Mystery Solver
Disclaimer : I don't own anything but the idea
Warning : Pembunuhan, banyak typo
Chapter 1 Day of Blood
….
"Kyaa." Terdengar sebuah teriakan yang berasal dari sebuah toilet untuk perempuan. Tak pelak teriakan keras yang terdengar dari toilet perempuan itu berhasil menarik perhatian siswa siswi bahkan ada satu guru yang datang menghampiri lokasi terdengarnya jeritan tadi.
Ketika para murid dan guru itu menghampiri lokasi terdengarnya teriakan itu, mereka menemukan seorang siswi yang sedang terjatuh di lantai dengan menangis sesengukan dengan muka yang tertutup dengan kedua telapak tangannya. Siswi yang tengah sesunggukan itu mempunyai rambut berwarna pink lurus yang panjangnya sebahu yang di hiasi dengan sebuah bando yang warnanya senada dengan warna rambutnya.
"Hiks…. Hiks…. Hiks." Siswi berambut merah muda itu terus saja menangis.
"Ada apa Sakura-san?." Tanya seorang pria berambut hitam yang berpakaian selayaknya seperti seorang guru dengan luka di bagian hidungnya. Pria itu bernama Umimo Iruka seorang guru bahasa inggris di Konoha Gakuen.
"Hiks…. Hiks…. Hiks." Bukannya menjawab pertanyaan yang di lontarkan oleh gurunya, siswi yang bernama Sakura tersebut masih saja menangis. Melihat salah satu siswa didiknya yang masih saja menangis. Iruka mencoba untuk membantu Sakura untuk berdiri meskipun Sakura sempat menolak uluran tangan tapi akhirnya dia menerima uluran tangan dari gurunya.
"Sekarang apa kamu sudah baikan Sakura-san?." Tanya Iruka kepada Sakura yang tangisannya sudah mulai mereda. Sakura hanya bisa menganggukkan kepalanya secara pelan mendengar pertanyaan dari gurunya itu.
"Sekarang coba ceritakan apa yang terjadi padamu sehingga kamu berteriak tadi Sakura-san?." Tanya Iruka pada Sakura.
Sakura kini sudah tidak menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya yang mana di bagian tangan kanannya di balut dengan perban berwarna putih sehingga Iruka dan semua orang yang ada disana dapat melihat jika wajahnya kini di penuhi dengan air matanya dan matanya sedikit memerah mungkin akibat dia tadi menangis.
"Ha'i." Jawab Sakura yang memejamkan matanya sedikit lama.
"Lihatlah ke dalam toilet sensei!." Kata Sakura kepada Iruka.
Iruka yang penasaran dengan apa yang di katakan Sakura dengan mengangkat satu alisnya dia secara perlahan memutar knob pintu toilet itu.
"Kreet." Secara perlahan pintu toilet itu terbuka sedikit demi sedikit. Iruka yang dapat dengan jelas melihat apa yang sedang terjadi di dalam toilet tersebut sempat menahan napasnya ketika dia melihat apa yang terjadi di dalam toilet tersebut.
"Astaga!." Mata Iruka membulat secara sempurna ketika dia melihat apa yang terjadi di dalam toilet. Di dalam toilet tersebut terdapat seorang siswi perempuan yang berambut pirang panjang yang di kucir seperti ekor kuda dan juga sebuah poni yang menutupi mata kanannya. Tubuh siswi tersebut tergeletak tidak berdaya dengan kedua mata terpejam dan tubuhnya bersandar pada dinding toilet tersebut. Jika di lihat secara sekilas mungkin kalian akan menduga jika siswi tersebut itu pingsan di dalam toilet tapi jika kalian mengalihkan pandangan kalian menuju dadanya atau lebih tepatnya kearah jantungnya kalian akan menemukan sebuah pisau dapur yang tengah menancap tepat di bagian jantungnya dan juga seragam putih yang sudah bersimbah darah.
'Kapan ini terjadi?.' Guman Iruka yang masih terkejut.
Sementara semua orang hanya bisa melihat Iruka membeku di tempatnya tanpa bergerak malah membuat semua orang di ruangan itu semakin tambah penasaran terkecuali untuk Iruka dan Sakura yang sudah tahu apa yang terjadi di dalam toilet.
"Sebenarnya apa yang terjadi di dalam sana?."
