Meet You
Naruto Masashi Kishimoto
Story : arisankjm
Pair : SasuHina
Warning : OOC ; Alur (mungkin) cepat ; kesalahan EYD ; Typo ; dls.
.
.
Read and Review
.
.
Selamat Membaca~
.
.
Melangkah pergi kelas menuju mobilnya yang terparkir apik di parkiran sekolah saat bel pulang sekolah berdenting nyaring memenuhi seisi penjuru sekolah. Uchiha Sasuke, segera masuk dan melesat dengan mobilnya meninggalkan lingkungan sekolah.
"Sial!"
Sesekali tangannya membanting keras setir mobilnya. Menggumamkan umpatan kasar yang mungkin hanya dapat didengarnya seorang diri. Umpatan-umpatan itu tak pernah berhenti kala ingatan tentang satu malam, dimana malam itu menyebabkan orang tuanya harus berpisah. Sang kepala keluarga dan nyonya besar, harus berpisah tanpa adanya lagi sebuah ikatan, pernikahan.
Menghentikan mobilnya dengan cepat saat kedua matanya menangkap gambaran seorang wanita paruh baya yang memasukkan beberapa tumpuk koper ke bagasi mobil. Keluar dengan membanting pintunya, Sasuke menghampiri perempuan itu.
"Ibu!"
Menarik lengan sang ibu untuk menjauh dari bagasi mobil. Mengambil semua koper yang dimasukkan sebelumnya. Setelahnya, menghadap sang ibu dengan tatapan marah, kecewa, dan sedih.
"Aku rela kalau ibu bercerai dengan ayah. Tapi, kalau ibu pergi, aku tidak bisa!" ucap Sasuke dengan putus asa.
Ibunya hanya terdiam. Tidak menanggapi ataupun menjawab ucapan Sasuke. Hanya memasukkan kembali koper-kopernya ke dalam bagasi. "Maafkan aku, Sasuke. Ibu minta kau menjaga ayahmu dengan baik."
Menatap nanar ke arah mobil ibunya. Semakin lama, mobil itu meninggalkan Sasuke yang masih setia berdiri di tempat, mengingat kembali ucapan ibunya tadi sebelum pegi meninggalkannya.
Dan ucapan itulah menjadi penanda, bahwa dia dengan sang ibu tidak akan bertukar sapa untuk waktu yang lama. Meskipun sang ibu adalah pemilik sekolah tempat Sasuke menimba ilmu sekarang.
"kau sudah pulang, Sasuke?"
Sasuke hanya diam. Tidak berminat membalas sapaan wanita -penghancur rumah tangga orang tuanya- yang sedang menatapnya dengan tatapan meremehkan. Tatapan yang mengisyaratkan Sasuke bahwa kali ini dia yang berkuasa dirumah ini, setelah ibunya pergi.
Berjalan melewati simpanan ayahnya untuk segera masuk ke dalam kamarnya. Menutup kamarnya dengan suara yang menggema di seluruh penjuru rumah. Baginya, kali ini tidak ada lagi kehangatan sebuah keluarga dalam dirinya. Diawali dengan kepergian kakak laki-lakinya karena kecelakaan, disusul ibunya yang mulai muak dengan perilaku ayahnya.
Sang ayah yang sangat gila bekerja, seseorang dengan tingkat sempurna yang tinggi. Orang berkuasa di dunia bisnis Jepang ini banyak digambarkan sebagai suami idaman, karena drama yang diperankan sangat bagus jika menyangkut pernikahan dengan istrinya. Namun, semua presepsi itu salah. Bermuka dua, gambaran yang pas untuk menggambarkan sosok Uchiha Fugaku, bos besar Uchiha Enterprise, ayah dari seorang Uchiha Sasuke.
Ibunya, Uchiha Mikoto, tidak ada bedanya dari sifat sang suami. Mengabaikan kedua anaknya untuk terus bekerja, bekerja, dan bekerja. Dari sifat ibunyalah, anak sulung keluarga Uchiha menjadi seseorang yang tidak mau kalah dari siapapun. Tidak segila ayah dan ibunya, sulung Uchiha masih sering memperhatikan adiknya disaat kedua orang tua mereka mengabaikannya. Namun, sebuah kecelakaan mobil hebat membuat Uchiha Itachi harus meninggalkan dunia ini selamanya.
