│Touken Ranbu ©DMM + Nitroplus │Warning: Pendek. Kata-kata sederhana. Dari event #nulisrandom2016 │
Satu kerikil jatuh.
Air meriak tiga bundaran.
Ambil ukuran lebih besar, lempar kuat-kuat.
Riakan bertambah jadi lima bundaran.
Terciprat sedikit ke wajah pelempar.
Iris biru mengawasi kumpulan ikan koi panik berenang tak tentu arah.
.
Apakah ikan punya dendam?
.
Ini butuh eksperimen. Telunjuk masuk, sengaja mendekat ke kawanan.
Tapi tak ada reaksi.
Jemari menggantung selama beberapa menit,
bagai kait pancing yang tak diminati.
Ikan-ikan itu malah sembunyi.
Takut-takut mengintip dari balik teratai.
.
Mungkin mereka memang tak bisa mendendam?
.
Terlalu takut jadi tidak dibalas?
.
"Sayo! Makan siang sudah siap!"
Fokus buyar. Sang kakak memanggil dari dapur. Lalu sentuhan hinggap di pundak,
"Apa yang sedang kau lakukan?"
Sayo mendongak ke arah suara,
"ikan tak punya dendam."
Kalimat pertama yang meluncur dari si adik, membuat pria berambut biru salju heran. Belum sempat membalas, Sayo duluan bicara
"kuharap aku seperti ikan, kousetsu-nii. Tidak benci siapapun."
Reflek, tangan si pendeta naik dari pundak Sayo ke kepalanya.
"Suatu hari... kau pasti bisa berdamai dengan rasa dendammu."
Sayo diam meresapi.
"Kalau tidak bisa?"
Menggamit tangan Kousetsu erat,
"Pasti bisa."
Mantap menjawab.
Mereka berdua meniti tapak batu satu-satu.
Bergabung dengan tuan dan teman-temannya.
