Declaimer : Masashi Kishimoto *'_'*
Why?
Seseorang pemuda tengah berada diatas atap sebuah apartemen menatapi bintang yang sebenarnya belum muncul karena sang matahari pun belum tenggelam sempurna, sungguh pemandangan indah bagi siapapun yang melihatnya, namun tidak untuk pemuda itu, tatapannya sungguh tak menunjukan rasa ketertarikan dengan pemandangan didepannya. Sungguh ironis. bahkan pemandangan seindah itu pun tak dapat menarik perhatiannya saat ini. tatapan pemuda itu kosong seakan akan tak mempunyai semangat untuk hidup lagi.
Seorang pemuda yang kehilangan semangat hidup berada di atap sebuah apartemen dengan tatapan kosong. Semua orang pasti akan mengira kalau dia akan mengakhiri hidupnya dengan cara terjun dari atas sana. Dan ternyata pemikiran mereka memang benar pemuda itu meloncat dari atap apartemen itu. Sungguh tragis, akhir hidup yang tragis bagi seorang pemuda sesempurna dia.
.~_~.~_~.~_~.~_~.~_~.~_~.~_~.~_~.~_~.~_~.~_~.~_~.~_~.~_~.
Disebuah ruangan rumah sakit terdengar isak tangis memilukan dari seorang ibu yang kehilangan putra tercintanya. Raut wajahnya menampakkam kesedihan yang mendalam melihat putra sulungnya yang sekarang terkapar tak bernyawa disebuah ranjang rumah sakit. Lelaki paruh baya yang berada disampingnya hanya diam, diam tanpa ekspresi seperti biasa seakan tak terjadi apa apa. Melihat sang anak dengan tatapan kosong.
"ita-kun" suara lembut sang ibu memangil nama putranya, berharap sang putra menjawab sahutannya seperti biasa namun ia tahu hal itu sia sia karena sang anak sama sekali tak bereaksi. Air mata terus berjatuhan dari matanya hitamnya yang memerah akibat terlalu banyak menagis, ya dia sudah melakukan hal itu sejak dari sejam yang lalu, seakan menangis adalah satu satunya hal yang dapat ia lakukan untuk sekarang.
"Ita-kun? Ayo jawab mama nak!" wanita itu memanggil sekali lagi sambil mengunjang gunjangkan tubuh kaku di hadapannya. Tak ada reaksi. ia tau hal itu. Namun ia tak mau mengerti. Lelaki paruh baya disebelahnya mencoba untuk menenangkan sang istri dengan memeluknya,
"Sudahlah, relakan dia!" ujarnya nada bicaranya melembut
"ita-kun.." sang wanita masih terisak di dalam pelukan suaminya itu, bayangan memori akan anaknya itu berputar putar di kepalanya, membuat air matanya terus berjatuhan. Bahkan sekarang sang suami pun ikut menangis. Setitik air mata keluar mata yang biasa menatap tajam. Kehilangan seorang putra yang sangat amat teramat sangat dibanggakan dengan cara bunuh diri. Tragis. Sang ibu pun jatuh pingsan di pelukan suaminya.
"Mikoto?" lelaki paruh baya itu memanggil nama istrinya, namun tak ada jawaban, dia lalu mengangkat tubuhnya dan keluar dari ruangan itu, sekarang hanya tinggal seorang pemuda disana, dia, Uchiha Sasuke.
Hatinya sakit, begitu sakit melihat sang kakak terkapar tak bernyawa di sebuah ranjang rumah sakit. Hatinya sakit, begitu sakit melihat orang tua yang ia sayangi menangis. Hatinya sakit, sangat sakit mengetahui sang kakak pergi meninggalkannya. Walaupun sebenarnya ia iri pada kakaknya itu, karena orang itulah yang telah mendapatkan hal yang tak ia miliki, perhatian dari sang ayah yang tak pernah memandangnya. Harusnya ia bahagia bukan? Dengan kematian orang itu, dia akan mendapatkan hal selama ini ia inginkan. Tapi ternyata tidak, bukan begini, bukan ini yang ia harapkan, ia ingin mendapatka hal itu semua dengan orang itu disampingnya. Egois kah dia? Egois karena menginginkan hal yang tak mungkin sekarang? mungkin iya. Tapi ia tak peduli. hatinya sakit, sangat sakit walaupun tak setetes air matapun jatuh dari mata onyxnya. Hatinya sakit, sangat sakit walaupun tak satu pun kata yang keluar dari mulutnya. Hatinya sakit, sangat sakit walaupun tak ada sedikitpun ekspresi sedih diwajah tampannya, hanya ada satu pertanyaan dihatinya saat ini
'Kenapa kau pergi dengan cara seperti ini?'
