A Durarara and Naruto X-OVER Fanfiction..

SECRET CRUSH

RATE: T

GENRE: Adventure, action, romance, crime, SHONEN-AI/YAOI

DISCLAIMER: Durarara belongs to Ryohgo Narita

Naruto belongs to Kishimoto Masashi

WARNING: Mengandung shonen-ai/yaoi, masih ada ksempatan untuk "back"

Summary: Seorang guru baru misterius muncul di Raira Gakuen. Sementara itu Shizuo dan Izaya yang sedang berkelahi, tiba-tiba bertemu dengan teman lama mereka. Siapakah dia?


Author's Note: Ini fanfic crossover pertama yang kubuat untuk menjawab tantangan dari Sanao Mikaru.

Chara dari anime Naruto yang diambil hanya Naruto saja.


- Chapter 1: About Me, You, and Him -


"Tap..tap..tap.."

Terdengar suara langkah kaki menggema di suatu lorong yang panjang nana sepi. Di samping kanan dan kiri telihat ruangan-ruangan dengan meja dan kursi tertata berderet dengan rapi. Seseorang bersepatu hitam menghentikan langkah kakinya di depan suatu ruangan di ujung koridor. Mengatur nafasnya lalu perlahan membuka pintu abu-abu di depannya. Diapun melangkahkan kakinya ke dalam ruangan itu.

Diedarkannya kedua mata biru sapphire-nya ke seluruh ruangan. Seolah mengabsen satu per satu orang yang ada di sana. Bibir merah jambunya mengulaskan sebuah senyuman manis.

"Ohayou gozaimasu..(selamat pagi)," sapa sosok laki-laki berambut pirang cerah jabrik itu ramah.

"Ohayou..(pagi)," balas para remaja yang duduk di bangku mereka masing-masing.

Para remaja itu mengenakan seragam sekolah yang sama. Seragam sekolah Raira Gakuen.

Laki-laki berjas hitam itu berjalan menuju depan kelas dan menghadap ke arah para siswa. Membetulkan letak kacamata bingkai hitamnya sebentar.

"Namae wa Uzumaki Naruto desu. (namaku Uzumaki Naruto). Aku adalah guru baru yang akan menggantikan Takeru-sensei mulai hari ini. Yoroshiku (salam kenal)," kata guru berkulit coklat karamel itu memperkenalkan diri.

Diapun melangkahkan kakinya menuju meja guru yang disediakan di pojok depan kiri kelas. Mengambil sesuatu di dalam rak meja, sebuah buku tebal berwarna biru tua. Pada sampul buku itu terpampang judul "Mathemathics". Sepertinya Naruto-sensei akan mengajarkan pelajaran matematika di kelas itu.

"Okey, karena ini hari pertamaku mengajar bukan berarti aku akan memberi kelonggaran pada kalian. Pelajaran ini adalah Bab 3, Trigonometri. Akan kumulai dari yang paling dasar."

Naruto-sensei mengambil kapur tulis dari dalam kotak kapur tulis. Diapun mulai menulis deretan angka-angka pada papan tulis hitam itu.

"Eh? Guru baru itu tampan juga ya?" bisik seorang murid perempuan pada teman di bangku sebelahnya.

"Iya. Dia manis," sahut temannya yang lain.

"Aku benci matematika," gumam seorang pemuda berambut pirang pucat sambil meringkukkan tubuhnya ke depan, tiduran di atas mejanya.

"Kida-kun, kau tidak suka matekamatika? Kau kan pintar dalam pelajaran apapun," sahut seorang pemuda berambut hitam yang duduk di samping kanannya.

Di dada kanannya terdapat name tag bertuliskan 'Ryugamine Mikado'.

"Eh? Walaupun aku jago di banyak pelajaran, tapi..untuk matematika pengecualian. Aku tidak suka."

"Kalau dibandingkan denganku yang biasa-biasa saja, rasanya…Kida-kun sangat hebat."

"Eh?"

"Ah, bukan apa-apa," ucap pemuda bernama Mikado itu sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

Mikado kembali memperhatikan pelajaran Naruto-sensei di depan dengan seriusnya. Sedangkan Kida tidur dengan kepala diletakkan di atas meja.

"TAKK!"

Satu kapur tulis terlempar cepat mengenai kepala Kida dengan tepat.

"AW!" teriak pemuda dengan jaket putih berhoodie dibalik jas birunya itu seraya memegangi kepalanya yang sakit.

