DOK … DOK … DOK …. "Nash-bro, numpang makan dong, gajiku belum cair nih bulan ini." Tampak sebuah pintu apartemen digedor dengan tenaga kuda.

Sesosok bocah cilik rambut blonde membukakan pintu mempersilakan masuk, "Eh Om Jason, masuk Om. Papih lagi mandi tuh."

Mereka memasuki ruangan apartemen mewah mengalahkan rumah dinas wakil rakyat. Silver segera mendudukkan diri di sofa beludru setelah mengambil berkaleng-kaleng Bir dari dalam kulkas, serasa rumah sendiri memang.

Sedangkan si bocah –Ryouta- menggedor pintu kamar mandi yang ber-BGM suara shower mengguyur, "Pih! Om Jason dateng tuh mau minta makan!" Tak ada jawaban dari dalam kamar mandi, suara Ryouta kalah dengan siraman shower rupanya.

Ryouta kembali menggedor kamar mandi, "Papih bolot. Denger gak sih."

"Iya, Papih denger Ryouta, kamu ngatain Papih Bolot kan!"

'Alamak ketahuan.' Padahal Ryouta mengatai Nash dalam volume pelan.

"Buatin minum yah."

"Tapi Pih …."

"Gak ada tapi-tapian, Om Jason tetep tamu sekalipun kadang ngemis makanan ke sini."

"Tapi Om Jason udah ngabisin stok minumannya punya Papih tuh."

Nash segera menyelesaikan mandinya, menjeblak pintu kamar mandi dengan hanya memakai handuk di pinggang kemudian berlari melewati Ryouta yang nyaris jatuh karena terkena hempasan angin dari lari Nash.

"Jase! Lo kok ngabisin persediaan Bir gue sih!"

The Catalyst : Ryouta

Proud to you by:

emirya sherman

This is only a work of fiction. If there any similarities among the names, the places or the plotlines are entirely coincidental.

Disclaimer:

I own nothing except this absurd fic.

Kuroko no Basuke created by Fujimaki Tadatoshi. With a glimpse scene from Gintama (created by Sorachi Hideaki) and Nintama Rantaro (created by Sōbe Amako).

Warnings:

Out of Character. Typos everywhere. Papa!Nash, Son!Ryouta.

Peace mamen.

V-.-

Selamat membaca.

...

..

Ryouta bersembunyi di balik kusen pintu, melihat ke arah meja makan tepatnya melihat ke arah bungkusan nasi ayam jatahnya yang dihabiskan oleh Silver, batinnya mencelos. Padahal Nash membelikan nasi bungkus itu untuk dirinya, Ryouta cemberut antara jengkel dan ingin pindah ke rumah Bang Kuroko saja. Ryouta tak ingin menangis karena kata Papihnya pria tidak boleh menangis 'Jangan kayak banci Ben', begitu kata Nash saat Ryouta berumur 3 tahun menangisi layangan dan dirinya sendiri yang tersangkut di Pohon Waru pinggir kali. 'Aku laki kok Pih!' jawabnya kala itu yang berakhir ditolong oleh seorang paman pemadam kebakaran beralis cabang.

Nash sungguh jahat lebih memilih memberi makanan kepada sahabat bagongnya si Silver daripada memenuhi syarat asupan gizi empat sehat lima seimbang bagi pertumbuhan Ryota yang kini menginjak usia 7 tahun.

Kruyuukk. Peristaltik ususnya mulai berkoor lebih keras lantaran tidak ada zat makanan yang dicerna. "Pih laper."

Kalau Silver sudah bertamu, dunia serasa milik berdua, paling cepat mungkin tengah malam baru bubar. Itu saja kalau Mamihnya Ryouta di rumah, lah sekarang Mamihnya sedang tidak ditempat bisa-bisa malah semakin banyak teman Nash yang main, karena pada akhirnya Ryouta lah yang membersihkan rumah. Mana mungkin Ryouta menulis 'bersih-bersih rumah' di sepanjang halaman buku tugas harian musim panasnya.

