.
Meski sudah ngeship SN 5 tahunan serta menjadi reader dan reviewer lebih dari 4 tahun di fandom ini. Tapi karena kegaptekan saya yang luar biasa ini baru bisa berpartisipasi nulis fic sekarang :"D .
Hanya berbekal hp dan petunjuk dari google. Akhirnya bisa publish fic abal ini. Mohon maaf kalau masih ada banyak kekurangan karena ini fic pertamaku dan cuma nulis di hp. Terutama dalam hal diksi dan penulisan yang acak- acakan. Yosh tak usah banyak cakap, langsung saja cekidot!
.
.
HAPPY ENDING
.
.
Disclaimer : Naruto akan selalu menjadi milik MK. Meski aku ingin memilikinya, menikahkannya dengan Sasuke dan menjadikan mereka kluarga sakinah mawadah warahmah, dan menjadikan Naruto anime yaoi * dibejek .
.
Friday 13th by Chizuru Enomoto
.
.
Warning : Shounen ai, BL, boy x boy, gaje, abal, typo dimana -mana, tulisan acak - acakan, ooc parah, diksi amburadul dsb.
.
.
Don't like don't read.
.
.
Di ruang drama sebuah sekolah menengah atas.
"Ehem..."
"Ber... bersediakah engkau menjadi ukh ... menjadi ... ehem ... ehem ..."
Nampak seorang pemuda blonde yang sedang melakukan sesuatu yang err ... agak aneh. Berbicara pada sebuah cermin. Ditangannya terdapat kertas- kertas yang dia baca sambil sesekali melihat ke arah cermin, "Bersediakah engkau menjadi ... ukh ..."
Pemuda pemilik iris sewarna langit itu terdiam lalu menatap dirinya didepan cermin besar. Iris birunya meneliti wajahnya sejenak lalu membuat sebuah ekspresi, "Aaaa..." mulutnya menganga lebar.
"Iiiii..." kini mulutnya meringis dengan deretan gigi putihnya yang nampak rapi.
"Uuuu..." mulutnya mengerucut, mengerutkan bibir sewarna plumnya.
Merasa puas senam wajah dia kembali melihat kertas ditangannya dan kembali mematut diri, "Putri, maukah engkau lari bersamaku? ..ukh..." pemuda ini menggeleng keras, menepuk- nepuk pipinya. Tidak puas dengan dirinya sendiri. Sedang apa pemuda ini sebenarnya ?
Oh... rupanya Si blonde ini sedang latihan akting.
"Jelek sekali." Tiba- tiba terdengar suara dari arah jendela ruangan tersebut.
Si blonde terkejut menoleh ke kanan kirinya, dia hanya sendirian disini. Ruangan ini kosong, dia sengaja ke ruangan ini saat jam istirahat agar tak ada yang menganggu latihannya.
"Siapa itu? jangan- jangan, hantu? hiii..." Teriaknya gaje sambil jongkok memegangi kepalanya.
"Hn. Dasar Dobe." Sahut suara bass itu lagi dari arah jendela.
'Dobe? Beraninya hantu itu menyebutnya Dobe. Dasar hantu sialan!' Batin Si blonde, sebal.
Pemuda ini memberanikan diri melihat ke arah jendela di ruangan itu. Dalam gerakan patah-patah Si blonde menolehkan kepalanya untuk melihat seperti apa wujud 'hantu' itu. Tapi yang terlihat malah sesosok makhluk tampan, berambut raven model pantat ayam, bermata onix, dan berkulit pucat tengah menyeringai kearahnya, ditangannya terdapat sebuah handycam. Eh, bukan hantu?
"Mana ada hantu setampan aku?" sahut Si pantat ayam narsis. Menyandarkan diri dikusen jendela mengamati Si pirang.
"Siapa kau? Bikin kaget saja!" teriak Si blonde sambil menunjuk ke arah Si raven.
