Joahaeyo
.
.
.
.
Sebenarnya mungkin ini hanya perasaanku saja. Atau katakan aku memang terlalu percaya diri atau berlebihan dan sejenisnya. Sudah sejak lama aku menyadarinya. Tapi aku mencoba untuk pura-pura tidak tahu. Yah, meskipun sangat sulit untuk mengabaikannya. Tatapan intens nya padaku saat aku tidak memperhatikan. Sebenarnya pura-pura tidak memperhatikan. Mana mungkin kau tidak memperhatikan seorang idol? Meskipun dalam kasus ini aku sendiri jugalah seorang idol.
Tapi dia, Kim Jongin. Idol multi talent yang disukai bayak orang. Dia dan grup nya berasal dari agensi besar. Dan jika kau debut di bawah agensi itu, sudah pasti kau akan sukses. Jongin itu magnae sekaligus dancing machine Luxion. Dan aku? Namaku Oh Sehun, anggota boy grup Xoxo. Sebenarnya, aku punya posisi yang sama dengan Jongin dalam grup. Tapi dia jauh lebih baik. Sayangnya aku tak seberuntung Jongin. Sudah lima kali aku mencoba audisi di ESEM Entertaintment, tapi selalu gagal.
Awalnya aku sama sekali tidak pernah bertemu langsung dengan Jongin. Aku bisa berada di tempat yang dama dengannya karena Baekhyun Hyung mengajakku berkumpul bersama anggota boygrup lain agensi. Dan ada Kim Jongin di sana. Ku kira mungkin hanya perasaanku saja. Tetapi aku sering sekali memergoki Jongin yang tengah menatapku. Tepatnya ketika pertemuan yang ketiga.
Apa dia ingin bicara padaku dan terlalu malu untuk menyapa duluan karena statusnya ? Tidak. Itu terlalu konyol. Aku juga tidak tau apapun tentang Jongin. Dia itu terlalu pendiam. Misterius. Memang image nya seperti itu, tapi apa memang seperti itu juga aslinya? Aku sedikit penasaran. Benar -benar sangat penasaran.
Dan dia menatapku lagi. Bahkan masih tetap menatapku meskipun aku melihat kearahnya. Aku menangkapnya basah. Tapi kenapa justru aku yang merasa tertangkap?
Aku melihat sekelilingnya dan tidak ada siapapun di sana. Aku coba menghitung dalam hati. Sapa atau tidak? Sapa, tidak?
Aku mencoba mendekat. Dan entah kenapa rasa gugup yang terlalu berlebihan muncul ketika aku dengan canggungnya berdiri di depan Jongin yang tengah menyesap kopi nya.
Dia menatapku.
Diam, lalu meneguk kopinya lagi hingga cangkir tembikar itu terlihat dasarnya.
"Mau kupesankan minuman lagi?" tawarku basa-basi yang ia balas dengan tatapan, dingin.
Ah, apa aku salah mengartikan perhatian Jongin selama ini. Jika dilihat dari dekat bukan suatu pertanda ramah. Mungkin ia tidak suka berada satu tempat dengan idol rookie dari agensi kecil seperti ku.
"Maaf,.. kalu,.. aku mengganggu mu."
"Oh Sehun?"
"Nde?"
Jongin beranjak dari kursi nya. Berjalan ke arah ku, dan mengacaukan irama detak jantung ku. Apa ini? kenapa jadi seperti dubsmash begini? Padahal di cafe ini tengah di putar music clasic.
"Benar-benar.. "
"W.. wae?"
Jongin mendekat lagi. Menjadi sangat dekat sampai aku bisa merasakan hembusan nafasnya di wajahku. Americano... robusta, dengan krim karamel.
"Aku menyukaimu."
"MWO?!"
Dan dalam sekejap kami menjadi pusat perhatian. Jongin mundur lalu pergi dari ruangan itu. Suasananya jadi sangat canggung. Dan tanpa ku sadari, seseorang sudah berada di dekatku. Suho, leader grup Jongin.
"Apa?" tanya nya membuatku bingung.
"Apanya yang apa?"
"Yang Jongin katakan."
Aku jadi mengingatnya lagi. Pipiku panas. Menjalar dari telinga sampai ke bawah mata. Menahan nafas agar detak jantungku kembali normal. Aku seperti orang mabuk. Padahal minum Soju seteguk pun belum pernah.
"Bukan, bukan apa-apa. "
Aku memilih pergi. Pergi dengan kepala penuh Kim Jongin. Sial! Mengatakan hal seperti itu padaku. Apa maksudnya?
.
.
.
"Jika kau di beri kesempatan untuk berkolaborasi dengan artis dari agensi lain, siapa yang akan kau pilih?"