Mungkin itulah yang sekarang dirisaukannya, karena dia tahu. Seorang Uchiha Itachi tak akan pernah melakukan hal bodoh yang tak masuk akal. Namun takdir berkata lain, Uchiha Itachi pergi dengan cara yang bahkan tak pernah dibayangkan olehnya, Ironis? Memang. Tapi ia tak peduli, yang ia pedulikan sekarang adalah bagaimana cara mengobati rasa sakit yang membuat dadanya sesak ini.
'kakak?'
.~_~.~_~.~_~.~_~.~_~.~_~.~_~.~_~.~_~.~_~.~_~.~_~.~_~.~_~.
Semua orang yang berada di sana dilimuti kesedihan, satu persatu dari mereka mulai menaruh bunga, tanda berduka cita di atas makam bertuliskan 'Itachi Uchiha'. Memberikan kata kata penyemangat bagi keluarganya dan pergi. Begitu pula dengan sang Ayah yang pergi dari tempat itu tanpa berucap, meninggalkan seorang pemuda yang tengah berdiri mematung disana
"Kau pembohong!" gumamnya "Kau bahkan belum menepati janjimu" lanjutnya dengan ekspresi yang masih datar
FLASH BACK
Sasuke yang berumur sepuluh taun sedang belajar di kamarnya, menyelesaikan tugas sekolahnya dengan serius
"ARGGGHHTTT.. Susah sekali sih" teriaknya frustasi,
Seorang pemuda masuk ke kamarnya, sepertinya karena mendengar teriakan dari sang adik yang ada di sebelah kamarnya
"Belum tidur sasuke?" tanya pemuda itu-Itachi pada adiknya
"Mau apa kau?" tanya sasuke dingin, sang kakak yang mendengar hal itu hanya tertawa kecil, 'adikku manis sekali' batinnya saat melihat wajah sasuke yang imut mengembung kesal mendapati dia disini.
"Jangan gitu donk, kakak cuma mau bantu kok!" katanya, membuat wajah sasuke berubah, senyuman manis sekarang terpancar dari wajahnya.
"bener?" tanyanya, dijawab anggukan kecil dari Itachi yang membuat sasuke sumringah. Itachi pun membantu adiknya tersayang, tak lebih dari 20 menit tugas itu sudah selesai. sasuke merapihkan buku bukunya dan beranjak menuju ranjangnya untuk tidur, itachi pun beranjak keluar namun ditahan oleh sasuke.
"kakak!" katanya. Itachi menoleh "lain kali ajari aku lagi yah?" pintanya. Itachi tersenyum kecil dan mengangguk. "Janji?" tanya sasuke. "Janji! Sekarang tidur ya, Selamat tidur sasuke" katanya sambil mengecup kening adik tersayangnya itu, berjalan kearah pintu dan mematikan lampu. "Hoam- Selamat tidur!" balasnya sesaat sebelum dia terlelap dalam mimpi indah penuh harapan.
FLASH BACK END
Sudah dari satu jam yang lalu pemuda itu berada disana dalam diam dalam kesunyian, perlahan setitik air matanya turun dari mata onyx indahnya. Kesedihan mulai terpancar di wajahnya meski hanya untuk sepersekian detik, sebelum sang pemuda pergi dan kembali ke ekspresi datarnya.
"Baka!" sebuah kata terakhir terucap dari sang pemuda untuk sang kakak.
.~_~.~_~.~_~.~_~.~_~.~_~.~_~.~_~.~_~.~_~.~_~.~_~.~_~.~_~.
Sasuke sedang berada dikamarnya sekarang, terduduk di ranjangnya dengan sebuah surat ditangannya, sebuah surat dari seseorang yang baru saja pergi untuk selama lamanya, ya! surat dari Itachi Uchiha. Sasuke hanya memandangi surat itu tanpa ada sedikitpun niatan untuk membacanya. Pikirannya sekarang hanya diisi oleh memori memori tentang sang kakak yang ia benci sekaligus ia sayangi. Terbayang saat itachi tersenyum padanya,
"kau hebat sasuke!"
disaat itachi memarahinya
"Berhentilah bersikap seperti anak kecil!"
Disaat itachi mengucapkan janjinya
"Janji! Sekarang tidur ya!"
Disaat itachi mengkhawatirkannya
"Kau membuatku khawatir, bodoh!"
Disaat saat itachi bermain dengannya
"Aku akan menemukanmu, sasuke!"
Disaat itachi menggodanya
"Wah! Adikku sudah besar rupanya!"
Disaat itachi menghiburnya
"Ayolah sasuke, jangan cemberut terus!"
Dan yang paling menyakitkan, disaat itachi pergi meninggalkannya, untuk selamanya.
Air mata menetes perlahan dari mata onyx itu
"itachi!"
TBC
Gaje yah??
Hehehehe,
Review??? *readers: "OGAHHHHH!!!!!"*