"Kida Masaomi! Jangan kau kira bangkumu di belakang, lantas bisa tidur saat pelajaran berlangsung. Kau bisa melakukannya di pelajaran lain, tapi tidak dengan pelajaranku," tegur Naruto-sensei dengan tegas.

"Gomen sensei.. (maaf sensei..)," kata Kida pelan.

"Bagus. Sekarang kita lanjutkan pelajarannya."

"Dia guru yang mengerikan," gerutu Kida.

"Hahaha.."

Mikado hanya tertawa kecil melihat sahabat baiknya itu.

.

.

.

Matahari bersinar dengan teriknya di langit biru. Seorang pemuda sekitar dua puluh empat tahunan berjalan menyusuri taman yang sepi. Rambut pirangnya berkibar tertiup angin. Kedua tangannya berada di kedua saku celana hitamnya. Di mulutnya ada sebatang rokok yang menyala.

Di samping bangku taman tak jauh dari tempatnya berdiri terdapat sebuah vending machine berwarna abu-abu. Tiba-tiba laki-laki itu menghentikan langkah kaki jenjangnya ketika melihat vending machine itu. Kedua bola mata beriris coklat dibalik kacamata birunya menatap mesin itu dengan tajam.

Aku mendapat firasat buruk.

"Ara..sendirian saja, Shizu-chan?"

Terdengat suara seorang laki-laki yang suara sangat dikenal laki-laki yang dipanggil 'Shizu-chan' tadi. Laki-laki itu tersenyum tipis tapi sepersekian detik berikutnya langsung menghilang. Dibuangnya puntung rokok ke atas tanah lalu diinjaknya dengan sepatu hitamnya.

Laki-laki berpakaian bartender itu berbalik dan menatap sosok laki-laki berjaket hitam berhoodie bulu di hadapannya.

"IZAYAAAAAAAAAAAA…!" panggil laki-laki pirang itu dengan suara nyaringnya yang menggelegar.

"Ha ha ha.. Suaramu masih saja sumbang Shizu-chan," ejek laki-laki berjaket hoodie itu.

"Sudah kubilang berapa kali hah? Namaku Heiwajima Shizuo, bukan Shizu-chan. Dan kau, sudah keperingatkan untuk tidak menginjakkan kakimu lagi di Ikebukuro. Kenapa kau masih datang kemari?"

Laki-laki berambut hitam itu berjalan mendekati sebuah bangku taman berwarna putih. Duduk dengan santai di sana sambil melipat kedua kakinya. Diapun menatap Shizuo dengan kedua mata merah ruby-nya.

"Aku datang kemari karena aku merindukanmu, Shizu-chan," ucap Izaya disertai senyuman lebarnya yang lebih mirip seringaian.

"Huh?"

Shizuo sedikit tersentak mendengar jawaban dari Izaya. Jantungnya berdegup kencang.

Ada apa denganku?

"Benarkah itu, kutu?" tanya Shizuo memastikan dengan wajah serius.

"HA HA HA HA HA HA… HA HA HA HA HA.."

Tiba-tiba saja Izaya tertawa terbahak-bahak. Membuat orang-orang yang berada di sekitar area taman itu terkejut dan melihat ke arahnya dengan tatapan curiga. Sedangkan Shizuo hanya berdiam diri di tempatnya. tidak tahu harus melakukan apa. Apa dia harus menunggu Izaya selesai tertawa atau pergi meninggalkannya dan pura-pura tidak mengenalnya?

"Ne..Shizu-chan," panggil Izaya dengan suara lembut.

"Hn," sahut Shizuo singkat.

"Kau benar-benar percaya dengan yang kukatakan?" tanya Izaya.

"Apa maksudmu?"

"Aku memang bilang kalau aku merindukanmu, tapi.. Kau tidak tahu kan kenapa aku merindukanmu?"

"…"

"Aku merindukan saat-saat indah untuk menganggu harimu, Shizu-chan," tutur Izaya dengan seringaian lebarnya.

"IZAYAAAA..!" teriak Shizuo murka seraya mengangkat vending machine tak berdosa di dekatnya.

Dilemparnya vending machine itu ke arah Izaya. Dengan sigap Izaya menghindar dengan menyingkir ke samping. Vending machine itu jatuh menimpa bangku taman. Dan hancur..

