Ashes to Ashes

Halo, saya kembali. Ini ada sebuah fanfiction baru, dibagi dua. Judul pertama adalah „Ashes to Ashes" dan yang kedua akan menjadi „Dust to Dust". Disini akan jelas kelihatan bahwa ini bukan SasuSaku. Biar kalian sendiri yang nebak pairing apa yang ada disini.^^

Mungkin cerita ini akan sedikit kelihatan aneh. Ya karena saya juga menulis disini langsung ke intinya. Bagi yang bertanya-tanya, semuanya akan terjawab di bagian kedua yang akan menjadi bagian terakhir.

Maaf jika ada kesalahan, nanti saya akan memperbaikinya. Dan bagi para pembaca „Captured In His Eyes" chapter baru akan datang segera. Saya telah memutuskan mau mengupdate satu chapter setiap dua minggu sekali. Kalau ada waktu lebih saya akan tambah. Dan chapter pertama „Typhoon Mawar juga akan segera saya tulis. Ide ceritanya sudah lengkap. Silahkan kalian jawab poll yang ada di profil saya. Maunya kalian rating cerita itu apa? XD

Oke deh, silahkan baca.

Disclaimer: Naruto milik Masashi Kishimoto, bukan saya XD. Tapi saya miliki kedua tokoh Kichiro dan Akira.

Warning: Spoiler chapter 400 dan 462.

Pairing: kalian nebak sendiri ya..?


"Lari!!!!" sebuah ledakan, dan akademi ninja Konoha hancur berantakan. Api menjalar dimana-mana. Para shinobi berlari, bertarung, menyelamatkan orang-orang yang mereka sayangi. Asap terlihat dari rumah-rumah para penduduk yang terbakar habis harta dan tempat tinggalnya mereka. Banyak yang terluka dibawa ke rumah sakit.

"Sakura tolong orang ini!" seorang suster menyeret seorang shinobi yang lengan kirinya terluka berat. Sakura tidak menjawab, tapi langsung berlari ke arahnya dan mengaktifkan cakra penyembuhnya di atas lengan orang itu.

"Sakura disini!" seorang suster yang lainnya memanggilnya dan Sakura pun kembali berlari. Rumah sakit dipenuhi orang-orang yang sekarat.

Setelah menyembuhkan seseorang yang nyaris tewas karena kehilangan darah, Sakura ambruk dan terjatuh di atas lantai. Shizune yang kebetulan ada di dekat, mengangkat lalu menyeretnya ke sebuah pojok. Ia memberikan Sakura pil Hyorogan.

"Kamu gak apa-apa?"

Sakura menggelengkan kepalanya.

Shizune terlihat cemas,"Sakura kamu harus hati-hati. Kalau terlalu banyak menghabiskan cakra kamu bisa mati."

Sakura kembali menggelengkan kepala sebagai pertanda kalau ia tidak ingin membicarakan hal itu. Rumah sakit sudah terlalu keras beraroma kematian.

"Dimana guru..?"

Shizune menunduk sedikit, lalu melihat keluar jendela. Di luar terlihat jinchuuriki berekor enam. Tidak jauh darinya ada yang berekor tiga dengan yang tujuh. Sakura tahu di bagian lain dari Konoha ada setidaknya tiga jinchuuriki lainnya, dan kalau Naruto, Kakashi, Yamato, dan juga Tsunade, sedang bertarung melawan para monster itu.

"Hati-hati ya Sakura…? Jangan sampai kamu terlalu memaksakan dirimu," setelah berkata begitu, Shizune bangun dan kembali dalam menyembuhkan para shinobi yang terluka.

Sakura masih duduk di pojok, melihat keluar jendela dengan tatapan kosong. Ia baru berumur 27 tahun, tapi ia sudah menyaksikan desa Konoha diserang dan dihancurkan tiga kali. Pertama oleh Orochimaru, kedua oleh Pain, dan yang ketiga kalinya oleh…

Ia menunduk. Memikirkan keadaanya. Memikirkan keadaan mereka semua dan apa yang ia inginkan. Sakura kembali melihat keluar jendela dan melihat anak-anak Konoha dibawa ke tempat yang aman. Ia menghembuskan napas tanda syukur. Setidaknya Kichiro akan selamat… tapi tidak lama lagi jika para monster itu menghacurkan seluruh desa…

Sakura mengepalkan kedua tangan saat air matanya turun membasahi pipinya. Ini harus dihentikan, pikirnya. Aku sudah capek, sudah lelah dihancurkan hidupku oleh Sasuke. Aku harus menghentikannya…

Dan setelah menghapus air matanya ia tidak kelihatan lagi di ruangan medis itu. Hanya jendela yang terbuka dengan korden yang bergerak dimainkan angin menandakan kemana ia pergi.

Shizune yang tiba-tiba merasakan sebuah firasat buruk, berbalik, tetapi semuanya sudah terlambat. Sakura sudah tidak ada dimanapun…

"Tidak!" Shizune menjerit.

'Gadis bodoh!', pikirnya dan ia langsung menyuruh seorang suster memanggil seorang anbu. 'Kalau kamu tidak ada, siapa yang Kichiro punya?!'