"Hn. Bukan siapa-siapa aku hanya orang yang sedang bosan."
"Seenaknya saja kau mengintipku." Si pirang mencak -mencak menunjuk hidung Si raven dengan telunjuknya.
"Percuma juga aku mengintipmu, kau itu tidak menarik sama sekali." ujar Si raven dengan seringai meremehkan.
"Apa kau bilang? Sudah seenaknya mengintipku masih mengejekku pula. Dasar brengsek!"
Seringai Si raven makin lebar, "Aku hanya berkata jujur Dobe. Apa benar kau anak club drama? aktingmu itu jelek sekali. Sama sekali tidak menarik." ejek Si raven.
"Apa katamu? Sudah seenaknya mengintipku masih mengejek aktingku lagi. Tahu apa kau soal akting?!" Bentak Si jabrik tidak terima aktingnya dihina.
"Tentu saja aku tahu Dobe. Apa kau tidak tahu siapa aku? aku ini sutradara dan aku juga ketua club film, tentu saja aku bisa menilai bagus tidaknya aktingmu, karena setiap hari aku berhubungan dengan akting." Seringai Si raven sombong sambil melihat handycamnya. Seringaian yang terlihat begitu menyebalkan di mata Si blonde. Tapi tunggu dulu, apa dia bilang? Ketua club film? Buat apa ketua club film berada disini?
"Kau bohong! kau bukan ketua club film yang terkenal itu kan? Bhuu ... ngaku-ngaku! Ketua club film masa gak bisa menilai aktingku yang bagus ini. Ketua club drama saja menjadikan aku pemeran utama." Jawab Si blonde bernama Uzumaki Naruto ini narsis.
"Hn, terserah mau percaya atau tidak. Mungkin ketua club drama sedang kehabisan anggota sehingga menjadikan aktor buruk sepertimu sebagai pemeran utama. Aktingmu itu sangat jelek, suaramu sumbang dan tidak terdengar jelas, baca skenario aja terbata- bata, mimik mukamu kaku terkesan terlalu dibuat- buat dan tidak alami, mata tidak fokus jelalatan kemana-mana. Aku heran kenapa orang sepertimu bisa masuk club drama. Memalukan!" kritikan bertubi-tubi dilayangkan Si raven bernama lengkap Uchiha Sasuke ini pada Naruto.
"Brengsek kau! Mau cari ribut, huh? Dari tadi kau menghinaku terus, bilang aktingku begini begitu. Pergi kau! Aku tidak butuh pendapatmu." Wajahnya merah menahan rasa jengkel dan amarah. Sungguh Si pantat ayam ini sangat menganggu. Apa pantat ayam tidak tahu kalau dia sedang latihan? Menjengkelkan.
"Hn. Ini fakta Dobe kalau tak percaya, lihat saja akting burukmu itu disini." Ujar Sasuke menyodorkan handycamnya.
"Tidak mungkin. Aktingku bagus, tahu."
"Boleh saja kau bilang begitu. Tapi lihat saja sendiri bagaimana aktingmu." Sasuke tetap menyodorkan handycamnya memaksa Naruto melihatnya.
Dengan ragu -ragu Naruto menerima handycam itu, sebenarnya dia juga penasaran seburuk apa aktingnya hingga pantat ayam ini berani lama kemudian, Naruto menegang .
'Apa? jadi seperti ini aktingku?
huh... jelek sekali. Sial! Benar apa yang dikatakan Si Teme ini. Wajahku kaku sekali ' Inner Naruto saat melihat gambarnya sendiri dalam layar handycam.
Si raven kembali menyeringai melihat wajah tegang Naruto. Pemandangan yang menarik baginya melihat mata shapire itu menatap serius handycamnya dan wajah tan itu mengeras dengan dahi berkerut dan alis menukik.
