A/N: Ya, ini fict debut saya di FHI. Jadi mohon bantuannya dengan senior-senior di fandom ini ^^b

Disclaimer: Hidekaz Himaruya, jalan/alur/ceritanya diambil dari film 'Anak Iblis Mencari Setan' cuma saya ubah dikit.

Warning: Typo(s), OOC, OOT tiba-tiba, humor garing, dll.

Nb: Don't Like Don't Read!


Allied Force Mencari Setan

Page 1: At Graveyard


Suatu pagi yang cerah, di suatu kelas di dalam Hetalia Gakuen, Arthur, Francis, Ivan, dan Yao sedang bermain kartu dengan senangnya.

"Hei, jangan curang kau bloody git!" Seru Arthur pada Francis yang dengan sengaja mengambil kartu dari tangan Yao.

"Ehehe, ketauan ya. Maaf deh~" Ucap Francis dengan santainya yang biasanya membuat wanita disekelilingnya terpesona. Tapi sayang, yang dimaksud wanita itu adalah wanita jadi-jadian.

"Jelas ketahuan git!" Bentak Arthur sekali lagi pada Francis, sedangkan yang dibentaknya itu tidak merasa bersalah dan dengan santainya meminum kopi yang entah sejak kapan ada disampinya.

"Sudahlah aru. Jangan bertengkar, lebih baik kita lanjutkan lagi permainan ini aru~" Ucap Yao. Lalu mereka semua kembali melanjutkan permainannya yang sempat tertunda karena kecurangan Francis.

"Tapi, sekali lagi ketauan berbuat curang, pulang kau hanya tinggal nama, da~" Ancam Ivan sambil tersenyum. Ya, senyuman itu bukan senyuman penuh dengan kesenangan. Itu adalah senyuman yang penuh dengan kekejaman. Francis mulai merinding dan bersembunyi dibalik badan Arthur.

Terlihat dari jendela kelas yang tertutup dengan rapatnya, ah maaf ralat….Terlihat dari jendela kelas yang terbuka dengan sangat lebarnya, Alfred berlari-lari sambil membawa buku yang ia lambai-lambaikan, berharap kawan-kawannya (Arthur, Francis, Ivan, Yao) melihat dia.

Di tengah jalan, dia tersandung batu yang entah datang dari mana dan mengakibatkan ia jatuh. Arthur yang melihatnya langsung tertawa sambil memukul-mukul meja yang dipakai untuk main kartu. Tanpa kata menyerah, Alfred kembali berdiri, dan ohh…..Dia kembali berlari, dan dan GOLL! #plak, oke abaikan itu.

Akhirnya Alfred memasuki ruangan kelas tempat kawan-kawannya berada, "Hah….Hah…Hah…Kalian jahat sekali pada HERO sepertiku ini!" Kata Alfred cemberut, sedangkan yang lain hanya cekikikan (kecuali Ivan yang sedari tadi hanya senyum-senyum penuh arti).

"Alfred, benda apa yang kau pegang?" Tanya Ivan.

Alfred yang tadinya babak belur karena melawan Joker dari film Batman kembali bersemangat. "Ah, jadi begini teman-teman. Aku yang hero ini menemukan buku ini di depan rumahku. Liat deh." Seru Alfred memperlihatkan cover buku itu.

"'Petunjuk Pemanggil Setan' buatan K.?" Ucap Arthur, Francis, Ivan, dan Yao berbarengan. Mereka berempat memiringkan kepalanya.

"Ah, kau bermaksud memanggil setan dengan buku ini aru?" Tanya Yao. Alfred mengangguk-angguk dengan cepat.

"Hah? Kau tidak bercanda?" Tanya Arthur sambil menganga. Dia tidak menyangka Alfred yang dikenal penakut ini berani melakukan hal seperti ini?

Alfred menghentakan kakinya dengan kencang dan tidak sengaja mengenai kaki Arthur. "Akan kubuktikan aku bukan penakut seperti aku yang dulu lagi! Dengan ini, aku akan menunjukan sisi hero-ku yang sesungguhnya!" Ucap Alfred sambil bergaya seperti Ultraman yang baru muncul menjadi raksasa.

"Oke, kalau begitu kita liat isinya." Suruh Francis yang sedari tadi kesakitan karena tangannya digigiti oleh Ivan.

"Oke…" Alfred membuka halaman demi halaman buku yang berjudul 'Petunjuk Pemanggil Kambingman', ralat….'Petunjuk Pemanggil Setan'. "Petunjuk pemakaian buku. Masukan lima kilogram tepung terigu, dikocok hingga kental, lalu…."

"WOI, ELO BACA APAAN SIH BLOODY GIT!" Teriak Arthur dengan kencang.

