The Last 30 Minuts

Disclaimer:

Death Note © Tsugumi Ohba and Takeshi Ohbata

Warnings:

Super Typo, aneh, gaje, shounen-ai, abal-abal dst deh –v

LET'S CHECK IT OUT!


Takut itu pengecut sayang, sama seperti saat kita kanak-kanak mendengar suara petir dan meringkuk di pojokan.

Atau sekedar berlindung menggulung dirimu dalam rengkuhan hangat bed cover di ranjangmu, dan mulai berkomat-kamit menyumpahi hujan semalaman.

Tapi aku paham kau memikul ribuan beban ta kasat mata, yang dengan jelas aku bisa melihatnya tersirat dir aut wajahmu yang hampir beku.

.

Takut itu musuhmu Mello, sama seperti saat kita menghabiskan malam dalam mimpi-mimpi yang menjebakmu di euphoria penalaran mereka yang seramnya berlebihan.

Kita berteriak memohon ampun pada malam dan dalam desahanmu aku merasakan kegetiran.

Tapi mereka itu picik, datang berulah menjelma menjadi ribuan bala yang diam-diam menghasutmu dengan berbagai cara yang berbeda.

Kau tetep kuat berlaga.

.

Takut itu yang kulihat di bibirmu yang basah, setelah berulang kali menyebut namaku bagai mantra-mantra keberuntunganmu, dan aku luluh di dalamnya.

Aku paham Mello, kau hidup dalam darah yang mendidih di puncak ubun-ubunmu.

Kau sambar ribuan cara agar kau bisa selalu mencumbui nafsumu.

Tapi nafasmu kau bagi dengan milikku, hingga aku terlalu paham muatan itu di luar batas kemampuanmu.

.

Aku mencintaimu dengan berbagai cara, berkali-kali meminta kebijaksanaan hatimu untuk mencintaiku dengan seluruh urat saraf di nadimu.

Da kau puaskan aku oleh madu-madu di hangat bibirmu, aku selalu menikmatinya , Mello.

Aku ingat saat pertama kita belajar mencumbu, kau ajak aku meluruh dengan salju-salju di bukit belakang Wammy.

Shal-ku bergerak berontak saat angin dingin lewat terseret dan kau bagi hangatmu denganku.

Aku rela mati untukmu Mello, menjadi abu dan namamu akan kuukir di dinding kubur serta nisanku.

.

Takut itu mengerayangi tubuhmu, dan otot-ototmu menjadi kaku.

Aku mengisaratkan kegugupan dalam langkah dan nafasku memburu.

Tapi dengan segala daya yang kupunya aku memuasakan hasratmu, "semuanya akan baik-baik saja Mells."

Aku melihat lamat-lamat senyum menghiasi wajahmu yang kaku karena luka itu, dan lagi aku jatuh dalam limpahan pesonamu yang tak kuasa kutolak.

Saat oni di hadapannya kita mencoba jantan, maut hanya sekedar perantara untuk kehidupan kekal setelahnya.

Ayo Mello!

Kita selesaikan tugas ini, gandeng tanganku dengan seluruh keteguhan hatimu.

Biarkan dia lihat betapa angkuhnya cinta kita, betapa gagahnya kita saat di medan laga.

Biarkan ia lihat apa yang menjadi keputusanmu, biarkan ia lihat takut takan mampu merebutmu dari rengkuhanku.

.

Biarkan di tiga puluh menit terakhir di hidupkuaku memandangmu, mengenyangkan diriku dengan bias di tiap helai rambut indahmu.

Aku biarkan di tiga puluh menit ini, dia membisikan namamu berulang-ulang sebagai tanda penghormatan dan perpisahan untukku.

Aku relakan di tiga puluh menit ini cintanya untuk merasukimu, tapi tidak, dia takan mampu secuilpun merampasmu.

Maka Mello, takut itu membiarkan dia menguasai seluruh ragamu sementara aku tersiksa di sana tanpamu. Jika ini akhir hidupku.

"Tidak Matt, takut itu kehilanganmu dari sisiku."

IT'S END


A/N : Entahlah, mohon bantuan para senpai~ (_ _)

Saya terobsesi buat bikin fic, tapi gak ada yang bagus. Yaaahhh ini juga nekat~

Ini saya ketik seketika dan langsung publish aja.

Minta review-nya boleh gaakkkk~? #plak