Disclaimer : Naruto and all the characters mentioned in the story they're all belongs to Masashi Kishimoto. I do not take any financial benefits from this.


Lovesick

[ He can close his eyes from the things he dont want to see, but he can't close his heart from the things he dont want to feel ]


Seorang wanita berparas cantik dengan rambutnya yang berwarna pink seperti permen gulali terlihat sedang melangkahkan kakinya di koridor sekolah dengan sedikit tergesa. Bahkan sesekali ia meneriaki beberapa murid yang menghalangi jalannya.

BRAK

Ia membuka pintu kelas dengan kasar. Membuat seluruh murid yang berada di kelasnya menoleh kearahnya dengan bingung.

"Hey santailah sedikit nona cantik, ini masih pagi..." Celetuk murid dengan tanda segitiga terbalik di pipinya.

Tidak memperdulikan celotehan sang murid, ia melangkahkan kakinya kedepan kelas dan menggebrak meja yang di khususkan untuk para guru mengajar.

"Berita buruk!" Teriaknya. Membuat seisi kelas kini menatapnya dengan serius. Wanita berambut pink ini memang sudah terpercaya mengenai semua hal yang bersangkutan dengan sekolah jadi jangan heran jika seisi kelas sudah mempercayai semua berita tentang sekokah yang ia bawa.

Seorang pria berambut panjang berpupil lavender melangkahkan kakinya kedalam kelas. Ia sedikit terkejut saat seisi kelas terdiam dan menatap sang wanita berambut pink dengan serius. "Huh? Ada apa ini? Ada berita baru lagi?" Ucapnya santai.

"Cepatlah duduk Neji. Aku akan memulai beritanya..." Protes sang wanita berambut pink seraya menyelipkan ponsel miliknya kedalam saku bajunya.

Neji mengedikan bahunya lalu ia melangkahkan kakinya kesebuah bangku nomer 4 urutan dari depan. Menyapa seseorang yang telah lebih dahulu duduk di sebelahnya. "Kau datang pagi sekali? Ada apa...?"

"Bukan urusanmu..." Sahutnya dingin.

Gadis berambut pink ini mengetukan jarinya keatas meja. "Berapa lama aku harus menyimpan berita buruk ini? Bisakah kalian berdua diam...?" Protesnya.

"Baiklah-baiklah, Maafkan aku nona Sakura..." Ucap Neji seraya mengedipkan sebelah matanya. Membuat Sakura mendengus dan memutar bola matanya malas.

"Hey cepatlah..." Protes salah seorang murid yang sepertinya sudah tidak sabar dengan berita yang dibawa oleh Sakura.

"Ck. iya-iya aku tahu..." Ia menarik napas lalu kembali melanjutkan perkataanya. "Kelas ini akan kedatangan seorang murid baru dari Suna..."

"APA?"

"Yang benar saja...?!"

"Pria atau wanita...?"

"Apakah dia tampan atau manis...?"

"Siapa namanya...?"

Empat siku muncul di dahi Sakura. Bagaimana ia akan melanjutkan perkataanya jika seisi kelas berisik seperti ini. "DIAM!" teriaknya seraya menggebrak meja. "Bagaimana kalian akan tahu jika kalian tidak membiarkanku berbicara?!"

Ia menarik napas dalam-dalam. Mencoba menormalkan deru napasnya dan meredam emosinya. "Seorang pria. Aku tidak tahu wajahnya seperti apa karena ia memungungiku, tetapi sepertinya ia sangat jelek. Dan... Jika tidak salah namanya–"

"Selamat pagi...!" Potong seseorang dari arah pintu.

"K-kakashi sensei...?!"

"Wah? Sakura? Kau mau menggantikanku menjadi guru disini?" Sindirnya halus. Membuat wajah Sakura memerah dan segera meninggalkan meja miliknya.

Ia tersenyum dan melangkahkan kakinya kearah meja. Meletakan beberapa kertas miliknya disana dan berdiri di depan meja. "Sakura... Aku tahu kehebatanmu dalam melacak semua hal yang bersangkutan dengan sekolah. Tetapi kau harus menghentikan kebiasaan burukmu itu ok?" Kakashi menaikan sebelah alisnya. Terkadang ia tidak habis pikir betapa hebat murid-muridnya ini.

Kakashi mengedarkan pandangannya keseluruh ruang kelas. Tentu saja dengan menghiraukan tatapan Bawa-murid-baru-itu-kesini- dari para muridnya. "Baiklah... Kurasa kalian sudah tahu beritanya bukan? Jadi bagaimana jika kupanggilkan saja seseorang yang membuat kalian mati penasaran...?" Ia tersenyum. Dan melangkahkan kakinya keluar kelas. "Hey kau. Kemarilah..."