"Mana aku tahu!."
"Kenapa kita tidak melihatnya sendiri?." Seperti itulah kegaduhan yang terjadi akibat rasa penasaran orang – orang di sekitar toilet itu semakin memuncak karena Iruka masih saja membeku di tempatnya dan tak kunjung juga memberi tahu mereka apa yang sebenarnya sedang terjadi di dalam sana.
"Kyaaa!." Untuk kedua kalinya di kerumunan orang itu terdengar teriakan dari seorang siswi perempuan tapi kali ini teriakan itu bukan teriakan dari Sakura karena Sakura masih sesenggukan di tempat dia pertama kali di temukan. Melainkan teriakan itu berasal dari salah seorang siswi yang berhasil menyelinap di antara kerumunan dan berhasil berdiri tepat di samping Iruka yang masih terpaku di tempatnya. Iruka yang mendengar teriakan melengking tepat di daun telinganya itu mau tak mau harus bangun dari rasa terkejutnya
"Oi! Ada apa Naomi?." Tanya seorang siswa kepada siswi yang berteriak histeris tadi.
"Itu adalah mayat Ino –san." Tunjuk Naomi ke dalam ruang toilet atau lebih tepatnya menunjuk posisi tubuh Ino yang tergeletak tak berdaya. Jari telunjuk Naomi begitu bergetar ketika ia menunjuk tubuh Ino yang sudah terbujur tak berdaya dengan seragam yang bersimbah darah dan dari sudut matanya pun secara perlahan – lahan mengalir air matanya karena tidak kuat menahan tontonan yang tersaji di depan matanya secara jelas.
"Ini tidak mungkin!." Entah sihir apa yang mempengaruhi orang – orang di sekitar toilet itu tapi yang pasti adalah ketika puluhan mata itu menemukan sosok Ino yang masih tergeletak itulah kalimat yang keluar dari mulut mereka secara serempak.
"Apakah ada yang bisa menghubungi polisi untuk menyelidiki kasus ini?." tanya Iruka pada murid – murid yang masih terkejut dengan apa yang menimpa teman satu sekolah mereka.
"Ha'i." Kata seorang murid yang langsung menghubungi polisi Konoha.
"Dan sebaiknya kalian semua belajar di rumah kalian masing – masing untuk hari ini sementara saya yang merupakan staff sekolahan akan menunggu pihak polisi untuk menyelidiki kasus ini dan coba memberikan mereka dengan informasi yang kami tahu untuk menyelesaikan kasus ini." Jelas Iruka pada kerumunan murid – murid Konoha Gakuen.
"Ha'I sensei." Jawab para murid yang mulai meninggalkan lokasi pembunuhan tersebut sehingga tinggal meninggalkan Iruka, Sakura dan seorang murid laki – laki dengan rambut pirang dengan style spiky yang panjangnya sampai sebahu, murid itu memiliki dua iris mata berwarna biru muda.
"Sebaiknya kamu juga pulang Sakura – san." Ucap Iruka pada Sakura yang kini sudah tenang tetapi meskipun jika di lihat dari raut wajahnya jika dia sudah tenang tetapi tetap saja dari kedua kelopak matanya masih megalir cairan – cairan bening yang mengalir di kedua pipi mulusnya.
"Bukankah itu merupakan tindakan bodoh sensei?." Ucap pemuda bersurai pirang itu ketika dia mendengar bahwa gurunya menyuruh Sakura untuk pulang.
"Eh?." Iruka langsung celingukan mendengar suara orang lain selain dirinya dan Sakura karena dia pikir bahwa semua murid sudah pulang ke rumah mereka masing – masing kecuali dirinya dan Sakura dan dengan mudah Iruka menemuka orang yang berkata kepadanya tadi.
"Oh! Kau Naruto – kun. Kenapa kamu belum pulang?." Tanya Iruka kepada Naruto murid yang dekat dengannya itu.
"Karena kejadian hari ini menarik perhatiaku." Jelas Naruto pada Iruka.
'Kau masih menyukai misteri, eh Naruto – kun.' Batin Iruka yang sudah sejak lama tahu apa hobi Naruto sejak kecil.
"Lalu, apa maksud dari perkataamu tadi?." Tanya Iruka kepada Naruto tentang maksud perkataannya tadi yang mengatakan bahwa apa yang dia sarankan pada Sakura merupakan sebuah tindakan yang bodoh.