"Benar, kan apa kataku? sudah kubilang aktingmu itu jelek. Aku heran kenapa ketua club drama mau menerimamu di clubnya bahkan memberimu peran utama. Kau hanya akan mempermalukan nama club drama saja saat pementasan." Tak henti- hentinya mulut si raven melancarkan ejekan pada Si blonde di depannya ini. Seakan mengejek Si blonde sudah menjadi hobi barunya.
"Diam kau! jangan mengejekku terus Teme!
Meski aktingku jelek sekalipun kau tidak berhak mengejekku. Jangan seenaknya menghina akting orang lain mentang- mentang kau anak club populer di sekolah ini." Teriak Naruto, hatinya panas mendengar kata-kata pedas dari bibir pucat Si raven.
Memang sih, club film adalah club terpopuler di Konoha High School karena selalu menghasilkan film- film indie yang berkualitas dan beberapa ide mereka direkrut perusahaan perfilman untuk dirilis dipasaran. Tapi bukan berarti mereka bisa seenaknya menghina anak club drama, bukan? Apalagi menghina orang yang sedang berusaha keras agar aktingnya lebih bagus seperti dirinya.
Sasuke memandang Si blonde datar, "Kau baru diejek olehku saja sudah begini, apalagi nanti saat pementasan kau akan diejek seluruh penonton karena akting jelekmu itu. Dan mempermalukan nama club drama. Kau tidak cocok jadi aktor dengan akting seburuk itu. Mending kau jadi petugas pengangkat layar saja, Dobe."
Dalam hati Naruto merasa geram tapi dia diam, dia berfikir mungkin memang benar apa yang dikatakan Si raven yang tidak dikenalnya ini. Mungkin dia memang tidak pantas menjadi anggota club drama, dia sadar kok aktingnya memang jelek. Tapi selama ini dia tidak pernah menyerah, dia selalu berusaha terus latihan demi memperbaiki aktingnya dan membuat club drama bangga. Meski dia juga sadar jika dia belum berkembang juga meski sudah berlatih keras.
Bicara soal club drama. Club drama di sekolah ini memang bukan club yang populer, tidak bisa dibandingkan dengan club film yang memiliki segudang prestasi. Selama ini club drama sering dipandang sebelah mata. Anggotanya sedikit, dan tiap pementasan selalu sepi penonton. Penontonnya bahkan bisa dihitung dgn jari. Berbeda dengan club film yang populer dan banyak penonton yang antusias. Club yang selalu menjadi favorit di sekolah ini. Naruto ingin mengangkat nama club drama dan membuat club ini bangga padanya. Tapi bagaimana bisa membuat club drama bangga padanya sementara aktingnya sangat buruk?
Sasuke memandang Naruto yang hanya diam sejak tadi. Merasa heran kenapa Si blonde ini tidak lagi berteriak padanya.
"Kenapa kau diam saja, Dobe? Meresapi kata- kataku huh? Baguslah ... Kalau kau sudah sadar aktingmu jelek, harusnya kau tahu apa yang harus kau lakukan. Kau memang lebih cocok dibelakang panggung saja." Si raven mulai pergi meninggalkan Naruto. Merasa sudah cukup dia membuat seseorang down seperti itu, meskipun sebenarnya bukan itu hal yang di inginkan. Dia hanya ingin Si blonde ini sadar dengan kemampuannya yang pas-pasan. Ketika dia mulai melangkah menjauhi ruang club drama. Tiba-tiba...
"Tu... tunggu!" Teriak Naruto.
Sasuke menghentikan langkahnya dan menoleh kearah Naruto dengan alis terangkat, heran.
"A... aku sadar aktingku jelek. Karena itu kau harus mem... membantuku memperbaiki aktingku." ujar Naruto terbata wajahnya menunduk malu karena baru saja meminta bantuan pada pemuda yg dianggapnya brengsek dan tidak dikenalnya ini.
Sasuke menautkan alisnya bingung. "Hn. Apa untungnya bagiku? kenapa aku harus membantumu?"