Suara langkah kaki terdengar dari arah koridor. Membuat seluruh murid menjadi sedikit tegang dan juga gugup secara bersamaan.

Lebih dekat...

Lebih dekat...

Lebih dekat...

Sesosok pria berambut pirang, berkulit tan dengan wajahnya yang tampan, dan kedua pupil matanya yang berwarna biru, serta bertubuh cukup atletis untuk pemuda seumurannya berdiri diambang pintu dengan cengiran miliknya. "Hey..." Sapanya santai seraya melambaikan tangannya.

"KAU PEMBOHONG SAKURA..."

"YA BENAR!"

"KATAMU DIA SANGAT JELEK..."

"BAGAIMANA MUNGKIN KAU BISA MENGATAKAN DUA SANGAT JELEK. LIHATLAH WAJAHNYA..."

"Hey! Bukankah sudah kukatakan padamu jika aku tidak melihat wajahnya?! Aku hanya mengira-ngira. Mana aku tahu jika sesungguhnya ia sangat tampan...!" Balas Sakura.

'A-ada apa ini?' Batinnya dalam hati. Kakashi menepuk bahunya. Membuatnya sedikit terlonjak kaget.

"Sepertinya kau akan disukai oleh mereka..." Goda Kakashi. "Perkenalkan dirimu lalu duduklah disana..." Kakashi menunjuk kearah sebuah bangku yang terletak di belakang seorang pemuda berambut hitam.

"Namaku Naruto. Senang berkenalan dengan kalian..." Ucapnya. Ia sedikit memincingkan matanya. Wajah pria berambut hitam itu terhalang oleh seseorang yang duduk disampingnya. Entah mengapa, ia sendiri juga tidak mengetahui bagaimana mungkin ia seakan ingin sekali melihat wajah pria berambut hitam itu.

"Baiklah kalau begitu, sekarang duduklah karena aku akan memulai pelajaran hari ini..." Perintah Kakashi.

Dengan semangat Naruto melangkahkan kakinya. 'Sedikit lagi...' Batinnya dalam hati. Ya, hanya tinggal beberapa langkah lagi ia akan melihat wajah sang pria berambut hitam yang sedari tadi menarik perhatiannya.

Ah...

'Jadi seperti itu wajahnya...?' Batin Naruto. Rambut hitam, kulit putih, pupil mata berwarna hitam, hidung yang mancung, dan bibir yang berwarna sedikit pink...

Sempurna.

Entah daya tarik apa yang dimiliki oleh pria berambut hitam ini sehingga membuat Naruto terpesona seperti itu. Bahkan ia tidak menyadari jika ternyata pupil hitam itu juga memandangnya sedari tadi.

"Naruto? Duduklah... Aku tidak akan memulai pelajarannya jika kau tidak duduk..."

Dengan wajah yang memerah dan sedikit salah tingkah Naruto menggaruk kepalanya dan menunduk. Dengan tergesa ia duduk di bangku miliknya. Meletakan tasnya keatas meja dan menatap punggung pria berambut hitam itu.

'Siapa namanya? Tampan sekali...' Batin Naruto dalam hati. Paras tampan sang pria berambut hitam itu seakan terus berputar di kepalanya. Tersadar jika ini hari pertamanya sekolah ini, ia menepuk wajahnya dan menggelengkan kepanya berulang kali. 'Sadarlah Naruto. Bagaimana bisa kau jatuh cinta di hari pertamamu...' Ia menarik napas dalam-dalam dan membaca buku pelajaran miliknya.

.

.

.

Bunyi bel berdering Kakashi menutup bukunya dan menyelipkan pena miliknya kedalam saku. "Baiklah... Kalian boleh beristirahat..." Ia bangkit dari atas kursi dan melangkah keluar.

Dengan cepat Naruto membereskan seluruh buku miliknya. Ia sudah membulatkan tekadnya untuk berkenalan dengan pria berambut hitam yang duduk dihadapannya ini. Tetapi sepertinya dewi fortuna belum berpihak padanya. Belum selesai ia membereskan buku-buku miliknya pria itu sudah lebih dahulu bangkit dari atas kursi bersama sang pria berambut panjang disebelahnya.

"Sial..." Protes Naruto. Ia meletakan kepalanya diatas meja. 'Jika saja aku lebih cepat...' Batinnya kesal.

"Naruto..."

Suara seorang gadis dari arah samping membuat Naruto menolehkan wajahnya. 3 orang gadis beserta 2 orang pria kini mengerumuninya.

"Ya...?" Sahutnya.

"Namaku Sakura. Maaf aku sudah membuat berita buruk tentangmu..." Ia menundukan wajahnya yang memerah seraya menyerahkan sebuah roti kepada pria pirang ini.

