To All The Boys I've Loved Before
Title Inspired by Netflix Movie
(Hanya terinspirasi judul, alur berbeda namun dengan konsep yang sama)
Genre : Romance, Hurt/Comfort, Drama
Length : Chapter(s)
Genre : T/M (?)
Cast : Jihoon, Soonyoung, Seungcheol, many more.
tidak sudah dipersilahkan untuk tidak membaca
.
.
12 Desember 2018.
Seorang anak perempuan melangkahkan kaki menuju lantai bawah rumahnya dengan sedikit tertatih. Dipeluknya sebuah boneka ek coklat yang ketika digerakan timbul suatu bunyi khas seperti kayu yang dipukul-pukul. Anak perempuan itu menangis tanpa suara sembari terus menyusuri tangga rumahnya.
"Huwwaaa eomma!"
Anak perempuan itu segera berhambur kearah duduknya sang ibu yang sedang sibuk berpaku tatap dengan sebuah buku. Sang ibu terkesiap sejenak melihat keadaan anaknya yang datang dengan wajah tidak mengenakan.
"Hei, ada apa sayang?"
Sang ibu mendekap sang anak erat, meloloskan boneka ek coklat dari tangan anaknya kemudian diletakan sembarang.
"Hiks eomma.."
"Ada apa sayang?"
Anak itu menggengam tangan sang ibu
"Maafkan Haeun eomma... Haeun pipis sembarangan lagi dikasur.."
Anak perempuan itu sesegukan sesekali tersedak ingusnya sendiri. Sang ibu yang melihatnya hanya tersenyum, gemas melihat tingkah dan perilaku anaknya yang polos.
"Tidak apa-apa sayang.. tapi lain kali tidak boleh diulang ya?"
Sang ibu mendekap kembali sang anak, mengelus pelan bagian belakangnya yang memang sedikit basah akibat insiden pipis sembarangan yang sempat ditangisinya.
Jihoon memang selalu mengajarkan anak semata wayangnya untuk hidup disiplin. Tetapi tidak seperti orang tua lain yang mendisiplinkan anaknya dengan kekerasan—Jihoon melatih Haeun untuk terbiasa hidup disiplin dengan motivasi. Jihoon selalu mengingatkan anaknya untuk pipis sebelum tidur karena Jihoon tau kesalahan terbesar banyak orangtua adalah—hanya mengobati namun enggan mencegah. Jika Haeun berhasil melewati satu malamnya tanpa menuai masalah di kasur, Jihoon akan memberikan anaknya itu sebuah eskrim vanilla secara cuma-cuma. Namun jika Haeun tidak bisa melewatinya—seperti hari ini, maka Jihoon terpaksa tidak akan mengabulkan segala permintaan Haeun selama satu hari penuh.
"Eomma, dimana appa?"
Haeun yang sudah tidak menangis lagi kini mencari keberadaan ayahnya disetiap sudut ruangan.
"Appa sedang kerja sayang.." Jihoon menyahuti tanpa melirik
Hening sebentar
Sesuatu yang janggal terjadi
"Eh-eomma… bukankah hari ini hari minggu?"
Jihoon terdiam dari aktivitasnya. Berpikir tanpa gumaman sebelum akhirnya meletakan buku kesembarang arah kemudian berlari menuju ponselnya diruang tengah.
"Sial, si bodoh itu lupa hari dan tanggal lagi!"
Sebuah kebiasaan jelek namun konyol dari suami Jihoon, selalu lupa akan tanggal dan hari apa ini.
Biasanya, Jihoon yang akan selalu mengingatkan suaminya tentang hari dan tanggal—sebab ini bukan yang pertama kali suaminya berangkat kerja dihari libur. Tadi pagi suaminya itu memang bangun lebih dulu dari Jihoon sehingga sebelum sempat dicegah, suaminya itu sudah melalang buana bekerja tanpa arah sebab kantor perusahaan nya pasti dikunci rapat.
Kebiasaan jelek ini memang sudah dimiliki suami Jihoon sejak lama sekali. Dari masa sekolah menengah pertama, Jihoon selalu menjadi sosok yang tidak pernah absen mengingatkan suaminya akan hari dan tanggal. Bahkan karena kebiasaan jelek ini pula, hubungan Jihoon dengan suaminya menjadi semakin dekat hingga akhirnya memutuskan untuk menikah.
Hei—berbicara mengenai masa sekolah menengah pertama, Jihoon jadi rindu akan masa itu.
Masa dimana hidupnya dipenuhi akan komplikasi cinta
Masa dimana hidupnya dipenuhi dengan gelak tawa dan air mata
Masa dimana ia harus memilih satu dari kedua laki-laki yang dicintainya..
