Disclaimer © Sebenernya Naruto milik saya namun semua berubah saat negara api mulai menyerang *dicekik Kishi sensei
My Short Stories © Veoryxocie
Pairing : SasuSaku, Slight SasuHina
Rated : T
Genre : Romance, Drama, Hurt/Comfort (maybe -,-)
Warning : OOC, Abal, Alur gak jelas+kecepetan, Bikin muntah, Karangan amatir, Typo(s) berterbangan, dan kecacatan lainnya.
HARD WARNING : Don't Like Don't Read OK!
Douzo~
.
.
.
.
.
.
'My Short Stories'
.
.
.
.
.
.
.
Helaan nafas keluar dari bibirnya yang berpoleskan lipgloss–yang sedikit sudah pudar– berwarna pink. Lama menunggu kendaraan yang akan mengantar kepulangannya tak kunjung menampakkan lampu sorotnya. Hari yang semakin larut, membuat gadis pemilik manik hijau cerah itu menerawang ke langit senja.
"Dasar bodoh…" umpatnya pelan yang entah Ia tunjukkan pada siapa?
Pikirannya melayang pada kejadian beberapa akhir ini. Gadis itu masih terdiam melihat jalanan di depannya, hanya ada dia seorang di halte bus itu. Setelah lumayan lama menunggu akhirnya sebuah bus berwarna putih gading berhenti didepannya. Tanpa pikir panjang, gadis bermahkotakan rambut merah muda sebahu itu langsung berdiri dan menuju pintu bus yang terbuka secara otomatis.
Setelah menemukan tempat duduk yang tepat, Sakura memandang nanar pemandangan yang tersiar lewat jendela kaca itu. Otaknya mulai menampilkan slide-slide memori yang ia alami tadi siang…
.
.
Flash back :
"Nee… Sakura ayolah! Kau kenal 'kan dengannya?" Ino–gadis berambut pirang pudar itu masih merengek pada Sakura–sahabatnya. Teman pemilik warna mata biru safir itu terlihat tak acuh dan lebih memokuskan diri pada rak buku didepannya.
"Aku tidak kenal Ino, dan bisakah kau sedikit tenang. Kita ada di perpustakaan Pig." Dengan kesal Sakura menarik buku bersampul warna ungu dari rak secara kasar. Dan berjalan meninggalkan Ino yang mulai menggerutu tidak jelas.
"Tapi dia mengenalmu Forehead…" ucap Ino setengah berteriak karena ditinggalkan. Sontak seluruh penghuni perpustakaan itu menoleh menatap horror pada pemilik rambut blonde itu. Namun tak Ino Hiraukan.
"Jangan bercanda Pig… sekarang siapa yang sok tahu?" Sakura menarik kursi duduk dan menghempaskan bokongnya pelan, membuka buku yang akan menjadi bahan skripsinya tahun ini.
"Namanya Sasuke 'kan?" ceplos Ino tiba-tiba. Sakura hanya menatap sahabatnya yang mengambil posisi duduk didepannya itu dengan raut–lumayan–terkejut. Ino menyeringai kecil menyadarai perubahan ekspresi Sakura.
"Hhh… terserah, aku tidak mau membahas lagi soal ini." Sakura kembali berkutat dengan bukunya dan menampilkan wajah serius. Tapi gadis itu sebenanrnya tidak fokus dengan rentetan tulisan yang menempel pada kertas didepannya. Pikirannya melayang menuju hal lain.
"Kau heran kenapa aku bisa tahu?" Tanya Ino lagi. Ia masih belum merasa bahwa Sakura jelas tak mengacuhkannya. Sakura mengerling bosan, tentu dia tahu darimana Ino bisa tahu nama pemuda itu. Ratu gossip selalu tahu bukan?