Aku menatap lekat-lekat di layar kaca dan tanpa berkedip memasang telinganya setajam kucing. Member Luxion menjawab pertanyaan satu persatu. Suho, Chanyeol, Xiumin dan tiba giliran Jongin. Tapi tiba-tiba layar berubah menjadi gambar pinguin biru berkepala besar. Rasanya ingin mengumpat keras-keras, tapi ku batalkan niatku mengingat Baekhyun Hyung tengah memegang remote tv di sampingku.
"Kenapa kau menonton acara tadi? Sangat tidak penting." Baekhyun berucap ketus.
"Hanya,.. tidak sengaja."
"Kau penggemar Luxion?"
"A,.. Aniya.."
"Kenapa wajahmu jadi memerah?"
Aku menutup wajahku lalu segera pergi dari ruangan. Menyebalkan sekali. Kan jadi ingat yang kemarin itu.
"HEY, Sehun-ah,.. bukankah kau ada jadwal pemotretan hari ini? Kenapa belum bersiap?"
Suara Manager Hyung terdengar dari arah luar. Dan aku jadi teringat jadwalku hari ini. Hari ini hanya aku yang punya jadwal. Yang lain sedang bebas. Dan ini sangat menyebalkan ketik kau dapat job sendirian. Jujur aku tidak ahli beramah tamah seperti para Hyung ku.
"Araseo, aku bersiap."
.
.
.
Ruang make up sangat sepi ketika aku datang. Dan tak lama kemudian pintu terbuka lagi. Ku kita manager Hyung, atau staff. Tapi bukan. Itu Kim Jongin. Dia nampak terkejut. Tapi tentu saja aku lebih terkejut. Aku, Jongin. dalam satu pemotretan. Setelah kejadian "suka" itu, melihat poster Jongin saja membuatku malu. Dan sekarang? Bekerja dengannya? Yang benar saja.
Jongin berdehem kemudian duduk di kursi sebelahku. Seorang stylist datang tak lama kemudian. Dan Jongin terlihat ramah menyapa nya seakan mereka sudah kenal lama. Tentu saja ini bukan pertama kalinya Jongin melakukan pemotretan untuk majalah ini.
"Kulitmu bagus sekali Sehun-ah," kata Nuna yang tengah mengoleskan bedak di wajahku.
"Jinja? Kulit Nuna lebih bagus kurasa." Kataku balas memuji meski sebenarnya tak tahu bagaimana bisa kulitku di bilang bagus.
"Kau bisa saja... "
"Hehe.. " aku tertawa kikuk.
"Selesai, nah aku tinggal dulu ya.. "
Suara debam pintu adalah satu-satunya suara yang terdengar sebelum kesunyian panjang di ruangan itu. Jongin menunduk. Sibuk dengan ponselnya. Sayang aku tidak punya ponsel jadi tidak bisa pura-pura sibuk.
"H.. hai" sapaku hati-hati.
Di melirikku sekilas lalu kembali ke ponselnya. Menyebalkan. Apa kemarin itu aku yang salah dengar atau Jongin yang salah bicara? Kenapa aku jadi kecewa? Harusnya kan itu bagus.
"Oh Sehun."
"Ne?" Aku menatap Jongin yang kini juga sedang menatapku.
Cekrek.
Lampu flash dari kamera ponsel
Jongin menyala membuatku silau. Dia mengambil gambar ku? Apa-apaan itu? Membalas sapaanku saja tidak mau dan malah mencuri gambarku.
"Ya!"
"Jangan menggodaku."
"Mwo? Kau gila? Bagaimana mungkin aku punya pikiran seperti itu?"
"Itu yang dari tadi kau lakukan, Bodoh!" Aku jadi terdiam. Benarkah? Tapi aku tidak melakukan apa-apa.
"Jangan memasang wajah seperti itu!"
Aku mulai sebal. Dia menyuruh ku ini itu padahal aku tidak tahu apa-apa. Wajah seperti apa yang dia maksud? Wajahku memang seperti ini. Dan bagaimana aku menggodanya? Aku tidak melakukan apapun dari tadi.
"Kalau begitu tutup saja matamu. Dasar aneh."
Jongin tersenyum sendiri sambil menatap layar ponselnya. Dia tersenyum. Dan itu benar-benar manis.
"Tidak bisa. Aku tidak ingin menutup mataku. Aku ingin melihatmu."
Wajahku memerah. Aku yakin itu.
Jongin menarik kursiku hingga roda -rodanya bergeser mendekati kursinya. Tepat di hadapannya. Ia menatapku dalam dengan mata kelamnya. Dan sukses membuat jantungku hampir saja keluar. Detak jantungku bahkan sudah terdengar seperti marcing band saat ini. Aku tidak bisa bernafas. Dadaku sesak. Aku ingin berteriak.
"Aku menyukaimu, sangat."
Bibir ku terbuka hendak membalas kata-katanya. Tapi kemudian justru sebuah sapuan dari bibir Jongin yang kudapati membungkam mulutku. Ia menciumku.
Kim Jongin menciumku!
FIN?
.
.
.
Iseng saja. Hehe. Mungkin nanti lanjut.