Nash tidak punya niatan homo dengan Silver, hanya saja Silver adalah kawan satu geng dengannya sedari SMA. Dulu ayah Nash –Nash Gold Sr.- mengancam akan mengusir Nash dari rumah dan dicoret dari daftar ahli waris jika memilih bergabung dengan perkumpulan yang menurut ayah Nash adalah perkumpulan gepeng (gelandangan dan pengemis, red). Apalagi saat Nash dan gengnya yang mengatasnamakan 'Jabberwock' ketahuan meretas bank data milik Pentagon, bahkan Gedung Putih sampai ketar-ketir mengira serangan ini berasal dari pihak militan ekstrim. Entah berapa juta Dollar yang dikeluarkan Nash Gold Sr. untuk membebaskan putranya dari ancaman jerat hukum.

Mau dijelaskan sampai kayang pun ayah Nash tak mau peduli, baginya yang konglomerat sukses itu semua orang yang nongkrong di pinggir jalan saat malam hari itu satu ras dengan kaum dhuafa, entah itu main basket seperti kata Nash atau main di angkringan. 'Jauhilah orang yang dijauhi uang' pegitu prinsip hidup ayah Nash saat diwawancarai Majalah Trubus(?) lebih dari satu dekade lalu.

Kali ini Silver pulang jam 9 malam, Nash memanggil Ryouta yang menggelung diri dalam haribaan selimut bermotif kumbang miliknya. Nash masuk ke kamar Ryouta, membangunkan Ryouta yang pura-pura tidur.

"Ryouta, bangun dulu."

Ryouta tak bergeming, masih berselimut dalam posisi nungging, kepalanya ditutupi bantal.

"Papih tahu kamu masih bangun nak." Nash tak mendapat respon.

"Ben, bangun …." Biasanya jika Nash sudah mulai memanggil Ryouta dengan panggilan 'Ben' berarti ada kemungkinan jika Papihnya sedang serius.

"Kalau kamu gak bangun nanti jatah makanan kamu Papih abisin loh." Nash lalu keluar kamar Ryouta.

'Makanan!' Ryouta menyepak selimut hingga terbentang ke lantai, bantalnya hilang entah kemana. Mental Ryouta memang tak sanggup untuk mengabaikan Papihnya sampai akhir zaman sekalipun. Dia langsung berlari menuju meja makan di mana Nash duduk di meja paling ujung, tempat duduk bagi kepala keluarga.

"Pih, masih ada jatah buat aku?" tanya Ryouta.

"Masih. Kalau begitu ayo kita makan malam, Ryouta." Nash menunjuk bungkusan karton di depannya sambil minum kopi instan.

"Asyiiikkk, Ryouta sayang Papih!" Teriak Ryouta menjauh dari ruang makan.

Segeralah Ryouta mengambil piring, mangkuk dan sumpit, untuknya dan Nash, kemudian membalik tas karton itu di atas piring agar isinya jatuh ke piring semua.

Makanan menggelinding di atas piring, mempertontonkan rupanya.

"Areee … Papih?"

Nash mencomot sebiji makanan tersebut kemudian mengunyahnya.

"Hiks … hiks … roti kacang lagi padahaludah 3 hari berturut-turut roti kacang, sehari 3 kali makan roti kacang … hiks(1)." Ryouta menangisi kejahatan Bapaknya, diiringi dengan isakan dan sorotan ingus, biar disebut banci pun Ryouta tak peduli. Padahal ia berfikir hari ini adalah hari lepasnya ia dari jerat setan roti kacang yang dibeli Nash dikala diskon di swalayan. Ternyata roti kacang sialan itu masih eksis di rumahnya.