Alfredn yang kaget dengan teriakan Arthur segera menutup buku resep masakannya. "Hehehe, maaf salah. Oke, aku lanjutin ya.." Alfred membuka buku 'Petunjuk Pemanggil Setan' itu. Dihalaman pertama bertuliskan 'Peraturan Penggunaan Buku'.

"Peraturan Penggunaan Buku." Ucap Alfred mengeja kata-kata itu. "Yah, sebenernya peraturannya simple aja. Sekali menggunakan buku ini untuk memanggil setan, kalian tidak boleh menghentikannya barang satu haripun. Dan kalian harus merekam penampakan yang kalian lihat dalam handicam." Eja Alfred dengan bersusah payah.

Alfred membuka halaman selanjutnya. "Bab satu, cara untuk memanggil arwah nenek-nenek. Datanglah malam nanti, pukul sepuluh keatas di kuburan terdekat. Disana, kalian harus menyisir rambut kalian sebanyak seratus kali. Saat sisiran keseratus, arwah nenek itu akan muncul."

"Ahahahaha, seru juga. Ayo kita lakukan nanti malam!" Seru Arthur sambil tertawa kencang. Alfred yang mendengarnya langsung bergidik ketakutan.

"Na…Nanti malam?" Gumam Alfred.

"Kenapa? Kau takut orang sok hero~" Ejek Arthur. Alfred langsung menonjok muka Arthur sambil menangis dengan lebaynya.

"Aku gak takut! Aku ini hero! Liat aja nanti malam, jam Sepuluh!"

"Oke…"


Pukul 22.00


"Kita sudah sampai teman-teman. Ini adalah kuburan China tertua di daerah ini." Ucap Francis lalu turun dari mobilnya, disusul oleh teman-temannya yang lain.

"Ugh…Dingin banget." Gumam Alfred lalu memeluk tubuhnya.

"Bilang aja ketakutan!" Ejek Arthur, Alfred langsung membalikan badannya. Yah, sebetulnya dia memang takut.

"Nah, sesuai kesepakatan. Yao, kau harus menyisir rambutmu seratus kali di kuburan yang batu nisannya paling gede itu!" Perintah Arthur sambil menunjuk suatu kuburan.

"Oke aru." Yao melangkah kearah kuburan itu tanpa lupa sisirnya yang sudah ia siapkan dalam kantong celananya ia keluarkan. Ia duduk di sebelah kuburan itu lalu menyisir rambutnya perlahan-lahan. "Satu….Dua….Tiga.." Ucapnya. Sedangkan Arthur, Alfred, Francis, dan Ivan bersembunyi dibalik sebuah pohon beringin sambil merekam Yao dengan handicamnya.

.

.

.

"Sembilan delapan….Sembilan sembilan…Seratus aru." Yao menghentikan kegiatannya. Lalu ia melihat keadaan disekitarnya. "Kok gak ada yang berubah ya aru?" Gumam Yao.

Tiba-tiba keadaan disekitar Yao menjadi sepi senyap. Angin seakan berhenti, kabut-kabut tipis mulai menyelimuti langit. Terlihat sedikit sinar bulan purnama. Yao yang merasa akan terjadi hal yang aneh menyiapkan frying pannya.

Tiba-tiba Yao merasakan hembusan angin di bagian lehernya, walau hanya sedikit. Ia menghadap kebelakang, tapi ia tidak mendapati apa-apa.

"A-ada apa ini, aru?" Gumam Yao. Ia mulai ketakutan. Tiba-tiba dari belakang muncul sesosok nenek-nenek berpakaian….Yah, pakainnya pakaian China tradisional gitulah, dengan menggunakan satu tongkat yang ia pegang dengan tangan kanannya. Nenek itu berjalan mendekati Yao. Yao yang tidak merasakan kehadiran nenek itu hanya bisa berkata, "Jangan bunuh aku, jangan makan aku, aku belum mau mati. Nanti Viet dan Mei nangis aru~" Ucap Yao kegeeran.

Sosok nenek-nenek itu tak sengaja mendengar ucapan Yao, lalu nenek itu memukul kepala Yao menggunakan tongkatnya dengan keras. "Siapa kau menyebut-nyebut nama keturunanku, si Mei itu!" Ucap nenek itu kesal.

Yao yang jatuh karena pukulan itu segera berlari panik, lalu melakukan tarian pemanggil hujan walau itu tidak akan berarti apa-apa. Sosok nenek-nenek itu melihat Yao yang sedang menari-nari tiba-tiba mengikuti tarian Yao. Francis dan kawan-kawan, yang sedang merekam kegiatan Yao dengan handicamnya cekikikan sendiri (minus Alfred yang sedang ketakutan).