"Ck, ck, ck.. Lemparanmu makin payah saja, Shizu-chan," ejek Izaya masih dengan seringaiannya.

"MATI KAU KUTU!"

Shizuo melepar bangku taman yang diangkatnya ke arah Izaya. Izaya melompatinya dengan gerakan parkour yang dikuasainya.

"Kasihan sekali bangku itu..hancur berkeping-keping. Itulah akibatnya kalau Shizu-chan sedang mengamuk. Ha ha ha..," goda Izaya sekali lagi.

Muncul dua kedutan di urat wajah Shizuo.

"Tangkap aku kalau kau bisa, Shizu-chan. Ah..aku lupa. Otak protozoan sepertimu mana mungkin bisa. Ha ha ha ha..," tantang Izaya seraya berlari keluar taman itu.

Shizuo mengejarnya dengan kecepatan tinggi. Tak lupa diapun mencabut street sign yang bisa didapatnya di pinggir jalan yang dilaluinya. Dipukulkannya street sign itu ke arah Izaya di depannya. Reflek yang bagus dari Izaya, dia bisa menghindar hanya dengan bergeser ke kiri dan ke kanan.

Ayolah Shizu-chan, kau tidak sepayah ini kan? Aku hafal semua gerakan yang akan kau lakukan. Beri aku pertunjukan baru. Aku tahu kau bisa menyerangku lebih baik lagi.

Kemarahan Shizuo bertambah besar karena tak kunjung berhasil menghajar Izaya. Diapun menyambar street sign lainnya dan meleparkannya ke arah Izaya. Tapi lagi-lagi pemuda berambut hitam itu berhasil menghindarinya dengan mudah.

Izaya melompat ke atas sebuah mobil hitam yang terparkir di pinggir jalan. Dia berdiri di atas cap depan mobil itu. Diapun berbalik dan menatap Shizuo dengan tatapan megejek.

"Kau payah sekali, Shizu-chan," kata Izaya pelan seolah kecewa dengan Shizuo.

Shizuo berlari dan melancarkan pukulannya ke arah Izaya. Tapi Izaya menghindar dengan turun dari mobil itu. Alhasil pukulan Shizuo menghantam cap depan mobil itu sampai penyok dengan parah.

"Apa yang kalian lakukan dengan mobilku?" tanya seseorang dari arah depan supermarket tak jauh dari mobil itu terparkir.

Shizuo dan Izaya menoleh ke arah sang pemilik mobil.

Di tepi trotoar itu terlihat seorang pemuda berkemeja kuning dilengkapi sebuah dasi hitam. Tangan kirinya menggenggam sebuah tas plastik belanjaannya. Sebuah kacamata bingkai hitam bertengger di hidungnya.

Shizuo dan Izaya menatap sosok pemuda pirang itu tak percaya.

"Kau..," gumam pemuda itu.

"Yo! Naru-chan! Sudah lama ya tidak ketemu. Kau sudah kembali ke sini?" tanya Izaya dengan tidak sopanya langsung berjalan menghampiri pemuda itu.

"Kau benar-benar Uzumaki Naruto?" tanya Shizuo memastikan.

"Iya, ini aku. O-genki desu ka? (apa kabar?)"

.

.

.

"Sepertinya kalian berdua tidak banyak berubah ya, sejak aku pergi," ujar Naruto seraya menatap Shizuo dan Izaya yang duduk di depannya.

Setelah pertemuan tak disengaja dan insiden penghantaman cap mobil oleh Shizuo, Naruto si pemuda pirang mengajak Shizuo dan Izaya berbincang-bincang di kafe terdekat. Sebuah kafe kecil berinterior zaman dulu. Simple tapi elegan. Akhirnya merekapun duduk berhadapan di dalam kafe itu.

"Izaya yang menggangguku lebih dulu," jawab Shizuo kesal.

Naruto hanya tersenyum mendengar jawaban dari Shizuo. Diapun menatap pria di sebelah kiri Shizuo.

"Izaya, kau masih bekerja menjadi informan?" tanyanya.

"Begitulah," jawab Izaya singkat seraya meminum hot coffee yang dipesannya.

"Sudah enam tahun ya kita tidak bertemu. Aku merindukan kalian semua," ujar Naruto dengan senyuman menawan menghiasi wajahnya.

"Ngomong-ngomong sekarang kau bekerja dimana?" tanya Izaya.

"Aku menjadi guru di Raira."