Mamih Ryouta tidak sedang di rumah dalam waktu satu bulan karena mengikuti pelatihan Kegawatdaruratan Kardiovaskuler di Rumah Sakit Universitas Tokyo, pelatihan bagi perawat itu tak mungkin ditolak karena merupakan penunjukkan langsung dari Bidang Pelayanan Medik dan Keperawatan dari Rumah Sakit tepat Mamih Ryouta bekerja. Jadi bukan maksud hati untuk meninggalkan kedua adam itu kelaparan, buktinya empat hari yang lalu Mamihnya Ryouta mengusulkan agar Nash dan Ryouta berkunjung ke rumah Jii-chan dan Baa-chan –dari pihak Mamihnya Ryouta- yang tinggal di Osaka toh Ryouta dalam masa liburan musim panas.

'Ambil cuti sekali-kali kenapa sih? Biar Ryouta ada temen di rumah,' begitu kata istrinya Nash memberi usul. Nash sih mengiyakan namun 'iya' itu hanya di lisan dan hanya disampaikan saat di depan istrinya, nyatanya sampai sekarang dia dan Ryouta masih di Tokyo. Bukan maksud Nash tak mau mengunjungi mertua, karena itu ada alasannya.

Dua minggu yang lalu, Nash bangun setelah tepar karena kelelahan di sofa ruang tamu, dia tak sengaja mendengarkan percakapan istrinya dan Ryouta di ruang makan.

"Mih, kok Papih pulangnya malem terus sih? Terus sekarang mukanya Papih nyeremin banget kalo pulang. Ryouta mau ngambil remote tivi yang diduduki Papih aja gak berani apalagi ngajak main layangan sama Papih."

Berasal dari percakapan itulah Nash ingin menghabiskan waktu liburan musim panas dengan putranya, karena mungkin di masa depan Ryouta tak akan pernah mengajaknya bermain lagi atau malah akan sibuk sendiri dengan kehidupan pribadi yang tak akan pernah bisa Nash campuri. Alasannya sedehana saja, masa kecil Ryouta tak akan pernah bisa diulang kembali. Biar kata Nash berubah melankolis karena perkara ini, biar kata Nash paranoid dengan pemikiran semacam itu, Nash tak peduli. Singkatnya Nash sayang Ryouta, mudah di tulis, mudah diucapkan dalam pemikiran, namun sulit diungkapkan, apalagi pekerjaannya malah semakin menggunung.

Mungkin Nash canggung, apa sih yang biasanya dilakukan seorang anak laki-laki dengan ayahnya? Nash tak pernah punya contoh role mode ayah yang baik. Ayah yang baik tidak akan memberikan segepok Dollar untuk dipakai bermain lempar tangkap dengan anjing Doberman peliharaan seperti yang dilakukan ayahnya dulu, hell. Nash serasa ingin mengeluarkan makiannya. Hentikan paragraf melankolis ini, tolong.

Keesokan harinya Ryouta kembali dititipkan di penitipan anak 'Seirin' setelah 3 hari absen. Lumayan ada bahan isian untuk tugas buku harian musim panasnya. Selama 3 hari Nash berada di rumah izin cuti untuk menemani Ryouta tetapi masih juga mengerjakan pekerjaannya di rumah, apanya yang libur? Meskipun kadang-kadang juga menemani Ryouta main. Pantas saja selama 3 hari menu makanannya tak pernah berevolusi dari roti kacang dan kacang roti.

"Jangan nakal ya Ryouta. Papih berangkat kerja dulu." Nash pamit, mengacak rambut pirang Ryouta. Mau tidak mau Nash terpaksa berangkat kerja, menyelesaikan urusan bisnis dan tetek-bengeknya. Dalam hati Nash bersumpah setelah urusannya selesai dia akan mengambil cuti dan leha-leha saja di rumah selama libur bersama Ryouta.

Sebenarnya itu hanya basa-basi karena Ryouta tidak pernah nakal, sekalipun tidak pernah, Ryouta lah yang sering dibully oleh bocah dekil berambut biru si perampok makanan, kurang ajar memang. Lah lu belum tahu aja Bapaknya Ryouta itu seperti apa Daiki.