Merebahkan tubuhnya ke kasur saat Sasuke berhasil masuk ke dalam kamarnya. Suasana sunyi, hanya detak jarum jam yang berbunyi. Saat dirinya akan masuk ke dalam ruang mimpi, Sasuke segera bangkit. Sedikit saja memejamkan matanya dan masuk ke dalam dunia mimpi, maka semua yang tidak ingin diingatnya lagi akan keluar. Segera bangkit dan membersihkan diri. Setelahnya, mengganti pakaian sekolahnya dengan jeans biru tua yang dipadukan dengan kaos putih dan jaket hitam.
Saat dirinya melangkah turun menuju mobilnya, langkah itu terpaksa berhenti saat sebuah suara datang menyapanya. "Mau kemana kau, Sasuke?"
"Apa aku harus melapor kepadamu, Izanami Yuna-san?" ucap Sasuke dengan sinis.
"Kau tahu kan aku sekarang berkuasa disini. Jadi semua kegiatan harus melapor padaku! Dan lagi, margaku sudah berganti Uchiha, Sialan!" bentak Yuna.
"Kau bukan yang berkuasa disini. Dan kau bukan siapa-siapa disini. Aku pergi."
"Sasuke! Uchiha Sasuke!"
Sasuke terus berjalan, menghiraukan teriakan wanita yang terus meneriakkan namanya untuk berbalik menghadapnya. Masuk ke dalam mobil dan melajukannya dengan kecepatan diatas rata-rata. Menuju ke sebuah tempat dimana semuanya dalam keadan hening, tanpa adanya rasa haus akan kekuasaan dan orang-orang yang selalu mengaturnya.
Menepikan mobilnya saat sudah sampai ditempat yang ditujunya. Berada di tepi pantai di malam musim panas sungguh menenangkan. Keluar dari mobilnya, Sasuke menyadarkan tubuhnya disalah satu pintu mobil. Diam, hanya diam. Menikmati semilir angin musim panas bercampur dengan hawa angin laut sungguh menenangkan pikiran Sasuke.
Tanpa sadar, satu air mata lolos dari pelupuk mata Sasuke. Segera, ia menghapus air matanya. Tapi, semakin Sasuke menghapusnya, semakin banyak air mata yang dikeluarkannya. Dan kali ini, Sasuke membiarkan itu. Menangis dengan di selimuti perasaan dan pikiran yang kacau.
Sebelum akhirnya, Sasuke kembali ke dalam mobil dan mengemudikannya menuju sebuah tempat benama rumah.
Matahari menyapa Sasuke melalui gorden transparannya. Pagi kembali lagi. Ia terbangun dari tidurnya dan bersiap untuk berangkat ke sekolah.
Dentingan piring dan sendok menghiasi ruang makan keluarga Uchiha. Tidak ada yang mau membuka obrolan pagi. Tiga orang penghuni yang duduk di setiap kursi meja makan terlihat asik dengan dunianya. Kejadian ini terus berlangsung bahkan sebelum ibu Sasuke pergi dari rumah dan Itachi meninggalkannya. Tidak tahan dengan situasi seperti ini, Sasuke segera menyudahi acara sarapannya.
"Sasuke," ucapan sang ayah menghentikan langkah Sasuke. Segera, Sasuke berbalik dan menatap tajam ke arah ayahnya.
"Nanti malam, aku ingin menjodohkanmu dengan anak kolegaku. Bersiaplah."
"Apa aku harus datang? Kurasa itu tidak perlu," ucap Sasuke sambil berlalu meninggalkan ruang makan.
Yuna memanggil Sasuke. Membuat sang empu harus berhenti melangkah lagi sebelum menginjakkan kakinya keluar dari rumah.
"Mau apa kau?"
Yuna hanya tertawa kecil melihat tingkah laku anak dari suaminya yang satu ini. mengibaskan rambut panjangnya ke belakang, Yuna menatap lekat ke arah Sasuke dari ujung kepala sampai ujung kaki.
"Aku tidak paham. Anak satu ini sebenarnya tidak ada apa-apanya. Kenapa sangat digilai di sekolahnya? Bahkan suamiku sampai mengenalkanmu ke koleganya," sindir Yuna.
"kau cemburu? Kenapa kau tidak bilang saja ke Uchiha Fugaku kalau kau mau menikah dengan salah satu koleganya asalkan orang itu kaya dan tampan?" balas membulatkan matanya mendengar jawaban yang terlontar dari mulut Sasuke.
"Kau! Kurang ajar kau!" bentak Yuna.
Tidak berminat untuk meneruskan pertengkaran dan balasan untuk ibu tirinya, Sasuke berbalik menuju mobilnya. Menyalakannya dan langsung pergi menuju sekolah.
"Kyaa! Sasuke-senpai! Aku mencintaimu!
"Sasuke-senpai! Jadihlah kekasihku!"