"Eeh..?" teriak Shizuo dan Izaya tak percaya dengan apa yang mereka dengar barusan.

"Iya, aku bekerja di sana sebagai guru pengganti. Bekerja di sana serasa mengenang kembali masa-masa SMA kita dulu."

"Kenapa kau memilih menjadi guru?" tanya Shizuo heran.

"Karena aku suka matematika," jawab Naruto singkat.

Naruto mengambil jus jeruknya yang ada di atas meja. Lalu meneguknya.

"Sudah punya pacar?" tanya Izaya to-the-point.

Naruto menyemburkan jus jeruknya ke arah depan karena kaget. Jus jeruk itu mengenai wajah Shizuo. Alhasil wajah Sizuo dipenuhi oleh cairan kuning itu. Muncul urat-urat kemarahan di wajah Shizuo.

"NARUTO!" teriak Shizuo memanggil nama sahabatnya itu dengan amarah.

"Ah, gomen nasai Shizuo. Aku tidak sengaja. Gomen, hontou ni gomen nasai," ucap Naruto meminta maaf pada Shizuo sembari membersihkan wajah Shizuo dengan tissue yang tersedia di atas meja.

"HA HA HA HA..," tawa Izaya meledak melihat dua sahabatnya semasa SMA itu.

"Maaf Tuan, bisa tolong tidak berisik? Anda mengganggu pelanggan lainnya," ujar seorang waitress dengan sopan.

Terlihat banyak pengunjung yang menatap ke arah Naruto, Shizuo, dan Izaya dengan perasaan terganggu.

"Maafkan kami, kami tidak bermaksud mengganggu pelanggan lain," ujar Naruto meminta maaf pada waitress itu.

Sementara itu Izaya masih tertawa melihat mereka, walau tawanya sudah tidak sekeras tadi.

"Sudahlah..aku mau ke toilet sebentar untuk cuci muka."

Shizuo berjalan ke arah dalam kafe dimana toilet pria berada.

"Shizuo masih saja pemarah ya," ujar Naruto sambil menatap Izaya.

"Dia tidak pernah berubah sejak pertama kita bertemu. Kau tahu? Sekarang dia bekerja menjadi bodyguard dept-collector."

"Benarkah?"

Izaya mengangguk.

Tiba-tiba Naruto memegang kedua tangan Izaya dengan lembut.

"Kau tahu? Aku merindukanmu, tidak, aku sangat merindukanmu, Izaya."

Aku sangat bersyukur bisa bertemu denganmu lagi, di hari keduaku di Ikebukuro.

Izaya terdiam. Kedua bola mata mereka bertemu. Sapphire bertemu ruby.

"Aku tahu."

"Izaya, aku.. Sampai sekarang ini aku..aku..masih mencintaimu," ucap Naruto lirih.

.

.

.

[FLASHBACK]

Seorang pemuda berambut pirang berjalan memasuki sebuah kelas dengan perasaan gugup. Diapun berjalan ke depan kelas dan menghadap ke arah teman-temannya. Pemuda berkacamata bingkai hitam itu tersenyum manis.

"Namae wa Uzumaki Naruto desu. Yoroshiku," ujar pemuda itu riang.

"Uzumaki-kun, kau bisa duduk di bangku kosong sebelah bangku Orihara-kun," ujar seorang guru wanita berparas cantik.

"Hai'!"

Naruto berjalan menuju bangku kosong yang dimaksud. Bangku itu berada di barisan kedua dari jendela dan deretan keempat dari depan. Di samping kiri bangku itu ada bangku dimana seorang pemuda berseragam gakuran hitam duduk dengan kepala berada di atas meja. Pemuda yang dipanggil 'Orihara-kun' itu tidur kala pelajaran berlangsung.

Dia tidur? Pikir Naruto heran sambil meletakan tas orange-nya pada rak bawah meja.

Tiba-tiba seorang pemuda berambut hitam yang duduk di belakang Naruto menpuk pundaknya pelan. Naruto menoleh ke arahnya.

"Aku Kishitani Shinra, yoroshiku," ujar pemuda berkacamata itu memperkenalkan diri.

"Yoroshiku."

Kedua pemuda itu bersalaman.

"Ano..err..itu..dia sedang tidur?" tanya Naruto sedikit canggung pada Shinra sembari menunjuk ke arah pemuda yang ada di samping jendela.

"Oh.. Tenang saja, Izaya suka tertidur saat pelajaran berlangsung," jelas Shinra.