Siang itu anak-anak penghuni penitipan Seirin meminta pergantian menu, apapun itu selain tempe bacem, bagi Ryouta makanan apa pun itu tidak masalah asalkan bukan roti kacang yang akrab dengan sistem digestifnya selama 3 hari ini. Yah sekalipun Nash pada akhirnya membeli nasi ayam di hari ke-3, tapi kan tetap saja yang makan si Silver bukan Ryouta.

Siang itu Bang Kuroko membuka forum berniat mengakhiri demonstrasi itu, "Abang udah masak ayam bacem nih, gimana kalo kita masak bubur bersama buat dimakan bareng ayam bacem."

"SETUJU BANG!" kepalan jari terangkat dari sekumpulan boncel itu. Dan dimulailah sebuah kursus memasak dadakan.

Siang ini Ryouta bisa memakan nasi yang amat ia cintai 'NO RICE NO LIFE' begitulah motto yang di banggakannya. Ryouta mendapat tambahan ilmu, ilmu memasak bubur.

Disela-sela suara dentingan alat makan, Daiki menanyai Ryouta, "Oi, Ryouta kamu punya cita-cita apa?"

Ryouta sibuk memamah bubur.

"Oi, Ryouta kamu denger gak sih?"

"Eh, siapa Aominecchi?"

"Kamu, kamu punya cita-cita apa?"

"Maksud aku, siapa yang tanya." 'Haha … take that f*cking monkey, ups' begitu batin Ryouta berserapah. 'Like father like son', mungkin pepatah itu ada benarnya. Mereka berdua langsung rusuh jambak-jambakan, baru bisa tenang setelah Bang Kuroko mengancam akan menaruh mereka di kandang ayam.

Daiki masih meneruskan pidatonya menceritakan keinginannya menjadi polisi, bah … Daiki lebih cocok jadi buronan dengan tabiatnya yang suka membully.

Sisa siang itu Ryouta habiskan untuk membolak-balik majalah anak-anak yang berisi latihan Bahasa Inggris bertema 'cita-cita' yang ia pinjam dari Bang Kuroko. Perhatiannya tertuju pada satu profesi ….

Jam 6 sore, Ryouta sudah sampai rumah sebelum tadi dijemput oleh Nash yang mampir ke Seirin. Nash menggandeng tangan Ryouta sampai masuk apartemen.

"Pih hari ini makan apa?" tanya Ryouta.

"Roti ka …."

'Sudah aku duga,' "Pih, tadi aku diajari masak bubur sama Bang Kuroko loh, Papih mau coba masakan aku gak?" Ryouta segera memotong kalimat Nash yang sudah bisa ditebak akan mengucap 'Roti Kacang'.

"Oh oke, Papih setuju." Begitu jawab Nash mengiyakan.

Jadi beginilah ceritanya Ryouta akan memakai jurus perfect copy demi memasak bubur hasil dari berguru dari Bang Kuroko. Nash sedang mandi sedangkan Ryouta mencuci beras. Banyak bulir-bulir beras yang ikut terbawa air, sayang Ryouta tak tahu membersihkan beras dari apa, hanya berbekal mengikuti arahan Kuroko tadi siang. 'Haha … saraba da! Kuso mame pan yo.'(2)

Ryouta menaruh panci berisi beras yang sudah dicuci di atas kompor, lalu mulai mengisinya dengan air.

"Are … airnya seberapa yah? Mana Bang Kuroko pake ngilang lagi tadi, jadi gak tahu deh. Jurus perfect copy aku kan jadi berkurang kekuatannya."

Ryouta tadi mengambil beras dalam satuan 2 kali gelas takar kecil kini dia bingung seberapa banyak air yang harus diasukkan. Bang Kuroko yang sedang dalam mode invisible memang tak dapat diharapkan, Ryouta menuju telefon, meminta bantuan Mamihnya.

'Kalo gitu masukin 6 atau 7 gelas aja ya nak."

Ryouta jengkel, "Mamih tuh jangan buat bingung dong, 6 gelas atau 7 gelas nih."