Naruto tersenyum. "Santai saja, kau tidak perlu meminta maaf padaku..." Ucap Naruto. "Whoa apakah ini roti isi ramen? Terima kasih, kau tahu saja aku sedang lapar, karena terburu-buru aku meninggalkan uang saku milikku di rumah..."

Sakura tersenyum. "Baguslah jika kau menyukainya. Sekarang aku bisa bernapas lega..." Jelasnya. "Dan perkenalkan ini temanku..." Ucapnya seraya menunjuk kearah seseorang di sampingnya. "Ino, Hinata, Shikamaru, dan Kiba..."

"Senang berkenalan denganmu..." Sahut Naruto menanggapi sapaan dan senyuman dari beberapa teman barunya.

Baru saja Naruto akan mengigit roti yang terlihat mengiurkan itu pria bernama Kiba ini menyelanya dengan sebuah pertanyaan. "Jadi kau berasal dari Suna? Apa yang membuatmu pindah ke Konoha?"

"Sebenarnya aku berasal dari Konoha, keluargaku pindah ke Suna hanya untuk memulai bisnis baru. Dan sekarang kami kembali ke Konoha..." Jelasnya.

"Merepotkan sekali harus berpindah-pindah tempat seperti itu..." Ucap Shikamaru yang langsung saja mendapat pukulan di perut dari Sakura.

"Jaga bicaramu Shika..."

Naruto tertawa. Ia tidak menyangka jika akan mendapatkan teman secepat ini. "Oh ayolah Sakura, itu sama sekali bukan masalah untukku. Shikamaru benar, ini sangat merepotkan..."

Shikamaru memutar bola matanya, dan menarik lengan Kiba. "Kami akan ke kantin untuk membeli beberapa makanan..."

Kiba menghentikan langkahnya dan menoleh. "Apakah kalian mau menitip sesuatu...?"

"4 roti ramen..." Ucap Sakura seraya menyerahkan selembar uang kertas.

"4 susu coklat..." Ucap Ino.

"Dan 4 kue coklat..." Sahut Hinata.

"Merepotkan sekali... Kenapa kalian para gadis makan sangat banyak?" Protes Shikamaru.

"Ck. Sudah sana pergi..." Bentak Sakura.

Ino kembali menoleh kearah Naruto. Dengan senyum manisnya ia duduk di sebelah pria pirang ini. Tentu saja dengan menghiraukan tatapan berapi-api dari Sakura dan Hinata. "Dimana rumahmu...?"

"Tidak jauh dari sini. Mungkin sekitar 35 menit jika naik mobil..." Jawabnya. Naruto tersenyum, lalu ia menoleh kearah bangku di hadapannya. "Jika aku boleh tahu... Siapa pria yang duduk di hadapanku ini?"

Sakura berdecak malas. "Hah... Kuharap kau tidak memiliki masalah dengannya. Dia satu-satunya pria paling menyebalkan di dunia ini..." Jelas Sakura.

"Huh? Benarkah?"

Hinata mengangguk. "Dan yang duduk disebelahnya adalah sepupuku Neji..."

Ino menghela napasnya. "Kau harus tahu jika dia itu Uchiha Sasuke, dia bisa melakukan apa saja dengan uang miliknya. Apalagi kini ia berkenc– OUCH! Apa yang kau lakukan Sakura?!" Protes Ino.

Naruto mengerenyitkan alisnya. "Apa?"

Sakura tertawa nervous dan menyikut Ino. "Err... Dia– ah! Itu makanannya datang. Kau pasti lapar kan Naruto..."

"Y-ya benar... Kau pasti lapar bukan? Lebih baik jika kita menyantap habis makanannya terlebih dahulu..." Sambung Ino.

"B-benar Naruto-kun... Perut yang keroncongan sangat tidak nyaman bukan?" Ucap Hinata.

"Baiklah..." Naruto tersenyum dan mengangguk. Ia tidak tahu apa yang sedang Sakura, Ino dan Hinata coba rahasiakan darinya. Yang ia tahu pasti kini ia harus mengisi perutnya yang keroncongan dan mencari tahu sendiri tentang pria bernama Uchiha Sasuke yang sepertinya berhasil memikat hatinya.

.

.

.

Drrrrt...drrrrrt...drrrrtttt

Ponsel miliknya bergetar sedari tadi. Naruto sudah tahu dengan pasti siapa yang menghubunginya. Tetapi bagaimana mungkin ia bisa mengangkat panggilan telpon itu saat sedang bersama dengan para teman barunya. Ia akan terlihat payah dan ia tidak suka itu.

"Ponsel milikmu bergetar Naruto..." Ucap Ino.