"Sasuke-kun, kau terlihat tampan pagi ini! aku bersyukur melihatmu!"
"Sasuke-kun!"
Semua teriakan itu terdengar kala Sasuke keluar dari mobilnya. Menatap semua dengan tatapan tajam, menghiraukannya dan berjalan santai menuju kelasnya. Meskipun tidak sepatutnya dikatakan santai, yang pada kenyataan, semua fans mengikutinya dari belakang. Seperti anak itik yang mengikuti induknya.
Masuk ke dalam kelas dengan santai. Tetap membiarkan semua fans menerikakkan namanya. Sebenarnya, teriakan mereka membuat telinga Sasuke sakit dan membuat pusing dengan tingkah anehnya. Sampai sebuah tepukan dipundak membuatnya menoleh ke belakang.
"Pagi artis. Bisa tidak kau membuat para fansmu pergi dari depan kelas? Kau tahu, aku sangat kesusahan untuk masuk ke kelasku sendiri. Mengerikan."
"Aku juga tahu itu, Dobe," balas Sasuke.
"Terserah kau sajalah, Teme," ucap salah satu sahabatnya, Uzumaki Naruto, dengan tawanya yang terdengar menggelikan. Naruto berjalan menuju bangkunya. Menggelengkan sedikit kepalanya tanpa diketahui teman lamanya itu. Ya, Sasuke dan Naruto sudah berteman sejak masih kecil, karena pertemuan tidak sengaja antara mereka di pesta perusahaan keluarga Uzumaki.
Semua murid berhamburan kala dentingan bel yang menunjukkan waktu istirahat siang berbunyi nyaring. Banyak dari murid langsung berlari menuju satu tujuan, kantin sekolah. Tak heran, kantin biasa disebut medan perang atau neraka sekolah. Bagaimana tidak, hampir seluruh murid yang tidak membawa bekal menyatu menjadi satu di kantin sekolah. Bersyukurlah untuk yang selalu membawa bekal.
Sasuke berjalan pelan. Melawan arus dari kebanyakan murid yang menuju kantin. Tidak, tujuan Sasuke bukan kesana. Dia hanya ingin menikmati kedamaian dunia yang sangat jarang didapatkannya. Menuju sebuah taman dibelakang, disitulah tujuan Sasuke sekarang.
Melihat keadaan sekitar, Sasuke melanjutkan tujuannya. Berbaring dibawah pohon besar yang berdiri tegak ditengah-tengah taman. Sangat sepi dan tenang. Tidak ada kericuhan yang biasa didengar disekolah ataupun dirumah. Kemeja musim panas yang dikeluarkan melambai-lambai diterpa angin musim panas. Begitu juga rambut berwarna raven yang memang dari awal tidak pernah dirapikannya itu. Dan sampai akhirnya, kedua bola mata hitamnya tersembunyi sempurna di masing-masing kelopak matanya.
Dentingan suara sedikit mengusik Uchiha bungsu yang sedang tidur. Membuka kedua kelopak matanya perlahan tanpa berminat pindah dari posisi sebelumnya, berbaring. Sedikit melebarkan pendengarannya untuk mendengar dentingan suara itu. Piano. Satu hal yang didengarnya kala itu.
Lama-kelamaan, Sasuke membuat dirinya terhanyut oleh permainan piano seseorang yang tidak diketahuinya. Dentingan dengan perpaduan antara satu nada dengan nada yang lain sangat pas. Karena rasa penasarannya, Sasuke segera bangkit dari posisinya dan berjalan menuju ruang yang berada tak jauh dari tempat Sasuke berada, ruang musik.
Seorang perempuan dengan kulit seputih susu, rambut indigo panjangnya yang sedikit berterbangan saat angin masuk ke dalam ruang musik. Jendela yang dari awal memang terbuka membuat akses Sasuke untuk melihat perempuan itu semakin jelas.
Kaki mungilnya yang terkadang menginjak pedal piano diikuti jari-jemarinya yang bergerak lincah diatas tuts hitam dan putih membuat pandangan Sasuke benar-benar tidak teralihkan. Seakan tersihir oleh kecantikan dan keindahan melodi yang dibuat perempuan itu.
Pandangan mereka saling bertemu saat perempuan yang tidak diketahui namanya selesai memainkan satu lagu. Bola mata lavender yang semula tertutup, kali ini menatapnya lembut. Sungguh indah. Kenapa makhluk seindah ini tidak pernah Sasuke lihat sebelumnya?
Kenapa dia tidak sadar bahwa ada sesuatu yang sangat berharga untuk dimiliki?