Naruto mengerutkan keningnya dan membuat mimik cemberut, "Bukannya tadi kau bilang padaku aktingku buruk dan hanya akan membuat malu. Karena itu kau harus membantuku memperbaiki aktingku. Kau harus tanggung jawab pokoknya !"
"Memangnya sejak kapan aku menghamilimu sampai kau meminta pertanggung jawabanku, Dobe" Sasuke menyeringai geli.
"Brengsek kau! Hentikan ocehan bodohmu itu. Siapa juga yang hamil?! Aku ini laki- laki kau buta ya? Pokoknya kau harus membantuku. Bukannya kau ahli dalam hal akting? tolonglah... aku minta bantuanmu dengan handycam mu itu. Aku tidak mau membuat clubku malu. " Naruto mulai memasang wajah memelas.
Si Raven bernama asli Uchiha Sasuke itu mulai berfikir tidak ada salahnya juga membantu si blonde ini, lagipula dia melihat keseriusan diwajah si blonde ini, " Hn baiklah. Tapi ada syaratnya."
"Syarat? Kenapa pake syarat segala sih? Aku ini orang gak punya ayahku cuma seorang sales freelance dan ibuku sudah tiada. Aku gak punya apa- apa jadi jangan minta imbalan banyak-banyak," jerit Naruto ngelantur.
Sasuke mendengus geli dengan tingkah Si pirang yang menurutnya sangat lucu ini. "Pfft.. kau ini, jangan membuatku tertawa Dobe. Siapa juga yang mau minta uang imbalan? Aku hanya mengajukan syarat; kau harus menghafalkan seluruh naskah dramamu diluar kepala. Karena waktu pementasan masih tersisa satu bulan kau harus bisa menghafalkan naskah itu dalam waktu seminggu. Mulai besok datanglah ke atap sekolah temui aku untuk melatih hafalanmu."
Sasuke berlalu meninggalkan Naruto yang masih melongo. 'Tunggu, tadi apa dia bilang?'
Loading 50%
Loading 70%
Loading 100%
"Teme! Jangan seenaknya mengajukan syarat dan memutuskan sendiri tanpa persetujuanku. Bagaimana mungkin aku bisa menghafal dalam waktu seminggu?! Dasar brengsek! Temeeee !"
Sasuke yang sudah berjalan dikoridor tersenyum mendengarnya ' Hn benar- benar anak yang menarik'.
.
.
~~~****~~~FayRin Setsuna D Fluorite~~~***~~~
.
.
Seorang pemuda berambut pirang berjalan dikoridor sekolahnya. Sambil berkomat kami menghafal naskah dan sesekali mengacak surai pirangnya frustasi.
"Arrgh! Teme brengsek! Bagaimana bisa aku menghafal naskah sebanyak ini selama seminggu? Jangankan menghafal naskah sebanyak ini. Menghafal rumus matematika saja aku kesulitan."Yah... tak bisa dipungkiri pemuda blonde yg bisa kita sebut bernama Uzumaki Naruto ini memang lemah otak.
Saat melewati taman untuk menuju ruang drama, dia bertemu pemuda raven yang ditemui saat diruang drama. Sasuke sedang asyik mengambil gambar bunga- bunga dengan handycamnya, mendengar ada langkah kaki diapun menoleh.
"Hei Dobe, jangan lupa perjanjian kita. Mulai besok datanglah ke atap sekolah. Kalau tidak aku tidak akan membantumu berlatih."
Naruto mendengus, "Aku tidak pikun teme ! Dan jangan panggil aku dobe ! Dasar brengsek !" Teriak naruto sambil melangkahkan kakinya.
Si raven menyeringai "Aku akan lihat kemampuan otak dobemu itu, Dobe."
"Arghh berisik! Akan kubuktikan padamu aku tidak sebodoh itu, Teme!"
.
.
Malam harinya di kediaman Uzumaki yang sederhana.