Naruto mengedikan bahunya dan melemparkan bola basket itu kepada Shikamaru. "Biarkan saja..." Sahutnya.

Sakura menoleh dan tertawa. "Apakah dia kekasihmu? Oh ayolah Naruto, kau tidak akan membuat seseorang menunggumu seperti itu..." Ejeknya.

"Baiklah-baiklah. Aku akan mengangkatnya tetapi aku tidak bisa mengangkatnya disini..." Ia melambaikan tangannya dan berlari meninggalkan lapangan.

PIP

"Uzumaki Naruto? Ini sudah hampir makan malam dan kau belum kembali. Apa yang kau lakukan? Apakah kau tersesat? Kau tidak tahu jalan pulang? Perlukan ibu mengirimu supir untuk menjemputmu...?"

Naruto harus merelakan telinganya sakit karena celotehan dari Kushina. "Aku akan kembali sebentar lagi. Aku tidak tersesat dan jangan menyuru supir untuk menjemputku..." Jelasnya.

"Tetapi kau ka–"

"Aku sudah besar. Oh ayolah... Kau sudah berjanji padaku untuk membiarkanku seperti remaja lainnya saat pindah ke Konoha..." Protes Naruto.

Terdengar suara helaan napas. "Baiklah... Ibu akan memenuhi janji yang ibu buat denganmu..."

'YEAH!' batin Naruto. Ia berlari kembali kelapangan dan merebut bola basket itu dari tangan Kiba.

"Hey..." Protes Kiba.

Sakura tertawa dan merebut bola itu dari tangan Naruto. "Bagaimana urusan dengan kekasihmu?" Godanya.

"Ck. Dia bukan kekasihku..."

"Oh ya? Lalu siapa? Jangan bilang itu panggilan dari ibumu..." Ejek Shikamaru.

Naruto tersenyum nervous dan menggaruk kepalanya. Sepertinya ia sudah tidak bisa berbohong lagi.

"Bernarkah?" Sakura tertawa terbahak-bahak. Lalu ia menepuk bahu Naruto. "Baiklah ayo pulang. Lagipula ini sudah larut..." Sakura mengambil tas miliknya dan melambaikan tangannya. "Sampai jumpa besok, hari ini sangat menyenangkan. Thanks Naruto..." Ucapnya.

Shikamaru menghela napasnya. "Baiklah aku juga akan pulang. Kau harus bermain dengan kami besok. Aku membeli kaset video game terbaru. Sampai jumpa besok..." Ucap Shikmaru. Kiba ikut melambaikan tangannya dan ikut bersama Shikamaru.

Naruto tersenyum dan mengangguk. Ia menoleh kearah belakang dan melihat Hinata. "Huh? Kau tidak pulang?"

Hinata terlihat gugup. "A-aku akan kembali bersama Neji. L-lebih baik kau cepat pulang Naruto-kun, ibumu akan mengkhawatirkanmu..."

Naruto menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Bagaimana mungkin aku meninggalkanmu seorang diri disini. Ini sudah hampir malam. Lalu dimana Neji?"

"A-ah... B-biasanya ia akan menjemputku disini. Tidak apa-apa kau tidak perlu khawatir Naruto-kun aku baik-baik saja..." Hinata mendorong tubuh Naruto kearah gerbang.

"Kau yakin Hinata...?"

Hinata tersenyum dan mengangguk. "Jangan buat ibumu menunggu. Terima kasih, hari ini sangat menyenangkan..."

Naruto menoleh kearah Hinata yang melambaikan tangannya. Ia tersenyum dan membalas lambaian tangan Hinata. 'Aneh sekali...' Batinnya. "Tetapi itu bukan urusanku..." Naruto mengedikan bahunya dan mulai berjalan. Jika saja ia tidak lupa membawa uang sakunya ia tidak harus pulang berjalan kaki seperti ini.

"Sial. Aku lapar sekali..." Keluh Naruto. Ia merogoh saku celananya dan seluruh saku didalam tasnya. Namun nihil. Ia hanya mendapatkan beberapa lembar kertas dan paperclip.

Ia kembali melanjutkan perjalanannya. Sesekali ia menghela napas karena perutnya keroncongan dan kakinya terasa mulai pegal. "Brengsek..." Ia lelah. Tidak sanggup lagi berjalan. Lalu ia mendudukan dirinya disebuah bangku pinggir jalan. Debu dan asap yang berasal dari kendaraan sesekali membuat pria berusia 17 tahun ini terbatuk-batuk. Jika saja tadi ia menuruti perkataan ibunya untuk menjemputnya dengan supir. Tentu saja ia tidak harus bersusah payah seperti ini.

Perlahan ia merogoh saku celananya. Mengambil ponsel miliknya dan menekan beberapa tombol disana.