To All The Boys I've Loved Before
Rabu, 08 Agustus 2009.
Jihoon berjalan tertatih dari gerbang sekolahnya. Langkah kakinya dipaksa berlari—masa bodoh dengan ikatan tali sepatu yang terlepas kesana-kemari. Bahkan sebuah roti sandwich ditangannya dianggurkan begitu saja hingga setengah wujudnya berubah akibat dipegang Jihoon kuat-kuat.
Hari ini merupakan jadwal Jihoon untuk melaksanakan piket kelas. Biasanya Jihoon akan datang 40 menit sebelum bel berbunyi namun untuk hari ini ia harus puas datang terlambat akibat keasyikan menonton serial tv drama hingga larut malam.
Jihoon akhirnya sampai dilorong kelas. Hanya perlu mengambil beberapa langkah lagi untuk bisa sampai kepintu kelasnya. Maka tanpa disuruh Jihoon pun segera melangkah ringan menuju pintu kelas sebelum sebuah tubuh tinggi tegap menghalangi jalannya.
"Selamat pagi, Lee Jihoon." Ucap pria yang berhasil mencegat kepanikan Jihoon tadi
"Oh-hai, seungcheol hyung.."
Jihoon sedikit terkejut sebab kaka kelas didepannya ini tiba-tiba datang tanpa salam tanpa permisi. Kalau saja bukan Seungcheol yang ada didepannya, Mungkin Jihoon sudah melayangkan sebuah tinju pada orang itu karena sudah berani menghalangi jalannya.
"Jihoon, sudah berapa kali kubilang? Jangan panggil aku hyung."
Seungcheol yang menampilkan wajah sedikit tidak suka melirik kearah tangan kanan Jihoon yang memegang roti sandwich yang sudah tidak berbentuk. Ia terkekeh pelan.
"Apa kau sepanik itu sampai tidak sadar ada roti sandwich ditanganmu?"
Mendengar Seungcheol mengungkit kata 'sandwich', Jihoon segera menatap tangan kananya yang ternyata sedang menggengam sebuah roti sandwich yang sudah tidak berupa lagi. Jihoon jadi sebal sendiri. Roti sandwichnya sampai hancur akibat kepanikan nya didepan gerbang sekolah tadi.
Seungcheol terkekeh lagi melihat wajah Jihoon yang menujukan kesebalan luar biasa. Kemudian diraihnya tangan Jihoon yang sedang memegang sandwich. Pipi Jihoon dibuat merona parah karenanya.
"Jangan seperti itu lagi, oke? Untung saja aku sudah persiapkan ini untukmu." Seungcheol mengusap pelan tangan Jihoon sebelum mengambil sandwich rusak dari tangan Jihoon kemudian menggantikannya dengan sandwich baru yang ia simpan disaku.
"Kalau begitu aku pergi kekelas dulu. Jangan lupa menonton pertandingan basketku nanti sore." Seungcheol kemudian pamit dengan Jihon setelah sebelumnya mengusak lembut rambut coklat yang lebih pendek.
Sampai Seungcheol menghilang dari lorong itu, Jihoon tidak berkutik sama sekali. Ia terkejut? Tentu saja! Manusia mana yang tidak kaku diperlakukan seperti itu dipagi hari yang masih suram ini?
Choi seungcheol memang akhir-akhir ini dekat dengan Jihoon. Seungcheol mengenal Jihoon setelah empat bulan yang lalu mereka berdua dikirim oleh pihak sekolah menjadi perwakilan untuk olimpiade fisika. Pada saat itu Seungcheol sedikit heran sebab ia tidak pernah mengetahui fakta bahwa ia memiliki adik kelas yang super imut bernama Lee Jihoon.
Salahkan sifat introvert Jihoon yang terlalu apatis dengan lingkungan sekitar.
Jihoon yang sedari tadi kaku mulai mendapatkan kesadarannya kembali. Ia mengerjap kedepan kemudian berjalan seperti robot rusak menuju kelasnya. Lebih baik ia segera melupakan kejadian pagi ini kalau tidak ingin rona merah menjalar diseluruh wajahnya.
"Hei tapi—bukankah pertandingan basket seungcheol hyung itu masih jumat lusa?"
.
.
.
To Be Countinued
HALO HAHAHA GILA SUDAH TIDAK PERNAH UPDATE SELAMA HAMPIR SETAHUN
Aku yakin FFn udah semakin sepi sebab orang2 sudah mulai beralih ke wattpad huhu padahal aku cinta sekali FFn:(
Bakal tetep aku publish tidak peduli berapa orang yang membaca.
Btw sepertinya bakal slow update sebab aku sedang berjuang untuk sbm.