Naruto mengurung diri dikamarnya sejak sore, sampai larut malam dia masih menghafal naskah ditemani bercangkir- cangkir kopi di meja belajarnya. Dikepalanya terikat kain putih betuliskan FIGHT untuk mengobarkan semangatnya.
"Aku akan begadang malam ini. Akan kubuktikan kemampuanku pada Si teme itu ttebayo." Gumamnya sambil menguap lebar dan terus berkomat kamit menghafal naskah.
.
.
Keesokan harinya, Naruto tertidur dikelas dan mendapat hadiah lemparan penghapus dari Kakashi sensei yang sukses membuat kepalanya benjol.
"Kau kenapa, Naru? Tumben tidur di jam pelajaran?" Tanya Kiba teman sebangku Naruto sekaligus anak yang seclub dengannya.
"Tsk... ini semua gara-gara Teme brengsek itu, aku jadi harus menghafal naskah semalaman." Jawab Naruto.
"Teme? Siapa itu teme?" tanya Kiba 'kepo'.
"Aku tidak ingin membahasnya, aku harus keatap sekarang."
.
.
Atap sekolah sepi saat Naruto tiba disana. Iris shapirenya menjelajahi atap itu, tidak ada siapapun disana.
"Huh... padahal dia sendiri yang menyuruhku kemari. Tapi malah dia tidak datang. Ah ... ya udah deh mumpung disini lebih baik aku tidur sebentar, hoamhh ... padahal aku sudah menghafal semalaman," gumam Naruto. Membaringkan tubuhnya di bangku yg ada di atap sekolah dan terlelap.
10 menit setelah Naruto tertidur pintu atap itu terbuka. Sesosok raven muncul membawa sebuah kamera, benar-benar kamera untuk membuat film, bukan handycam seperti yg biasa dibawanya kemana-mana. Mendengus saat menjumpai gundukan pirang tengah terlelap disana.
Ia menatap datar sosok pirang yang terlelap di bangku atap itu dengan wajah damai. Diarahkannya kamera itu ke wajah tersebut, seulas senyum tipis mengembang dibibirnya.
"Hn... wajah yang lucu," gumamnya.
Si blonde kaget dan terbangun mendengar gumaman itu, "Gyaaaaa...!"
Melihat kamera yang terarah ke wajahnya dari jarak dekat membuatnya terkejut dan menerjang Sasuke. Mengira lensa hitam kamera itu sebagai mata hantu.
BRUUK
Bunyi debaman dua tubuh err... satu tubuh yg ditindih oleh Naruto berguling di lantai atap tersebut.
"Dasar Dobe! Apa yang kau lakukan hah?!" Teriak Sasuke sambil mengangkat kameranya tinggi-tinggi agar tidak rusak. Pungunggunya terasa nyeri membentur lantai beton di bawahnya. Tapi dia juga merasakan tindihan tubuh hangat diatas tubuhnya. 'Hn, tidak terlalu buruk juga 'pikir Sasuke ngaco.
"Huh Teme? salahmu sendiri mengagetkanku dengan kamera besarmu didepan wajahku. Aku kan reflek, kukira kameramu itu mata hantu he..he..." ujar Naruto membela diri.
"Kau memang benar- benar Dobe. Lalu mau sampe kapan kau mau tidur diatas tubuhku? Atau kau memang suka dengan posisi kita yang seperti ini, hn?" goda Sasuke.
"Eh ?" Naruto baru sadar jika tubuh mereka saling tumpang tindih, "Huwaa..." Naruto langsung bangkit begitu menyadari posisi mereka yg err... ambigu itu.
"Maafkan aku, Teme. Aku tidak sengaja hehehe..." Naruto nyengir lebar. Berdiri dan menepuk- nepuk celananya yang terkena debu. Hey... kau jatuh diatas tubuh Sasuke mana mungkin celanamu kotor?