Tidak ada sahutan.

Seharusnya ia tahu jika ibunya sedang sibuk mempersiapkan makan malam di jam-jam seperti ini.

"Arrgghhhh..." Ia mengacak rambutnya dan melempar ponsel itu kesembarang tempat. "Brengsek!" Teriaknya. Membuat beberapa pejalan kaki disekitarnya merasa takut dan segera menjauhi pria pirang ini.

Ia menarik napasnya panjang dan menghembuskannya. "Hanya beberapa kilometer tidak akan membunuhmu..." Dengan semangat baru ia bangkit dari atas kursi. Namun saat mulai berjalan. Sebuah mobil berwarna hitam melintas di hadapannya.

Seorang pria yang cukup familiar di ingatannya terdiam seperti patung didalam mobil itu. "Huh? Bukankah itu Sasuke...? Dan... Hinata?!" Ucap Naruto. "Apa yang mereka lakukan? Bukankah Hinata bilang ia akan pulang bersama dengan Neji?"

Dengan rasa penasaran yang berlebih Naruto berlari mengikuti mobil sedan berwarna hitam itu. 'Brengsek! Jika saja ia memelankan sedikit mobilnya. Aku bisa mengetahui siapa yang menyetir kendaraan brengsek itu...' Batinnya dalam hati.

Tiba-tiba saja mobil sedan berwarna hitam itu berhenti didepan sebuah cafe. Refleks. Naruto menghentikan laju kakinya, namun sayang sepertinya ini kali kedua dewi fortuna tidak berpihak padanya. Ia tersandung sebuah batu dan akhirnya menabrak seseorang yang baru saja keluar dari mobil.

"Menyingkir...!"

BRUUGH

Tubuhnya tersuruk keatas aspal. Bahkan wajah tampannya harus merasakan kasarnya aspal saat ia jatuh berguling-guling. "Agh... Ouch... Ouchh..."

Seorang wanita dan pria terlihat turun dari dalam mobil. Mereka berlari dengan tergesa menghampiri kedua pria yang terduduk diatas tanah.

"Naruto-kun?! Kau tidak apa-apa...?" Hinata berlari mengampiri Naruto. Raut wajahnya terlihat khawatir saat menyentuh lengan Naruto yang sedikit tergores aspal dan mengeluarkan darah segar.

"SASUKE?!" Teriaknya. Ia berlari menghampiri sang Uchiha dan menarik tubuh sang Uchiha itu mendekat dengan tubuhnya. "Kau tidak apa-apa? apakah kau terluka?"

"Aku tidak apa-apa..." Bohong Sasuke. Ia segera bangkit dan menepis tangan Neji. Tentu saja ia terluka. Dahinya memar karena kepala Naruto menghantam dahinya.

Neji mengepalkan tangannya. Ia melangkah mendekati Naruto dan menarik kerah seragam sang Uzumaki. "Apa yang kau lakukan?!"

"Neji sudahlah...!" Bentak Hinata. "Naruto tidak sengaja! Ia tersandung!" Wanita berpupil lavender ini mencoba melerai pertengkaran yang terjadi dihadapannya ini.

"Hentikan Neji!" Sasuke melangkah mendekat dan melepaskan cengkraman tangan Neji dari kerah seragam milik sang pirang. "Aku tidak apa-apa. Hentikan sikap bodohmu ini..."

Neji melepaskan tangannya dari kerah Naruto. Ia menoleh kearah Sasuke dan memicingkan matanya. "Apa?! Aku mencoba membelamu Sasuke!"

"Lihatlah semua orang melihatmu dengan aneh. Kau tidak takut statusmu akan tercemar? Kau membuatku malu Neji..." Ucap Sasuke seraya berbalik dan masuk kedalam cafe.

"Hey! A-ada apa ini mengapa ia bersikap sangat aneh..." Ucap Neji kesal. Ia menoleh kearah Naruto dan menunjuk pria pirang dengan lengan yang terluka. "Urusan kita belum selesai murid baru. Hinata kembali ke mobil..." Perintahnya sebelum mengikuti Sasuke masuk kedalam cafe.

Hinata membantu Naruto bangkit dari atas tanah. Ia merogoh tas miliknya dan mengikat sapu tangan miliknya di lengan Naruto yang terluka. "Maafkan Neji Naruto-kun..." Hinata menundukan wajahnya. Ia terlihat ingin menangis namun dengan susah payah ia menahannya.

"Hinata..."

Perlahan Naruto mengusap kepala gadis berpupil lavender ini. Bagaimanapun juga memang ini salahnya. "Jangan menangis. Lihatlah wajahmu sangat jelek..." Ejek Naruto. "Kembalilah ke mobil. Aku akan pulang sekarang..."