"Tertidur?"

"Karena kelelahan. Nanti akan kukenalkan kau padanya."

Naruto mengangguk. Naruto dna Shinra kembali fokus ke depan, mendengarkan penjelasan dari wali kelas mereka.

.

.

.

Angin bertiup dengan kencangnya. Seorang pemuda berseragam gakuran hitam dengan T-shirt merah lengan panjangnya tengah berdiri di samping pagar pembatas atap gedung seolah itu. Kedua mata merah ruby-nya menatap pemandangan kota Ikebukuro kala siang hari. Rambut hitamnya tertiup angin dengan lembutnya.

"Rupanya kau ada di sini," ujar seorang pemuda berambut hitam yang muncul di belakang pemuda bermata merah itu.

Pemuda itu menoleh ke arah sumber suara.

"Yo! Shinra!" sapa pemuda itu ceria.

Di belakang pemuda bernama Shinra itu berdiri seorang pemuda berambut pirang cerah dengan style jabrik yang berantakan. Tingginya hampir sama dengan Shinra. Di kedua sisi pipinya terdapat tiga garis halus seperti kumis kucing.

"Siapa dia?" tanya pemuda itu penasaran.

"Masa' kau tidak tahu? Dia murid baru di kelas kita, namanya Uzumaki Naruto," ujar Sinra memperkenalkan Naruto pada pemuda itu. "Naruto, dia ini Orihara Izaya, sahabatku."

"Yoroshiku," ujar Naruto memberi salam dengan formal.

"Aah..tidak perlu seformal itu," kata Izaya santai.

"BRAK!"

Pintu menuju akses atap sekolah ditendang oleh seseorang dengan tenaga luar biasa. Mengakibatkan engsel pintu itu langsung terlepas dari tempatnya. Seorang pemuda berambut pirang memasuki atap dengan aura mengerikan di sekelilingnya. Terlihat sekali kalau dia sedang marah.

"IZAYAAAAA...!" teriak pemuda itu dengan lantangnya.

Naruto segera menutup kedua telinga untuk menghindari kerusakan pada gendang telinganya.

"Shizu-chan," gumam Izaya seraya menyeringai licik.

Aura-aura aneh menyeruak dari kedua pemuda itu. Mereka saling melepar tatapan membunuh. Membuat Naruto langsung bergidik ngeri. Membuatnya ingin segera berlari meninggalkan tempat ini sekarang juga. Sementara itu Shinra hanya tersenyum ramah melihat dua pemuda itu. Entah apa yang dipikirkannya.

Shinra melihat ke arah Naruto lalu tersenyum padanya.

"Yang baru datang itu namanya Heiwajima Shizuo. Dia juga sekelas dengan kita dan sekaligus sahabatku," ujar Shinra memperkenalkan pemuda pirang itu pada Naruto.

"Ini bukan saatnya memperkenalkannya kan? Bagaimana kalau sekarang kita pergi dari sini?" ajak Naruto.

"Tidak apa-apa. Selama kita berada di jarak yang aman, kita akan selamat."

Selamat? Apa maksudnya?

"Apa yang kau lakukan pada lokerku hah?" tanya Shizuo marah.

"Jadi kau sudah melihatnya ya? Bagaimana? Kau suka kan?" tanya balik Izaya.

Shizuo menggemerutukan jemari tangannya, bersiap untuk menyerang kapan saja. Tiba-tiba dia berlari ke arah Izaya berdiri. Diapun meluncurkan pukulan mautnya pada Izaya. Izaya melompat ke belakang untuk menghindar. Dia menyeringai. Diapun merogoh saku celana hitamnya dengan tangan kanannya dan mengeluarkan sesuatu dari sana. Sebuah pisau lipat.

"Kalahkan aku kalau kau bisa, Shizu-chan," tantang Izaya seraya menodongkan pisau lipatnya ke arah Shizuo.

Kenapa murid SMA bisa membawa pisau lipat? Tanya Naruto dalam hati.

"Giliranku," ujar Izaya seraya maju ke depan dan menyerang Shizuo dengan pisaunya.

Gerakan Izaya cepat, dan tiap serangannya pada Shizuo penuh dengan tenaga. Pisau lipat itu diayunkannya ke kiri dan ke kanan untuk menyerang Shizuo. Shizuo menghindarinya sebisa mungkin.

"HOI! Teman-teman, aku bawa makanan nih!" teriak seorang pemuda menginterupsi.