'7 gelas aja deh, eh tapi Ryouta kok mau masak bubur sih nak? Di rumah gak ada makanan? Ati-ati ya nak, apinya kecil aja, bahaya.' Dan sederet pasal-pasal yang harus di patuhi Ryouta.

"Aman kok Mih, bye-bye … Ryouta sayang Mamih." Telefon langsung ditutup.

Kembali ke panci, Ryouta berdiri di atas kursi lalu mulai memasukkan garam dan daun salam kemudian menghidupkan kompor, Ryouta hanya menghidupkan api kecil meskipun masaknya akan lama yang penting aman.

DOK … DOK … DOK …. "Nash-bro, numpang makan dong, gajiku belum cair nih bulan ini." Seseorang menggedor pintu apartemen Nash, sepertinya suasana macam ini sungguh tidak asing bagi Ryouta.

Ryouta membukakan pintu mempersilakan masuk, "Eh Om Jason, masuk Om. Papih lagi mandi tuh."

Seperti biasa Ryouta lalu menggedor kamar mandi, memberitahu Papihnya jika salah satu peminta sedekah main ke rumah.

Seperti yang sudah-sudah, Silver menggeledah kulkas dulu hanya demi menemukan Roti Kacang siap pangan sebagai penghuni kulkas satu-satunya, "What the f*ck is this!" ingin rasanya Silver mengumpat keras-keras namun urung karena Nash dulu pernah menggantungnya terbalik hanya menggunakan kolor di halaman plafon apartemen karena berkata sumpah serapah di depan Ryouta.

"Kamu ngapain mainan kompor Ryouta? Ati-ati ntar kebakar kamu."

"Ryouta lagi masak Om." Sambil berekspresi 'Please deh, Om tak lihat apah?'

Setelah Silver menghilang dari jarak pandang, Ryouta berfikir, "Lah kalo Om Jason main ke sini berarti makanannya harus ditambah dong."

Tanpa pikir panjang Ryouta menambah dua gelas lagi. Karena Silver itu perutnya seperti dimensi lain, makanan seperti langsung menghilang begitu saja setelah ditelan. Ryouta lalu mengaduk masakannya.

Nash muncul dibelakangnya baru selesai mandi, "Jadi belum Ryouta?"

"Belum Pih, Om Jason ngambil roti kacangnya semua Pih. Tuh lagi nonton tivi."

Nash langsung ngibrit ke ruang keluarga, "Jase kampret! Lu jangan ngotorin sofa! Awas lu!"

DOK … DOK … DOK …. "Nash, jadi nonton bareng gak, gue udah di depan pintu rumah lu." Teman Nash datang satu lagi, Ryouta yang mengaduk masakan menengok ke arah pintu masuk meskipun terhalang tembok. Alamat Ryouta nih yang bakal jadi tukang bersih-bersih.

Ryouta kembali menambah air satu gelas lagi, menambah jatah untuk tamu yang baru saja datang. Lalu mengaduk masakannya.

DOK … DOK … DOK …. "Nash! gue sama Nick udah sampe nih, bukain pintunya dong." Ryouta mendengar dari dapur. Dari depan dua orang kembali datang, membawa bir kalengan.

Ryouta mulai merengut 'Dua lagi orang yang datang', dituangnya air dua gelas sekaligus ke dalam panci (3). Ryouta masih sabar mengaduk.
Papihnya pernah bilang, "Ryouta kalau kamu laper makan aja roti kacang yang di kulkas terus minum air yang banyak, biar rotinya ngembang menuhin perut." Dari wejangan sedeng inilah Ryouta mempunyai motivasi untuk terus menambah air tanpa menambah beras, yah … dikiranya beras yang hanya dua gelas itu dapat membelah diri memenuhi panci. Beras bukan sejenis Planaria, mohon diperhatikan.

Dari ruang keluarga kelima orang termasuk Nash mulai menyalakan televisi melihat pertandingan NBA, berisiknya minta ampun. Beberapa kaleng Bir mulai dibuka oleh mereka.