"Kau yakin? Dengan luka seperti itu...?" Hinata mengusap air matanya. Ia menyentuh lengan Naruto dan menatap pupil biru itu dengan penuh khawatir.

Naruto tersenyum dan mengangguk. "Aku Uzumaki Naruto. Kau tidak perlu khawatir..." Ucap Naruto penuh percaya diri. Tetapi sepertinya ia sangat percaya diri hingga tidak menyadari jika ia sudah menyebutkan siapa jati dirinya yang sesungguhnya.

Pupil lavender itu membulat. Ia menatap bingung dan juga tidak percaya kerah Naruto. "U-Uzumaki...?"

Naruto terdiam dengan mulut yang terbuka. 'SIALLLL!' batinnya dalam hati. "A-aku harus kembali. Sampai jumpa besok...!" Ia berbalik dan berlari. Meninggalkan Hinata yang berkali-kali memanggilnya dari belakang.

.

.

.

"Selamat datang Naruto-Sama..." Sapa salah seorang kepala pelayan wanita seraya membungkukan badannya. "Ya tuhan. Apa yang terjadi padamu...?" Ia terlihat cukup terkejut saat melihat luka yang terdapat di tubuh Naruto.

"Aku tidak apa-apa Anko, Jangan bilang pada Ibu..." Naruto mengedipkan matanya. Memberi kode kepada sang pelayan untuk merahasiakan kejadian hari ini.

"Bagaimana mungkin aku bisa? Kau pulang melebihi jam makan malam dan dengan tubuh terluka seperti ini. Tunggulah dikamar. Aku akan membawakanmu beberapa antiseptik dan obat..."

Naruto menghela napasnya dan mengedikan bahunya. Perlahan ia melangkahkan kakinya menuju kamar. Kepalanya perlahan memutar balik semua kejadian yang dialaminya 30 menit lalu.

'Kau tidak takut statusmu akan tercemar? Kau membuatku malu Neji...'

"Membuatnya malu? Memangnya kenapa? Status apa yang dimiliki pria berambut panjang itu...?" Naruto melemparkan tas miliknya keatas meja. Ini hari pertamanya sekolah di Konoha dan ia sudah memiliki banyak masalah yang berputar di otaknya. "Brengsek..." Ucap Naruto seraya menghempaskan tubuhnya keatas kasur.

TOK...TOK...TOK

Naruto menoleh kearah pintu saat Anko membuka pintu itu dengan beberapa macam obat di tangannya. "Kau sudah makan Naruto-sama?" Tanyanya seraya meletakan beberapa obat keatas meja.

"Belum..."

Anko mengangguk dan bangkit dari kasur. "Aku akan mengambilkannya untukmu..."

Naruto memejamkan matanya. Perutnya sudah tidak keroncongan lagi. Entah mengapa ia juga tidak tahu mengapa ia tidak lapar lagi. Ia hanya ingin tidur dan mengistirahatkan tubuhnya yang lelah. "Tidak usah, aku tidak lapar..."

"Teta–"

"Anko, bukankah kau bilang akan menyembuhkan lukaku?" Potong Naruto seraya mendekatkan lengannya yang terluka. Anko sudah bersamanya sejak ia lahir. Bisa dibilang Anko sudah dianggap sebagai Kakak oleh Naruto yang memang berstatus sebagai anak tunggal sejak kecil. saat Naruto kesepian, hanya Anko yang setia menemaninya.

"Baiklah..." Ia mengambil sebuah kapas. Mencelupkanya kedalam cairan antiseptik dan mengolesi seluruh bagian dari lengan Naruto yang terluka.

"Ouch...!" Teriakan Naruto sepertinya membuat Anko sedikit terkejut. Ia membuang kapas itu kedalam tempat sampah dan membalut lengan Naruto dengan perban.

"Sebenarnya apa yang terjadi padamu?" Anko menatap Naruto khawatir. Tidak biasanya Naruto bisa bertindak bodoh hingga terluka seperti ini.

Naruto menghela napasnya dan mendudukan dirinya diatas kasur. "Aku berlari, tersandung, dan menabrak seseorang..."

"Pffttt..."

"H-Hey! Kenapa kau tertawa...!" Protes Naruto. "Aarrgghh! Aku sudah tahu jika kau akan mentertawakanku jika aku memberitahumu soal ini..." Ucap Naruto kesal.

Anko mencoba menahan tawanya dengan susah payah. Bagaimana mungkin Naruto bisa bertindak sebodoh itu. Rasanya seperti bukan Naruto saja.

"Maafkan aku Naruto-sama. Sepertinya aku membuatmu kesal. Ini sudah larut beristirahatlah. Besok kau akan pergi ke sekolah dengan mobil milikmu, Kushina-Sama sudah memperintahkan ini padaku..."

