Disclaimer; Naruto © Masashi Kishimoto
"Hanya sebuah fanwork, tidak mengambil keuntungan material apa pun dalam pembuatannya."
Memoirs
"Ohayo!"
Suara itu. Sasuke kenal.
Tapi ia memandang keluar jendela kelasnya di lantai tiga. Kemudian riuh beberapa siswa karena sapaan semangat yang tertuju entah pada siapa. Sasuke tak acuh. Pemandangan di luar hanya pohon-pohon kering musim gugur yang tak indah sama sekali, namun menenangkan dari pemikiran buruk. Ngomong-ngomong kelasnya berada pada gedung paling belakang dalam pagar sekolah. Sasuke sudah kelas tiga. Kelasnya harus berada di gedung yang bersebelahan dengan hutan guna menjaga ketenangan pada saat ujian semester—tapi katanya paling angker.
Abaikan yang itu.
Kursi di sebelahnya bergeser, Sasuke tetap pada kesibukannya mencari kegiatan yang membuatnya bahagia tapi tak bisa.
"Teme."
Dan ... sudah ia duga. Ia disapa.
Sasuke mendengkus.
"Jangan melamun nanti kesurupan," kata si pria dengan suara cempreng yang serak; Uzumaki Naruto.
Pria itu adalah murid periang satu-satunya di kelas yang disukai karena supel. Tidak tampan sih. Otaknya juga tak seberapa pintar. Malah begajulan. Berisik. Menurutnya Naruto seperti tokoh buatan yang terkenal tak punya rasa sedih; ia selalu bahagia, tak pernah punya malu meski ditolak puluhan gadis. Sasuke dengar pria itu ditolak ratusan kali oleh gadis bernama Sakura dari kelas sebelah yang ngefans berat padanya.
Ya—Sasuke tak peduli.
Huh?
Ketika lama tak terdengar suara, Sasuke menoleh. Alih-alih menemukan kekosongan, wajah Naruto justru berada tepat di depannya ikut menatap. Kedua alisnya terangkat heran. Sekarang kenapa Sasuke merasa seolah-olah tengah ditangkap sedang mencuri tatap.
Sasuke buang muka refleks.
"Kau ini cuek sekali," keluh Naruto, saat ia mengatakan itu Sasuke penasaran seperti apa wajahnya.
Kesal atau jijik?
"Kau sama sekali tak suka melihatku, ya?" katanya lagi. "Sejak awal aku masuk di kelas ini, kau punya spanduk imajiner yang berisi penolakan untuk segala jenis tatapan. Apa semua orang kau perlakukan begitu?"
Oh.
Sasuke memang ingat kalau ia tidak pernah berada dalam satu kelas dengan Naruto sejak kelas satu dan dua. Sekolah ini cukup populer sehingga cukup banyak menampung murid baru yang mengharuskan para siswa dibagi dalam beberapa kelas. Dan baru kali ini Sasuke sekelas dengan pria itu.
"Aku tak suka denganmu," jawab Sasuke.
"Eeek?!"
Sasuke meliriknya; dibalas ekspresi tak terima yang lucu.
"Apa salahku?" protes Naruto. "Apa karena aku lebih tampan darimu dan semua gadis menolakmu karena mereka suka padaku?"
Lihat siapa yang berbicara.
"Sama seperti gadis-gadis itu, kalau kau melihatku lebih dari lima detik kau pasti akan jatuh cinta padaku juga."
"Menjijikkan."
Naruto melirik paras Sasuke dari samping. Lumayan tampan juga. Ah, memang sangat tampan. "Ngomong-ngomong aku tak masalah dengan laki-laki."
Sasuke terang-terangan jijik.
Embusan napas di telinga yang datang tiba-tiba membuatnya merinding, ia tahu ada aura panas mendekat padanya karena ia mendengar sebuah bisikan pelan; "Karena aku bi."
Meja digebrak saat Sasuke langsung berdiri.
Ia marah dan merah.
Yang ditemukannya ada seringai dengan tawa puas yang memuakkan saat menatap Naruto dari posisinya.
"Akhirnya kau menatapku. Tiga, empat, lima, enam—"
Gasp!
Tangannya dicengkeram.
Bukan cengkeraman kuat meremukkan, namun erat. Erat sekali.
"Lepaskan!" desis Sasuke di posisinya. Ia tak mau keributan, semua atensi telah tertuju padanya semenjak ia berdiri. Wajahnya menunduk mengirim benci ke mata biru. Dibalas senyum manis yang entah sudah berapa gadis yang diberinya senyuman itu.
Sasuke tak ingin melihatnya sedikit pun.
Akan tetapi ingin memberontak pun sudah kepalang dipegang. Semua warga kelas menatap mereka berdua seumpama menyaksikan sepasang suami dan istri sedang ribut uang belanja. Sasuke benar-benar tak mengharapkan pandangan seperti itu.
Menjadi pusat perhatian adalah hal bodoh. Sasuke benci sesuatu yang mencolok, misalnya seperti warna rambut Naruto yang sekarang dilihatnya.
Apa?
Uhm. Sasuke mengedip, buang muka. Ada sesuatu yang akan meledak di dadanya karena jantung berdetak cukup kuat.
"Katakan, Sasuke, kau sudah jatuh cinta kepadaku."
"Omong koso—"
"Kau sudah melihatku lebih dari lima detik."
"Tsk."
"Dan ... aku melihatmu sebanyak 94608000 detik."
What the—?
tbc ...