Sementara di dapur Ryouta masih sabar berjibaku dengan keringat, pun masih memegang teguh prinsip 'NO RICE NO LIFE' miliknya.

Nash adalah Papih yang sayang anak, karena itulah dia pergi menengok masakan Ryouta yang tak kunjung jadi.

"Nak, kamu selesai belum? Kita makan bareng kalau temen-temen Papih udah pada pulang aja ya." Ya tapi mereka pulangnya kapan Nash?

Nash melongok melewati bahu kecil Ryouta, dilihatnya isi panci itu lebih terlihat seperti beras dalam air yang menggenang. Memangnya bisa jadi bubur?

Ryouta menoleh, "Pih gasnya abis."

Jangkrik pun berkoor seriosa.

Nash tersenyum –hampir ngakak sebenarnya- lalu mengusap kepala Ryouta dan mengecup kening putranya.

"Ben, kita makan di luar aja yuk. Siap-siap dulu sana."

"Asyiikkkk!" Ryouta pun berlari ke kamarnya.

Nash mematikan kompor jahanam yang memang sudah tak teraliri gas. Lalu bagaimana dengan klub Jaberwock yang datang ke rumahnya? Entahlah mungkin akan Nash lempar ke dunia lain.

Jari-jari Ryouta tenggelam dalam genggaman Nash, mereka menyusuri area perbelanjaan mencari restoran yang masih buka.

"Capek?" Nash bersuara.

"Jangan marah ya Pih, tapi aku capek, laper."

Nash mengangkat Ryouta dan mendudukkannya di pundaknya, "Well, fasten your seatbelt Kid. To infinity and beyond!"(4) lalu mulai berlari. Angin menerpa, mengibarkan helai rambut dua kepala pirang ke belakang.

"Woooohooo …." Teriak Ryouta.

Di masa depan saat Ryouta sudah melewati masa kanak-kanak, Nash mungkin akan merindukan momen sederhana seperti ini. Ya, hanya kenangan sederhana antara anak laki-laki dan juga ayahnya.

Mereka sedang menunggu pesanan di restoran yang menyediakan yakiniku. Ryouta yang pada dasarnya cerewet terus merepet bercerita. Sampai ….

"Pih masak katanya Om Jason, Papih dulu itu homoan sama Om Niji sih Pih."

Krik … krik.

Nash menepuk bahu Ryouta, "Om Jason tuh suka teler jadi omongannya suka ngelantur. Jangan percaya, oke?" Sungguh kampret, si tukang minta makan itu hobi sekali menyebar hoax!

"Oke Pih." Jawab Ryouta, lalu kembali bercerita tentang penitipan Seirin dan seisinya.

"Pih, aku dikasih tugas ngisi buku harian nih dari sekolah, terus kalo di rumah terus masa iya aku harus ngisi kalo aku nonton tivi setiap hari sih Pih."

Nash terdiam, perkataan putranya membuatnya hanyut dalam memori masa lalunya, tentang ayahnya yang kaku, kaburnya ia dari rumah pertama kali hingga saat ia bisa menemukan keluarga bersama teman-teman yang disebut gelandangan oleh ayahnya ataupun saat dia mendapat ultimatum akan dicoret dari daftar ahli waris. Nash tak pernah akur dengan ayahnya, karena itulah dia tak punya gambaran jika ia mempunyai anak, anak laki-laki terutama –Ryouta kan laki-laki-. Saat Nash memilih untuk menikah pun ditentang habis-habisan oleh ayahnya dengan alasan tak masuk akal, pada akhirnya ia memilih melepas nama 'Gold' pada nama belakangnya. Saat itulah Nash minggat untuk yang kedua kalinya dan tak pernah kembali ke Amerika. "Persetan dengan keinginan ayah."

Nash adalah anak satu-satunya, karena tanpa Nash tahu ayahnya menggantungkan harapan besar padanya. Hati Nash Sr. pun mulai luluh, sadar sang putra tak akan kembali padanya dan memutuskan untuk menelfon Nash untuk pertama kalinya. Saat itu Ryouta belum lahir, masih dalam usia kandungan delapan bulan.