Shizuo dan Izaya menghentikan perkelahian mereka. Shinra dan Naruto melihat ke arah pintu masuk dimana seorang pemuda berambut coklat dengan kain penutup kepala berwarna hitam berdiri sambil membawa sekantong makanan.

"Dotachin kau memang baik hati..!" teriak Izaya seraya berhambur ke arah pemuda itu, tak lupa disimpannya kembali pisau lipat kesayangannya itu.

DEG!

Perasaanku jadi tidak enak. Ada apa ini? Pikir Shizuo.

"Ayo semuanya ikut makan," ajak pemuda dipanggil 'Dotachin' itu.

Shizuo, Shinra, dan Naruto berjalan menghampiri dua pemuda itu. Merekapun duduk bersama di atap dan menyantap makanan yang dibawa 'Dotachin'.

"Oya, maaf aku lupa memperkenalkan diri. Namaku Kyohei Kadota. Cukup dipanggil Kadota saja," ujar pemuda berpenutup kepala hitam itu memperkenalkan diri.

"Kalau aku memanggilnya Dotachin," sahut Izaya.

"Tadi kalian berkelahi lagi?" tanya Kadota pada dua sosok yang sering berkelahi tanpa alasan itu.

"Si kutu ini mengotori lokerku dengan sampah," jawab Shizuo tanpa mengalihkan pandangannya dari makanan di depannya.

"Aku kan hanya bercanda..," elak Izaya innocent.

"KAUU..!"

"Sudah..sudah..lebih baik sekarang kita makan," ujar Shinra mencoba menenangkan Shizuo yang mulai akan mengamuk lagi.

Tanpa disadari seorangpun di antara mereka, Naruto menatap sosok Izaya dengan intens. Pandangan yang lembut dan seolah terpesona pada sosok Izaya. Perlahan tangan kanannya di letakannya di depan dadanya. Seperti meremasnya pelan.

Perasaan ini.. apa?

[END FLASHBACK]

.

.

.

"Izaya, aku.. Sampai sekarang ini aku..aku..masih mencintaimu," ucap Naruto lirih.

"Eh?"

Sepertinya Izaya terkejut atas pengakuan Naruto barusan. Dia tak bergeming di tempatnya. Lalu diapun tersenyum.

"Jangan berkata yang tidak-tidak. Nanti orang lain yang mendengarnya jadi salah paham kan?" ujar Izaya seraya mengacak rambut pirang Naruto.

Naruto kesal. Disingkirkannya tangan kanan Izaya dari atas kepalanya.

"Jangan memperlakukanku seperti anak kecil!" protes Naruto seraya mengembungkan kedua pipinya dan mengerucutkan bibirnya ke depan.

"Ha ha ha ha.. Kalau seperti itu, kau terlihat LEBIH seperti ANAK KECIL, Naru-chan. Ha ha ha..," goda Izaya dengan penekanan pada kata 'LEBIH' dan 'ANAK KECIL'.

Naruto jadi semakin kesal.

"Aku serius dengan ucapanku tadi! Huh!"

Izaya berhenti tertawa.

"Aku mengerti perasaanmu," kata Izaya lirih.

"Eh? Sungguh?" tanya Naruto dengan kedua mata berbinar.

Naruto merasa bahagia karena perasaannya mungkin terbalaskan.

"Tapi..aku tidak bisa, Naru-chan," lanjut Izaya.

"Kenapa?"

"Karena kau sudah kuanggap seperti adikku sendiri."

Sorot mata Naruto menyiratkan kekecewaan hatinya. Perasaannya, hatinya, dan juga harapannya telah sirna. Seolah ditarik terbang tinggi ke atas kemudian jatuh dalam kecepatan tinggi ke bawah sana. Hancur berkeping-keping, tak berbentuk lagi.

"Kalau begitu..berhentilah menganggapku sebagai adikmu," ucap Naruto dengan kepala tertunduk ke bawah.

"Kalian sedang membicarakan apa? Serius sekali?" tanya Shizuo yang telah kembali dari toilet.

"Bukan apa-apa. Bukan hal penting," sergah Naruto cepat dengan cengiran khasnya.

"Oya?" tanya Shizuo tidak percaya ucapan Naruto.

"Eto.."

"Tadi Naru-chan bilang kalau dia ingin bertemu Shinra dan Dotachin," potong Izaya cepat dengan penuh kebohongan.

