Fie back dengan fanfic berbahasa Indonesia. Niatnya sih fanfic ini bakalan fie translate ke bahasa Inggris begitu selesai ^-^ selamat membaca!
Fairy Tail isn't mine.
Chapter I
PROLOG
" Dia cantik." Rogue bersiul.
" Hush, enyah kau."
" Aku cuma katakan apa yang aku lihat."
" Rogue, Jangan pernah berfikir untuk menggodanya."
" Kenapa?"
Rogue melirik wajah lelaki disampingnya, Gray. Lelaki itu menelan ludah. Ia menggaruk-garukkan kepalanya dengan jemari tangan kiri. " Tidak ada alasan khusus. Well, pokoknya Jangan." Gray menggerutu.
'Sial, aku tidak bisa mengatakannya.' Pikir Gray. Dia sendiripun tidak mengerti kenapa ia harus merahasiakan hal ini dari teman-temannya yang lain. Ini sudah yang kesekian kalinya ia menemui orang yang berusaha (atau setidaknya ingin berusaha) menggoda perempuan yang sedang membaca buku di sudut kelas itu. Dia adalah ketua kelas sekaligus ketua osis di sekolahnya, Fairy Tail Academy.
Dia pintar, dia cantik, dia pandai bergaul, dia menarik, dia disukai banyak orang. Tetapi ada satu hal yang tidak seorangpun tahu, dia miliknya. Milik Gray. Lucy Heartfilia, anak dari pemegang sponsor terbesar di sekolahnya. Seorang putri yang dihormati oleh semua guru dan murid. Walaupun perhatian yang didapatkannya itu sesekali membuat beberapa orang disekitanya merasa iri hati.
Banyak gosip yang tersebar tentang hubungannya dengan wakil ketua osis, Sting. Atau dirinya dengan salah satu anak pembuat onar dan salah satu saingan terbesar Gray, Natsu Dragneel. Namun tidak satupun pernah berfikir jika lelaki bermasalah di kelasnya adalah pacar sebenarnya perempuan itu.
Dan untuk lebih memperjelas, hubungan ini sudah berjalan sekitar satu setengah tahun.
Delapan belas bulan tepatnya.
Sebenarnya mudah, Lucy dan Gray sering dipertemukan dengan kejadian-kejadian yang kurang akrab. Lucy selalu menangkap basah Gray sedang membolos ataupun sedang merokok di tempat-tempat tertentu. Awalnya obrolan mereka hanya sekedar argumen-argumen sederhana, nasehat panjang Lucy, atau ancaman 'Kau bisa dikeluarkan' yang sering dikatakan perempuan berambut pirang sepundak itu. Meskipun ancaman-ancaman tersebut tidak pernah dipedulikan Gray walau hanya sekali.
Beberapa minggu setelahnya perasaan mereka berdua lambat laun mulai berubah. Lucy menjadi tidak setegas pertama kali mereka bertemu, dan Graypun tidak secuek biasanya. Ia menjadi lebih peduli pada gadis itu. Terkadang argumen mereka tergantikan dengan tawa atau candaan-candaan ringan dari Lucy. Atau mereka hanya diam dalam kebisuan seraya Lucy menyenderkan kepalanya pada bahu bidang Gray yang tengah asyik merokok. Akhirnya Gray menyatakan perasaannya pada Lucy dengan sebuah kecupan di dahi, yang dibalas dengan senyuman dan anggukan dari gadis itu. Namun,
" aku ingin menjadi pacarmu Gray, hanya saja..."
Gray menaikkan alis mata.
"...hanya saja, tolong rahasiakan hubungan ini dari siapapun. Khususnya anggota osis yang lain, temanmu, bahkan temanku."
" kenapa?"
Pertanyaan kenapa itu tidak pernah dijawab Lucy sampai sekarang. Setiap Gray mencoba untuk bertanya, hanya senyuman simpul dari Lucy yang ia terima sebagai jawaban. Sebenarnya, sebelumnya ia tidak begitu peduli. Tapi dengan kenyataan banyak sekali siswa yang menjadikan pacarnya itu sebagai sasaran calon pacar mulai membuatnya sedikit gelisah.
'aku ingin sekali katakan pada semua orang kalau Lucy adalah pacarku, Milikku.' Pikirnya dalam hati. 'Dan setelah itu, akan kuhajar siapapun yang masih mencoba untuk mendekatinya.'
