarin dia sudah menggantinya. Sayang, dia tidak di perbolehkan, karena warna itu motor dinas kantor pos yang memang identik dengan warana orange.

Dalam hati Sasuke bertekat, suatu saat dia akan mengajukan permohonan pada Hokage agar warna kantor pos dan seluruh pernak perniknya diganti. Dia akan memperjuangkan pembaharuan itu dengan segenap jiwa dan raganya. Yang penting dia tidak perlu harus mengenakan rompi, topi dan sepeda motor berwarna orange ngejreng yang sangat norak ini.

Belum sempat Sasuke menyalakan motornya, matanya menangkap bayang sebuah gadis yang sepertinya sedang kesusahan tidak jauh dari tempatnya berdiri. Sepertinya mobil yang dibawa gadis itu sedang mogok.

Menyadari tidak ada orang lain disana yang bisa membantu gadis itu. Jiwa pahlawan Sasuke merangkak keluar. Dia berjalan mendekati gadis itu dan berniat menolongnya.

"Ada apa?" tanyanya saat dirinya sudah sangat dekat dengan gadis itu.

Gadis yang sedari tadi menunduk karena memperhatikan mesin mobilnya mendongakkan wajahnya pada Sasuke.

Deg!

Sasuke mengenalinya sebagai gadis yang diantarinya surat waktu itu. Gadis yang rajin banget mengirim surat pagi-pagi saat kantor posnya baru buka. Gadis yang dikirannya…hantu.

Mata onix-nya bertemu dengan mata lavender gadis itu. Entah apa yang membuatnya terdiam begitu saja. Sasuke merasa dirinya seperti telah terhipnotis. Gadis di hadapannya ini terlihat jauh lebih cantik dari sebelumnya.

"Mobilku mogok." Suara gadis itu menggema di telinga Sasuke bagaikan sebuah bisikan yang membuatnya semakin melambung. "Kau bisa menolongku?" lanjutnya.

"Aku menyukaimu." ujar Sasuke tiba-tiba, membuat si Gadis indigo menautkan alisnya, bingung.

"Ma…maksud anda?" Dia tergagap.

"Aku menyukaimu. Apakah itu kurang jelas?" Dengan wajah yang sebenarnya sangat datar.

"Ta…tapi kita bahkan tidak saling mengenal."

"Kalau begitu kenalkan, aku Sasuke. Kau…" Sasuke mengingat-ingat nama gadis itu, "…Hinata kan?"

Gadis itu mengernyit, "Ka…kau tahu dari mana?"

"Aku tukang pos yang waktu itu mengantarkan surat ke rumahmu. Aku bertanya, dan kau mengiyakan kalau Hinata itu dirimu."

Hinata mengamati wajah di depannya. Akhirnya dia ingat, pria ini pria yang menatapnya dengan tatapan horor saat dirinya membukakan pintu waktu itu, yang ternyata adalah seorang tukang pos.

"Umm… tak bisakah kau membantuku saja? I…ini sudah malam dan aku harus pulang. Tapi mo…mobilku tiba-tiba mogok. Dan aku lupa membawa ponsel." Suara Hinata bergetar membuat si Sasuke kembali ke dunia nyata.

"Aku tidak mengerti tentang mobil." jawabnya singkat, "Tapi kalau kau mau aku bisa mengantarkanmu pulang. Mobil ini bisa diurus oleh keluargamu besok. Bagaimana?" tambahnya saat melihat raut wajah Hinata sedikit memuram tadi.

"Ka…kau mau mengantarkanku?"

"Ayo."

Dengan semena-mena Sasuke langsung menarik, lebih tepatnya menyeret gadis di hadapannya itu, membuat yang ditarik merasa kaget luar biasa. Kali ini dia benar-benar terlihat seperti calon korban penculikan yang mungkin akan diperkosa. Dalam hati Hinata berdoa dia akan baik-baik saja. Pria yang menariknya ini benar-benar aneh.

Pertama bertemu pria itu menatap Hinata seolah dirinya hantu. Pertemuan kedua ini dia malah menyatakan rasa sukanya tapi justru disaat mobilnya mogok. Dan sekarang dia tiba-tiba menyeret Hinata dan mau mengantarkannya pulang. Apakah dia benar-benar akan sampai di rumah dengan selamat? Hinata benar-benar ragu, tapi dia tidak bisa melakukan apapun selain pasrah.

.

~~TBC~~

.

A/N: Gaara sama Sasuke jadi tukang pos..! Aku gak bisa bayanginnya. Pasti waktu dia ngasih paket atau surat yang nerima langsung jejeritan saking cakepnya mereka. Dan jadi sering-sering ngirim surat atau nyuruh orang ngirim sesuatu, biar bisa ketemu sering-sering sama si tukang pos. Aku juga mau nemu tukang pos kayak mereka. XD *abaikan*

Maaf kalau fict ini benar-benar gaje minna. Aku memang sengaja gak make EyD biar lebih nyante. Sedikit berbeda dengan fict-ku yang kebanyakan. Tapi kok jadinya malah aneh ya? T^T

Kalau menurut kalian fict ini jelek, tidak pantas publish, aneh banget dan pantas untuk dihapus. Bilang aja. Aku akan sesegera mungkin menghapusnya.

Arigatou sudah mau membuang waktu kalian untuk membaca fict nista ini.

.

MIND TO REVIEW?