"Bukankah Sakura – san di sini adalah saksi dari kasus pembunuhan yang menimpa Ino –san , sensei pasti dapat membayangkan bukan apa yang terjadi pada saksi ini jika pulang sekarang sebelum polisi menyelidiki tentang kematian Ino –san yang ganjil ini." Jelas Naruto pada Iruka yang hanya mangut – mangut saja mendengar perkataan dari mulut Naruto. Setelah ia pikir – pikir apa yang di katakan Naruto ada benarnya juga, dia tidak mungkin membiarkan saksi berkeliaran sembarangan sementara kondisinya masih kacau.
"Mau kemana kau Naruto?." Tanya Iruka pada Naruto yang berjalan seenaknya saja melewati dirinya dan Sakura.
"Tentu saja ingin melihat keadaan toilet." Kata Naruto singkat.
Kedua iris biru Naruto dengan serius menatap setiap sudut ruangan toilet tempat Ino di bunuh, setelah merasa cukup mengamati keadaan ruangan kedua iris Naruto kini beralih menatap kondisi dari Ino.
"Bukankah kamu adalah teman dekat dari Ino –san, Sakura – san?." Tanya Naruto pada Sakura tanpa menoleh ke arah Sakura karena kedua irisnya masih sibuk mengamati keadaan dari Ino.
"Ha'i." jawab Sakura dengan nada lemah.
"Apa minuman favorit Ino –san adalah teh manis?." Tanya Naruto pada Sakura.
"Itu tidak mungkin, karena sejak kita berteman aku tidak pernah melihatnya minum the manis kecuali saat kita masih SMP. Waktu itu dia pernah minum teh manis kemasan sekali tetapi tidak berselang lama dia langsung muntah – muntah karena alergi." Balas Sakura dengan sedikit menaikkan alis matanya pertanda jika dia tengah mengingat sesuatu.
"Oh begitu ya." Jawab Naruto dengan simpel.
"Apakah kamu tadi pagi sebelum menemukannya meninggal sempat pergi berdua dengannya?." Tanya Naruto lagi pada Sakura.
"Ya, tadi pagi kami berempat…" Ucapan Sakura langsung di potong oleh Naruto.
"Kami berempat, eh?." Guman Naruto cukup pelan namun masih terdengar oleh Sakura dan Iruka.
"Ya, Aku, Ino – chan, Sasuke – kun , dan Sai – kun sempat sarapan pagi bersama di kantin sekolah." Jawab Sakura.
"Lalu apa saja yang kalian pesan?." Tanya Naruto pada Sakura atau lebih tepatnya menginterograsi Sakura secara tidak langsung.
"Aku dan Ino – chan memesan sandwich dengan minumku adalah jus jeruk sementara Ino – chan memesan jus alpukat sementara Sai – kun dan Sasuke – kun memesan sandwich dengan teh manis." Jelas Sakura pada Naruto.
'Apa yang kamu lakukan Naruto – kun?.' Batin Iruka yang hanya bisa menatap aktivitas yang di lakukan oleh Naruto dengan rasa tertarik.
"Apakah teh manis yang mereka pesan seperti itu?." Ucap Naruto sambil mengunakan jari telunjukknya untuk menunjuk sebuah botol plastik yang memiliki merek sweet dan matanya sedikit terbelak ketika kedua matanya melihat noda di seragam Ino atau lebih tepatnya seragam di bagian perut berwana orange seperti jeruk.
"Eh… iya." Kata Sakura sedikit tergagap karena bisa menemukan botol yang sama yang di pesan oleh Sasuke dan Sai.
"Oh ya, kenapa tangan kananmu kamu perban Sakura – san?." Tanya Naruto sambil memandangi tangan Sakura yang di perban dan jika kita lihat secara jeli maka kita pasti sadar jika perban itu warnanya tidak putih lagi tapi berubah jadi sedikit kemerah – merahan yang menandakan jika luka itu belum kering sempurna.
"Oh ini, tadi pagi waktu aku membuat sarapan aku sedikit ceroboh sehingga tanganku tergores oleh pisau dapur yang aku gunakan." Simpul Sakura.
'Benar – benar alasan yang janggal.' Batin Naruto setelah mendengar penuturan dari Sakura yang notabene tadi dia mengaku jika dia beli sarapan bersama teman – temannya.