Mendekati hari perkiraan lahir, Nash Gold Sr. bertandang ke Tanah Matahari Terbit menemui putranya dan ikut menunggui detik-detik Ryouta lahir.

Respon pertama Nash Sr. saat melihat Ryouta sesaat setelah lahir adalah "Junior, kenapa anakmu malah mirip banget seperti kamu, berambut pirang begini? Jangan sampai dia jadi berandal kayak kamu ya."

"Ayah ngaca dong, dulu waktu muda rambut ayah kan juga pirang, jangan ngelawak deh Yah." Nash mengelak, wajar kan Ryouta mirip dengannya? pada intinya 3 generasi itu mirip satu sama lain, mirip blonde maksudnya.

"Anyway, akan lebih baik kalau dinamai 'Nash Gold III' saja." Nash langsung menolak mentah-mentah ide ayahnya yang menurutnya norak itu.

"Please deh Yah, apa kek selain itu, chauvinistik sama keluarga banget sih." Yang Nash kemudian tahu adalah naming sense ayahnya memang jelek, dan itu sudah suratan takdir.

Mereka melewati satu sesi diskusi untuk memikirkan nama, 'Ryouta' adalah pemberian dari Mamih Ryouta yang warga negara Jepang asli. Nash mengikhlaskan diri memberi jatah ayahnya untuk memberikan nama tengah. Diberikannya nama 'Benjamin' sebagai nama tengah Ryouta.

Saat Nash bertanya apa arti nama itu, Nash Sr. menjawab, "Tidak ada arti istimewa sih, kau tahu wajah siapa yang diabadikan dalam pecahan uang nominal 100 USD, Junior?" Nash diam bukannya tidak tahu, tapi menahan jengkel. Kampret nian ayahnya ini …. Pecahan uang nominal 100 USD! BENJAMIN FRANKLIN!

"Gembel!" saat itu Nash keluar ruangan hanya untuk mengumpat. Ayahnya sungguh titisan rentenir.

"Pih … Papih!" Ryouta memanggil Nash yang bengong. Paket Yakiniku sudah diantar pramusaji.

"Papih bolot. Denger gak sih."

"Iya, Papih denger kok, kamu ngatain Papih Bolot kan."

"Alamak ketahuan." Mereka kembali mengalami percakapan yang tidak asing.

Mereka mulai memakan hidangan yang dipesan, Ryouta kembali cerita macam-macam.

"Pih kemarin Grandpa telefon loh."

"Hn, terus dia bilang apa? kamu di suruh kenalan sama Richie Rich lagi?"

"Enggak, Grandpa bilang sekolah yang bener biar aku jadi anak pinter."

"Oh … oke." Nash mengernyit, tumben ayahnyatidak membicarakan harta dunia.

"Grandpa bilang kalo besar nanti aku harus jadi pebisnis sukses. Biar menguasai Wall Street gitu bilangnya." Kata Ryouta sambil mengunyah daging.

"Apa? Enak saja! Sekolah sendiri sono kalo gitu." Nash menambahkan 'You F*cking Old Man' di akhir kalimatnya tapi diucapkan dalam batin.

"Pih, 'bisnis' tuh apa? Yang buah kering rasanya asem itu ya?"

"Bukan Ben itu 'kismis'."

"'Kismis' sama 'miskin' itu sama?"

"Beda Ben, kalo miskin itu contohnya Om Jason kalo kamu mau tahu."

"Ooh begitu, jadi Om Jason sejenis miskin …." Ryouta menggut-manggut mengerti, 'Lah terus Om Jason manusia bukan?'

"Ben, emang kamu mau ngikutin maunya Grandpa?"

"Um … emang gak bisa ya kalo aku pingin lebih dari satu?"

"Tergantung sih, emang kamu mau jadi apa?"

"Pilot. Aku mau jadi pilot Pih."