"Eh, bentar. Kenapa gw malah ngikutin elo nari-nari dasar bego!" Ucap nenek itu yang baru sadar kalau dia mengikuti tarian Yao lalu memukul kepala Yao lagi. Yao hanya meringis kesakitan lalu kabur sambil melempar frying pannya dan sukses mendarat dikepala nenek itu yang mengakibatkan kanker paru-paru, gangguan kehamilan, dan asma.

Sosok nenek itu menghilang saat Yao berhasil kabur kearah Francis dan kawan-kawan.

"Hah..Hah…Dapet gak aru?" Tanya Yao ngos-ngosan.

Francis cekikikan sendiri, "Da-dapat, kok. Ahahahahaha." Francis ngakak guling-guling di atas kuburan. Arthur langsung menendang kepala Francis.

"Bloody git! Karma mampus lo! Udah, cabut aja kita sekarang!" Perintah Arthur yang ketakutan akan terjadi hal yang tiba-tiba karena Francis guling-gulingan diatas kuburan orang. Mereka menaiki mobil Francis lalu pergi dari sana.

"Gimana videonya aru?" Tanya Yao

Francis memberhentikan mobilnya kepinggir jalan, lalu mengambil handicamnya dari tas. "Nih, kau liat aja." Francis memberikan handicamnya pada Yao. Yao memencet-mencet handicam itu, bahkan membantingnya. Akhirnya satu jam kemudian Yao berhasil membuka video itu.

"A...A...Akhirnya...Aru~" Ucap Yao terengah-engah.

"Git! Lagian ngebuka gituan aja susah banget, dikata gua aja yang ngebuka!" Seru Arthur marah. Ia lalu mengambil handicam itu dari tangan Yao. Sesaat sebelum memencet tombol play, ia melihat Alfred yang gemeteran. "Fred, gak mau nonton?" Tanya Arthur.

Alfred menoleh kearah Arthur, terlihat wajahnya yang sangat pucat, keringat dingin bercucuran ditubuhnya, dan tentu saja itu karena dia, "Kau takut? Gak mau nonton ini video? Hero apanya, copo!" Ucap Arthur blak-blakan. Alfred yang mendengar ucapan itu dengan cepat menempeleng kepala Arthur.

"E...Enak aja! A...Aku...Gak takut!" Seru Alfred. Ia pun memberanikan diri melihat video tersebut. Arthur memencet tombol play. Terlihat disana Yao yang sedang menyisir rambutnya. Sampai sisiran yang ke-seratus, Yao menoleh kekanan dan kekiri. Sesaat setelah itu handicam itu mati.

"Hei, Francis...Kok handicamnya mati?" Protes Arthur.

Francis memberhentikan mobilnya (lagi) lalu mengambil handicam itu dari tangan Arthur. "Masa sih? Pasti ada yang salah." Ia memukul-mukul handicamnya berharap ada keajaiban yang muncul. Beberapa lama kemudian handicam itu menyala kembali. "Ah, nyala nyala!" Seru Francis. Ia lalu menonton video itu bersama dengan yang lainnya, Alfred-pun masih gemeteran sambil memeluk tubuhnya. Sedangkan Ivan...bisa kalian bayangkan sendiri, hanya senyum-senyum penuh arti.

"Apa ini?" Arthur menunjuk video itu, disana terlihat Yao yang sedang dipukul nenek-nenek dengan tongkatnya sampai jatuh. "Hahahahaha, Yao. Masa kau dipukul nenek-nenek aja sampe jatoh kayak gitu, hahahahahah!" Ucap Arthur sambil tertawa.

"A...Aku kan gak tau dia muncul dari mana, makanya aku jatuh aru!" Bantah Yao.

Beberapa lama kemudian, video itu selesai mereka tonton. Muka Alfred tambah pucat, keringat dingin makin bercucuran di tubuhnya. Arthur yang duduk disebelahnya sempat protes pada Alfred karena keringat dia yang banyak itu menyentuh tangan dan baju Arthur. Setelah itu mereka pulang kerumah masing-masing, sambil mengira-ngira apa yang selanjutnya akan terjadi.


-To be continued-


A/N: Yap, terima kasih buat yang udah baca fict gaje ini *bungkuk*. Maaf kalo kependekan, saya usahain di chapter dua nanti lebih panjang lagi. Dan sekali lagi, jalan/alur/cerita diambil dari film 'Anak Iblis Mencari Setan' yang saya tonton beberapa tahun lalu *gak ada yang nanya*.

Bagi readers yang berbaik hati, review cerita ini agar lebih menarik lagi. Sekali lagi terima kasih^^