"T-Tapi ba–"

Anko menggoyangkan jari telunjuknya di hadapan Naruto "Dan tidak ada kata tidak. Selamat malam Naruto-sama. Mimpi indah..." Ucapnya sopan seraya membungkukan diri dan meninggalkan ruangan bertema oranye itu.

Naruto mengacak rambutnya kesal. Ia sangat yakin, mulai besok tidak ada lagi seseorang yang akan berteman dengannya karena dirinya sendiri. Tetapi karena uang yang ia miliki. Ya, Sama seperti di Suna.

"Aku sudah susah payah mencoba menutupi semua ini..." Ucapnya lirih. Lalu ia menghempaskan tubuhnya keatas kasur dan memejamkan matanya. Tidak perlu waktu lama baginya untuk terlelap. Ia memang lelah, dan juga mengantuk sejak tadi.

.

.

.

"Selamat pagi Naruto-Sama..." Sapa Anko seraya menyiapkan beberapa menu hidangan sarapan pagi Untuk Naruto.

Naruto mengerenyitkan alisnya bingung. "Dimana ibu...? Kau tahu bukan jika ia tidak suka jika dapur kesayangannya ini disentuh orang lain...?" Naruto mengedikan bahunya dan duduk diatas kursi makan. "kecuali jika ia sedang pergi..."

Anko meletakan piring berisikan roti panggang berserta selai jeruk di hadapan Naruto. Hidangan yang simple, namun menjadi favorit pemuda berambut pirang ini. "Ibu dan Ayahmu memang sedang pergi..."

Naruto terbatuk. Serpihan roti itu tersangkut di tenggorokannya. "Apa? Mengapa mereka tidak memberitahuku?" Protesnya.

Anko tersenyum dan menyerahkan segelas susu kepada Naruto. "Kau sudah melihat ponsel milikmu?"

"Sial..." Naruto mengacak rambutnya lalu membawa roti itu dengan giginya. "Baiklah... Aku akan berangkat sekarang. Sampai jumpa, Terima kasih untuk sarapannya..." Ucap Naruto.

Anko tersenyum dan melambaikan tangannya.

VROOOOOM

Mobil sport berwarna oranye itu melaju dengan cepat. Menyalip beberapa mobil dihadapannya tanpa henti.

"Hey, senang bertemu denganmu lagi kawan..." Ucap Naruto seraya menepuk stir mobil miliknya."aku sangat merindukanmu. maafkan aku tidak pernah membawamu keluar dari Garasi. Kau tau bukan? Semua alasan dibalik semua hal ini..." Naruto menghela napasnya berat. Jika saja ada seseorang yang melihatnya saat ini mungkin mereka akan berpikir Naruto memiliki sedikit gangguan jiwa.

Naruto memakirkan mobilnya di halaman sekolah. Dengan topi yang hampir menutupi wajahnya dan sebuah jaket ia keluar dari dalam mobil. Namun bukan sekolah namanya jika berita itu tidak tersebar luas dengan cepat.

"Siapa dia...?"

"Aku tidak pernah melihat pria ini sebelumnya..."

"Hey, bukankah itu murid baru...?"

"Apa?! Yang benar saja? Bukankah kau bilang kemarin ia pulang berjalan kaki?"

"Lihatlah mobil miliknya, kau bisa mencium aroma uang dari gas mobil oranye itu..."

"Jika Hyuuga dan Uchiha mengetahuinya apa yang akan mereka lakukan?"

Naruto menulikan telinganya. Dengan cepat ia melangkahkan kakinya dan menarik topi itu untuk menutupi wajahnya. 'Sial...Sial...Sial!' Batinnya dalam hati.

"Hey Uzumaki Naruto..." Sapa seseorang dari arah belakang.

Naruto mematung. Ia cukup terkejut saat suara seorang wanita memanggil nama lengkapnya. Dengan sangat perlahan ia menoleh, melihat siapa sebenarnya wanita yang sudah mengetahui jati dirinya ini.

"Selamat pagi..." Sapanya. "Kau membuat seisi sekolah membicarakanmu kau tahu?"

Naruto mengerjapkan matanya beberapa kali. Bagaimana mungkin wanita ini mengetahui jati dirinya? "Sakura...?"

"Apa yang kau lakukan berdiri ditengah koridor seperti ini? Cepatlah, jika Kakashi melihatmu ia akan menghukummu tanpa ampun..." Sakura menepuk bahu Naruto dan melangkahkan kakinya menuju kelas.

"Eh...?"

Sakura menoleh dan menatap Naruto malas. "Eh...? Apa maksudmu? Cepatlah. Aku lelah kau tahu? Semalam aku tidak tidur sama sekali..." Ia menguap dan kembali melanjutkan perjalanannya.