Nash tersenyum, tak akan dibiarkannya cita-cita Ryouta hancur karena tuntutan digdaya ayahnya di Amerika.

"Bagus dong kalo gitu," Nash mengacak rambut Ryouta pelan, kemudian menambahkan, "Kalo mau jadi pilot ya jadi pilot aja Ben. Papih gak masalah kok." Dijawab dengan anggukan oleh Ryouta karena mulutnya sibuk mengunyah.

Sunyi sejenak, Nash kemudian bersuara lagi.

"Umm … gimana kalo besok Papih ajarin main Basket, Ben mau? Papih libur nih."

Glek. Daging di mulut Ryouta melewati esophagus terjun ke lambung, "Basket? Apaan tuh Pih?"

Tamat?

Para pelakon

Kise Ryouta sebagai Ryouta Benjamin Gold, putra kesayangan Papihnya, dahulu sempat akan diberi nama 'Nash Gold III' oleh Grandpa-nya, namun ditolak mentah-mentah karena sarat akan unsur chauvinistik. 'Ben' diambil dari 'Benjamin' adalah panggilan kesayangan dari Papihnya.

Nash Gold Jr.sebagai Papih Nash, seorang ahli waris konglomerat terkenal dari Amerika, berumur xx tahun. Dulu pernah walk out dari rumahnya meninggalkan gemerlap harta dunia dan warisan keluarga demi hidup tanpa kekangan.

Jason Silver sebagai Om Jason, kawan nongkrong Nash sedari SMA. Sering menumpang makan di rumah Nash mengaku gajinya belum cair padahal habis untuk main di klub kabaret.

Kuroko Tetsuya sebagai Bang Kuroko, bekerja sambilan di tempat penitipan anak 'Seirin'.

Aomine Daiki sebagai Bocah Dekil Berambut Biru, sesama penghuni tempat penitipan Seirin, selalu merampok jatah makanan anak lain saat jam makan siang.

Sebut saja Kagami Taiga sebagai Paman Pemadam Kebakaran Beralis Cabang, penolong Ryouta saat tersangkut di pohon bertahun-tahun lalu.

Sebut saja Ayah Nash Gold Jr. sebagai Nash Gold Sr.,seorang konglomerat setara Bill G*tes, beliau satu komplotan bisnis dengan Mr. Krabs dan Mr. Kakuzu. Memanggil putranya dengan panggilan 'Junior' sebagai panggilan khusus.

Sebut saja Mamihnya Ryouta, iya … Mamihnya Ryouta. #kicked.

Sebut saja Nick, Allen dan Zack sebagai mereka sendiri, terdaftar sebagai anggota 'Jabberwock' official.

..

'Emir is typing' corner :

*(1)Diadaptasi dari Gintama episode 76, dialognya Kagura-chan.

Majalah Trubus adalah majalah yang membahas khusus pertanian.

*(2) Saraba da! Kuso mame pan yo :selamat tinggal! roti kacang s*alan.

*(3) Ini juga hasil adaptasi, dari Nintama Rantaro versi live-actionnya tahun 2011.

*(4) Tag line nya Buzz Lightyear (Toy Story)

Gambar cover saya comot dari google #ditendang. Oke ini emang fail abis, saya aja sampai bertanya pada diri sendiri 'Apaan nih Mir?', ah lupakan #nangis. Tapi saya seneng Ryouta dipanggil 'Ben' sebagai panggilan kesayangan dari Nash, entah kenapa saya suka AU sedeng ini XD. Saat saya menulis fanfiksi ini saya menyetel beberapa lagu dari Undivide, Deluhi dan the GazettE sebagai BGM, saya kangen musik aliran rock punya mereka sih (gak ada yang tanya).

Dulu waktu kecil saya sering minta digendong di pundak kayak Ryouta, sayangnya sekarang ayah saya gak mungkin mau menggendong saya di pundak (Iya lah elu kan bukan bocah lagi Mir). Nah, dari kenangan itulah ide fanfik ini tercetus.

Jaa nee .…