"Dasar Dobe! kalau kameraku rusak kau takkan bisa menggantinya. Ini mahal, tahu. Kenapa juga kau tidur disini?" Sasuke ikut bangkit dan segera mengecek kamera mahalnya. Memastikan tidak ada yang rusak.
"Heh... ini kan salahmu kenapa baru datang? aku kan udah menunggumu dari tadi." Jawab Naruto kesal.
"Hn. Aku ada urusan sebentar di club. sudahlah sebelum bel masuk berbunyi lebih baik kau cepat tunjukan sampai dimana hafalan naskahmu." Sasuke tidak sabar.
"Iya- iya, dasar bawel."
.
.
Jam istirahat dihabiskan Naruto menghafal naskahnya tapi dia hanya bisa menghafal sampai 2 halaman saja. Padahal masih ada 14 halaman lagi yang tersisa. Dan dia butuh waktu semalaman untuk menghafalnya.
"Apa kubilang, kau memang Dobe, kan? kalau sehari saja hanya sampai 2 halaman mana mungkin kau bisa hafal dalam waktu seminggu. Ternyata kau memang payah!" ejek Sasuke.
"Argh! Kau tidak tau aku harus bergadang semalaman demi 2 halaman itu, Teme! Dan gara-gara itu aku harus tertidur dan mendapat lemparan penghapus dari Kakashi sensei!" teriak Naruto tidak terima. Sudah susah payah menghafal malah diejek. Brengsek!
"Itu sih DL. Pokoknya kau harus menghafalkannya dalam waktu seminggu titik. Kalau tidak, aku tidak akan membantumu." Ujar si raven menyerahkan kertas naskah kepada Naruto.
"Ap- apa? Kau kejam, Teme! Tak bisakah kau beri waktu lebih banyak?"
"Tidak bisa, pementasannya kurang dari sebulan lagi. Kalau menghafal naskah saja lebih dari seminggu bagaimana dengan latihan aktingnya. Pokoknya Seminggu. Tidak lebih."
Sasuke berdiri membersihkan celananya dan mengambil kameranya. "Bel masuk sebentar lagi berbunyi, sebaiknya kita turun," ujar Sasuke datar.
Naruto cengo sampai kemudian dia ikut berdiri dan meninggalkan atap itu dalam keadaan jengkel.
.
.
Apakah Naruto berhasil menghafal naskah dalam waktu seminggu?
.
.
TBC
.
.
AN : gimana? Bagus atau gak fic pertamaku ini? Mau lanjut atau berhenti saja sampe disini? Saya nunggu respon kalian dulu. Kalo responnya positif akan saya lanjutkan. Kalaopun responnya negatif akan tetap saya lanjutkan. Lhoh? Hehe... saya sadar masih ada banyak kekurangan dalam fic ini. Saya butuh krisar membangun.
.
Gomen kalau pendek. Maklum character dibatasi karena ngetik di hp. Sedikit curhat... fic ini ngeditnya sampe 3 hari sendiri lhoh... sebenarnya ini fic yang sudah kusimpan di note fb lebih dari 2 tahun lalu. Dan saat itu benar- benar baru pertama kali bikin fic, jadi bisa dibayangkan gimana bahasa dan penulisanku saat itu. Benar- bener amburadul! Sekarang juga masih amburadul sih.. tapi masih mendingan sekarang daripada saat itu XD intinya aku bener-bener merombak habis tulisannya meski di copas dari note fb tapi harus diedit total. Maafkan bila dalam pengeditan tidak sempurna dan masih ada banyak typo atau kesalahan. Fic ini benar- benar sangat berbeda dari versi asliku saat itu. Jujur, ngedit itu ternyata lebih melelahkan dibandingkan nulis langsung ya :""
.
RnR minna? Biarkan saya tahu perasaan dan tanggapan anda saat membaca fic ini. Flame diterima asal flame yang membangun (bukan membangunkan emosi lhoh ya...)
.
Terakhir... Terima kasih sudah membaca ^^