Untuk Izaya yang terbiasa berbohong apalagi membohongi Shizuo, berbohong adalah hal yang mudah.

"Kenapa tidak datang ke apartement-nya saja? Alamatnya kan tidak berubah."

"Tapi..aku sedikit lupa dengan jalanan Ikebukuro, aku takut salah jalan," kata Naruto memberi alasan.

"Ya sudah, kalau begitu bagaimana kalau kita pergi sama-sama? Kebetulan aku ada urusan dengannya," ajak Shizuo.

"Sepertinya aku tidak bisa ikut. Ada janji dengan seseorang," jelas Izaya.

"Kalau begitu kita ke sana sekarang, Naruto?"

"I, iya."

Shizuo, Izaya, beserta Naruto keluar meninggalkan kafe itu setelah membayar minuman yang mereka pesan.

"Aku pergi dulu ya. Jaa..," ujar Izaya seraya berlari menyeberang jalan.

"Jangan kembali lagi ke Ikebukuro!" teriak Shizuo kesal.

Naruto melihat Izaya dari belakang. Terus menatapnya dari kejauhan dalam diam. Kedua matanya masih terus menatap sosok Izaya yang semakin jauh dan tak terlihat lagi. Perlahan air mata mengalir dari mata kirinya. Mata seindah langit itu terlihat mendung.

Izaya..tak bisakah kau mencintaiku?

Shizuo melihat Naruto yang masih terdiam.

"Naruto? Kenapa kau menangis?" tanya Shizuo heran ketika melihat cairan bening itu membasahi pipi kiri Naruto.

"Clak!"

Setetes air membasahi pipi kanan Shizuo. Diapun menengadah ke langit. Terlihat awan mendung menggantung di sana.

"Hujan? Ayo cepat kita berteduh!" ajak Shizuo.

Ternyata hujan, kupikir ada apa dia menangis..kata Shizuo dalam hati.

"Kita masuk ke dalam mobilku saja! Sekalian ke rumah Shinra," saran Naruto.

Shizuo mengangguk. Merekapun berlari ke arah mobil hitam Naruto terparkir. Segera masuk ke dalamnya sebelum hujan semakin deras.

Hujan? Bagaimana dengan Izaya? Pikir Shizuo khawatir. Ah tidak! Dia bisa menjaga dirinya sendiri, aku yakin itu.

.

.

.

Ah! Hujan?

Izaya mempercepat laju larinya dan berteduh di depan sebuah halte. Diapun mendudukan diri di atas bangku halte bus itu.

Titik-titik hujan semakin lama semakin deras membasahi bumi. Udara dingin perlahan menyelimuti suasana di Ikebukuro. Awan mendung yang menghiasi langit masih menghitam. Seolah tak mau pergi dari tempat itu dalam waktu singkat. Izaya masih menunggu hujan di bawah halte bus itu.

"Aku terjebak," gerutu Izaya seraya meraih ponsel di saku celana hitamnya.

Jemari putihnya memencet-pencet keypad ponsel hitam itu, membentuk suatu deretan nomor telpon seseorang. Diapun menekan tombol hijau pada keypadnya.

"Tut..tut..tut..clek!"

"Ini aku. Jemputku di halte bus sekarang juga. Aku terjebak hujan," pinta (baca: perintah) Izaya pada orang di ujung telepon.

"Halte bus yang mana?" tanya orang itu.

"Di depan restoran China. Kau tahu tempatnya kan?"

"Hn. AKu segera ke sana."

"Tut..tut.."

"Tap..tap..tap.."

"Kau yang bernama Izaya?" tanya seorang pria berbadan tegap yang tiba-tiba datang di samping Izaya.

Izaya menoleh ke arah pria itu, sedikit terkejut akan kehadiran pria itu. Tiba-tiba beberapa pria berwajah beringas bermunculan dan mengelilingi Izaya. Diapun mendengus kesal. Di cuaca sedingin ini datang musuh yang tak diharapkan.

"Apa mau kalian?" tanya Izaya sambil menyeringai.

"Kematianmu!"

TBC


Moshi-moshi..! Aku Wind, bagi yang belum kenal salam kenal ya..

Akhirnya selesai juga. Bagaimana menurut kalian?

Makasih buat yang udah baca, dan review please..

Review kalian mempengaruhi jalan cerita Secret Crush

Jadi, sekali lagi.. Review Please..