'Jika sudah membuat sarapan kenapa harus membeli sarapan di kantin?.' Pikir Naruto.
"Brughhh." Tiba – tiba saja tubuh Ino yang tadinya bersandar kini jatuh tersungkur ke lantai.
"Ino – san."
"Ino – chan." Secara refleks Naruto dan Sakura memanggil Ino walaupun mereka tahu jika orang yang ada di depan mereka sudah mati.
Sementara Sakura dan Naruto masih terkejut dengan jatuhnya tubuh Ino, Iruka malah menatap tajam coretan di dinding toilet yang di jadikan sandaran oleh tubuh Ino tadi. Tapi Iruka langsung menggerutkan dahinya karena coretan itu seperti di tulis dengan darah. Di dinding yang semula di sandari tubuh Ino itu terdapat coretan seperti ' '.
"Siapa yang berani mencoret – coret dinding ini?." Tanya Iruka sedikit geram ketika melihat dinding yang di kotori dengan coretan – coretan tidak berguna.
"Eh…" Naruto langsung melihat coretan – coretan yang terdapat di dinding toilet tersebut.
"Itu bukanlah coretan sensei tapi itu adalah kode." Jelas Naruto pada Iruka. Mendengar penjelasan dari Naruto tidak hanya Iruka saja yang terkejut tetapi Sakura juga.
"Kode?." Iruka dan Sakura hanya bisa cengo mendengar penuturan dari Naruto jika tulisan – tulisan yang tertera di dinding yang mereka anggap sebagai coretan saja ternyata adalah sebuah kode.
"Ya, kode yang di kenal dengan sebutan ROT – 13." Jelas singkat Naruto pada kedua orang yang sedang menemaninya ini. Begitu melihat ekspresi wajah milik Iruka dan Sakura yang menunjukkan ekspresi layaknya seperti orang bingung, dia langsung menghela napasnya panjang – panjang.
'Ini akan sangat lama.' Batin Naruto.
"Kode ROT – 13 adalah sebuah kode yang mengubah huruf abjad N menjadi A dan sebaliknya abjad A menjadi N." Jelas Naruto.
"Maksudnya?." Tanya Sakura yang kurang mengerti penjelasan dari Naruto yang memang tidak jelas.
"Maksudku … abjad N = A, 0 = B, P = C …. Sedangkan abjad A = N, B = O, C = P dan seterusnya. Apa kau mengerti sekarang Sakura – san?." Kata Naruto.
"Oh…." Penjelasan panjang dari Naruto hanya di balas dengan satu kata yang keluar dari mulut Sakura.
'Hanya Oh….' Batin Naruto sedikit kesal karena hanya mendapat bayaran 'Oh' saja bukannya ucapan terimakasih.
"Jadi, apa kamu menyimpulkan jika pelaku pembunuhan ini adalah Sasuke – san, Naruto – kun?." Tanya Iruka.
"Buk…." Baru saja setengah kata keluar dari mulutnya, Naruto terpaksa harus menghentikan apa pun kata yang akan keluar dari mulutnya karena dia di ganggu oleh petugas kebersihan yang datang tiba – tiba dengan raut wajah seperti orang terkejut.
"Ada apa Oji –san?." Tanya Iruka pada petugas kebersihan di Konoha Gakuen ini.
Petugas kebersihan itu tidak langsung menjawab pertanyaan dari Iruka melainkan ia mengatur deru napasnya yang memburu bahkan keringat pun mengalir di seluruh kulitnya yang sudah keriput itu sampai – sampai baju yang di kenakannya basah kuyup.
"Sasuke – san di temukan meninggal di ruang kelas X A!." kata Petugas kebersihan itu yang berhasil mengejutkan ketiga orang itu.
"APA!." Teriak Iruka dengan lantang.
To Be Continue
…
Akhirnya chap 1 selesai juga.
Dan apa para pembaca tahu siapa yang membunuh Ino dan Sasuke?.
Dan bagaimana cerita misteri ku menurut kalian semua.
Tolong berikan tanggapan mengenai ceritaku ini melalui Review para pembaca sekalian.
Jangan lupa untuk Fav atau Follow cerita ku ini.
Review kalian bagaikan bahan bakar untuk otak saya.
Sekian.