Naruto terdiam. Tidak ada bualan manis atau pemujaan berlebihan terhadapanya. Hari ini sama saja seperti hari kemarin. Mungkinkah kali ini ia akan mendapatkan pertemanan yang sejati?

Entahlah...

Ia masih belum bisa memastikannya, tetapi hari ini ternyata tidak seburuk yang ia bayangkan.

BRAAK

Sakura membuka pintu kelas dengan kasar. "Selamat pagi..." Teriaknya penuh semangat. Ia berjalan menuju bangku miliknya dan menatap malas kearah seseorang yang duduk dibelakangnya. "Maukah kau bertukar tempat duduk dengan Naruto? Aku sangat yakin kau mau bukaaaaan...?" Ucapnya mengintimidasi.

Tidak punya pilihan lain. Dengan kesal pria itu bangkit dari atas kursi dan duduk di tempat Naruto.

"Sakura? Apa yang kau lakukan?" Protes Naruto.

Sakura menghela napas dan mengedikan bahunya. "Kau tidak tahu siapa aku...?" Sakura menaikan alisnya dan mendekat kerah pria pirang ini. "Naruto... Aku sudah tahu apa yang terjadi padamu dan Neji. Bagaimana mungkin aku membiarkanmu duduk disana..." Bisiknya pelan.

"A-Apa?! B-bagaimana kau–"

"Kau lupa ya? Aku sudah terpercaya mengenai semua hal yang bersangkutan dengan sekolah. Dan semua orang tahu itu..." Sakura memakan roti isi miliknya seraya menengak susu strawberry favoritnya.

"Karena itukah kau tahu jika aku ini Uzu–"

Sakura menyumpal mulut Naruto dengan roti miliknya. Dengan mengedipkan mata ia memeri kode kepada Naruto untuk diam. "Kalau iya memangnya kenapa? Dan pelankan suaramu! Kau tidak mau jika seisi kelas mengetahuinya dan mengatakannya kepada Uchiha dan Hyuuga bukan?" Bisik Sakura.

Naruto mengangguk. Sepertinya kali ini ia harus setuju dengan ide dari wanita berambut pink ini. Walaupun sesungguhnya ia masih bingung mengapa sedari tadi para murid dan Sakura mengatakan Uchiha dan Hyuuga.

'Memangnya ada apa dengan Uchiha dan Hyuuga?' Batinnya dalam hati

.

.

.

Bel kembali berdering, menandakan jika jam pelajaran telah usai. Dengan malas Naruto memasukan seluruh bukunya kedalam tas. Hari ini terasa begitu berat karena Sasuke tidak menghadiri kelas, begitu pula dengan Neji dan Hinata.

"Sampai jumpa besok..." Ucap Sakura. Ia melambaikan tangannya dan berjalan meninggalkan Naruto.

Tidak mau berlama-lama menghabiskan waktu di ruang kelas yang membuat kepalanya sakit. Naruto segera bangkit dari atas kursi dan berjalan gontai kearah mobilnya.

"Hari ini sangat membosankan..." Ucapnya seraya mengemudikan mobil miliknya keluar dari halaman parkir.

Secara tidak sadar. Naruto mengemudikan mobilnya kesebuah cafe dimana ia tersandung dan menabrak sang Uchiha. Entah apa yang membuatnya sangat penasaran sehingga ia menepikan mobil miliknya dan masuk kedalam cafe bernuansa vintage itu.

"Silahkan..." Ucap sang pelayan ramah.

Naruto tersenyum dan menunjuk beberapa menu yang ia inginkan. Pupil birunya tak henti memandang keseluruh penjuru cafe.

"Tuan, ini jus jeruk dan cake milikmu..."

Tidak ada sahutan.

"Tuan...?"

Naruto tersadar dan merogoh kantungnya. "M-maafkan aku..." Ia Menyerahkan beberapa lembar uang kertas dan mengambil menu yang telah ia pesan.

'Memalukan sekali, apa yang kuharapkan? Pria Uchiha itu? Sadarlah Naruto. Bagaimana mungkin kau bisa tertarik dengan pria kaku sepertinya...' Batin Naruto dalam hati. Dengan langkah sedikit cepat ia meninggalkan cafe itu dan berjalan menuju mobilnya. Namun saat ia menoleh kearah sisi kirinya...

Hey... Tolong katakan padaku jika aku bermimpi...

Pria berambut hitam dengan wajah kakunya itu sedang menatapnya sedari tadi. menggunakan kedua pupil onyx miliknya, Ia menatap kearah Naruto tanpa berkedip.

"Sasuke...?"

.

Continued