---

Sasuke berdiri di atas dinding pinggir desa Konoha, menyaksikan apa yang diimpikannya selama ini. Setelah Madara menang menghancurkan hampir semua desa ninja, ia mendapatkan izin untuk menghancurkan Konoha. Dengan bantuan para Jinchuuriki yang ada di bawah pengaruh Mangekyo Sharingan-nya, semua berjalan mulus. Walaupun Mangekyo Sharingannya tidak akan tahan lama ia bisa melihat Konoha menuju akhir. Tinggal membunuh Danzou dan para sesepu dengan tangannya sendiri, lalu ia bisa merasakan tenang…

"SASUKE!!!"

---

Tidak jauh dari tempat itu Ino berbalik ke arah pinggir desa. Ia hampir yakin mendengar teriakan Sakura di luar sana.

"Sakura…?"

"Ino ngapain kamu!? Kita harus membawa semua orang terluka ke rumah sakit!"

Ino berbalik lalu berlari. „H-hai!"

---

Sasuke berhasil melompat sebelum ia dihantam tinju Shannaro-nya Sakura. Mereka sekarang sedang berhadapan satu-satu di atas dinding pinggir desa mereka.

„Lama tidak ketemu Sakura," mata Sharingan milik Sasuke menyala dingin dan tidak berperasaan. Wajahnya sekarang hampir sama tidak emosinya seperti Itachi, tetapi walaupun Itachi tidak memperlihatkan emosi, ia tidak terlihat seperti orang mati.

„Sasuke!" Sakura terlihat sangat sedih, tetapi juga geram.

„Mau apa kamu Sakura? Aku sedang sibuk. Mau membawaku kembali ke desa? Aku sudah kembali…" Sasuke berpaling melihat Naruto bertarung dengan Jinchuuriki berekor tujuh.

„Hentikan semua ini Sasuke," Sakura mengepalkan kedua tangannya.

„Tidak," jawab Sasuke tanpa emosi.

„Sudah terlalu banyak kematian yang merenggut nyawa, sudah terlalu banyak rasa sakit. Sasuke, hentikan semua balas dendam ini," Sakura melangkah maju.

Sasuke menggelengkan kepalanya. „Kalian semua… harus bayar apa yang kalian lakukan terhadap Itachi…" untuk pertama kalinya Sasuke tersenyum, walaupun senyumnya sedingin es.

„Aku tidak mengerti kamu Sasuke!!" Sakura berteriak, air matanya berjatuhan. „Kamu membunuh Itachi, tetapi kenapa kamu malah sekarang ingin membunuh kami?!"

Sasuke berpaling ke arah Sakura dan berbisik,"Ya Sakura… kamu tidak pernah dan tidak akan bisa mengerti aku… itulah kenapa aku tidak membiarkan kamu ikut waktu itu. Tapi yang jelas kamu tidak akan pernah bisa mengerti neraka yang aku lewati, atau sedikitpun neraka yang kakakku pernah lewati-"

„Kamu salah!" Sakura mengangkat tinjunya sambil nangis. „Aku tahu benar gimana perasaan kehilangan orang yang sangat kamu sayangi melebihi dirimu sendiri! Aku tahu gimana rasanya kehilangan Itachi selamanya!

Sasuke terdiam, dan untuk sesaat ia terlihat kaget. Ia berdiri menyaksikan Sakura berlari ke arahnya dengan chakra penuh.

„Pembunuh!!!" Sakura menyerangnya berlinang air mata. „Aku benci padamu!"

---

„Anak-anak, kalian tunggulah di dalam sampai keadaannya membaik."

„Sensei! Izinkan saya bertarung! Saya bisa bertarung! Izinkan saya Sensei, saya mohon!"

Iruka menggelengkan kepalanya,"Kichiro kamu tunggu disini bersama Akira ya?"

„Tenang saja Kichiro!" seorang bocah berambut pirang dan bermata cerah nyengir. „Ayahku akan melindungi desa ini seperti dulu. Dan ibu kita akan menjaga para penduduk."

Kichiro langsung duduk dan menghantam lantai dengan frustasi. Lantainya bergetar sedikit. Anak-anak yang lainnya menjauhi Kichiro. Mereka tahu kalau ia marah, mereka sebaiknya tidak mengganggunya.

Akira duduk di sampingnya menepuk punggung Kichiro. „Kita harus diam disini supaya orang tua kita tidak khawatir. Ibumu bisa mengamuk dan khawatir kalau tahu kamu malah mau ada di luar sana-"

Kichiro tiba-tiba berpaling ke arah pintu. Ia tidak berkedip.

„Kichiro..?" Akira mengikuti pandangannya. Sekarang ia juga merasakan sebuah firasat buruk. Ia menggengam tangan Kichiro erat. „Kichiro...ada apa?"

„Ibuku…" kedua mata hitamnya Kichiro kosong. „Chakra ibuku tiba-tiba gak ada…"

Akira juga merasakannya. „Tidak mungkin bibi…"

Dari luar sayup-sayup terdengar suara perang. Tetapi Kichiro tidak menghiraukan suara itu.

„Ibuku… sudah mati…" air matanya Kichiro mengalir. Dan saat itulah ia bisa mengerti untuk pertama kalinya, rasa sakit apa yang dulunya dilewati oleh ayahnya.


Sekian dulu. Chapter kedua akan jadi yang terakhir. Sekedar informasi, Kichiro dalam bahasa Jepang artinya anak yang beruntung dan Akira artinya cerah. Sudah bisa tebak siapa orang tua mereka? Kalau gak jawabannya ada di chapter kedua.

Review akan membuat saya makin bahagia, walaupun dilanda awal musim dingin T.T

Sampai minggu depan, ^_^ dadahh.