"Ayolah Sakura, kau bisa cerita padaku. Atau jangan-jangan kau masih menaruh perasaan pada mantanmu itu?" pertanyaan Ino berhasil membuat Sakura mengalihkan perhatiannya secara total dari buku ditangannya. Sakura menghela nafas berat. Percuma menghindari topik pembicaraan yang jelas-jelas menjadi favorite teman barbie-nya itu.
"Itu masa lalu Pig, dan itu sangat menyakitkan. Karena itu bisakah kau tidak mengungkitnya?"
Tatapan Sakura mulai sendu, wajah gadis itu sedikit menunduk mengingat kenangan-kenangan pahit musim panasnya. Ino terdiam, gadis itu tidak tahu harus membalas kata-kata Sakura dengan kalimat yang bagaimana? Memaksa Sakura bercerita berarti akan membuka luka lama gadis itu.
Akhirnya kedua gadis tingkat semester akhir itu mulai sibuk dengan aktifitasnya masing-masing.
Sakura membalik halaman buku yang dipegangnya dengan pelan, mengamati setiap tulisan yang terpatri indah di buku itu. Sedangkan Ino Ia sibuk dengan ponselnya. Tak ada yang memulai percakapan. Dan lagi-lagi Sakura harus terganggu ketika dengan sengaja Ino menepuk-nepuk pelan punggung tangannya.
"Ada apa lagi?" tanya Sakura setengah jengkel. "I-itu…" Ino menunjuk seseorang yang baru saja memasuki wilayah rak buku yang tak jauh dari tempat mereka berada. Emerald Sakura hanya menatap bosan sosok itu, dan mulai meneruskan lagi aktifitas membacanya.
"Kau tidak ingin menyelesaikan ini Sakura? kau sendiri sadar 'kan kalau dia itu mengikutimu." Sakura tetap diam tak menanggapi pertanyaan Ino. Tapi dalam hati gadis pemilik mata zambrud itu berteriak frustasi. Tentu dia sadar, kelewat sadar malahan.
Namun Sakura berusaha setengah mati menyingkirkan keinginan terbesar hatinya, untuk bertanya pada sosok bertubuh tegap yang kini mulai mengambil tempat duduk tak jauh dari dirinya berada. Masa lalu tetap masa lalu 'kan Haruno?
"Kau mau aku bagaimana?" Ino mengalihkan matanya menatap Sakura yang terlihat merenung. Sebuah lengkungan terlihat di wajah manis Ino saat mengetahui tanda-tanda sahabatnya akan menyerah. "Hampiri dia dan tanyakan kenapa seminggu ini dia selalu berada disekitarmu. Tidak ada kebetulan yang terjadi berulang kali Sakura." Lelah berdebat, akhirnya dengan setengah hati ralat– tidak sepenuh hati, Sakura mengalah dan mulai berdiri memberanikan diri untuk menyapa teman lamanya itu.
Bunyi deritan kursi kayu terdengar untuk yang kesekian kalinya di ruangan penuh buku itu. Sakura menelan ludah dengan susah payah ketika menyadari posisinya kini berada didepan orang yang seakan mau menerkamnya. Inilah yang sakura takutkan, bertemu dengan Sasuke dalam periode yang sudah berbeda. Sekarang dia bukan lagi remaja cengeng. Tapi dia tidak tahu harus berkata seperti apa? Sangat sadar akan kehadiran Sakura mata sekelam malam itu menatap datar orang didepannya. Meghela nafas–Sakura mulai mebuka mulutnya.
"Sebenarnya apa yang kau inginkan Sasuke-san?" tanya Sakura formal. Pemuda dengan nama Sasuke itu tetap pada ekspresinya. "Sadar juga kau akhirnya," jawab pemuda itu melenceng dari pertanyaan.
"Aku tahu benar sifatmu itu, kau tidak suka bertele-tele. Jadi katakan saja langsung alasanmu." Sasuke menyeringai tipis, entah kenapa dia rindu membuat gadis didepannya itu penasaran dengan kemisteriusannya? "Aku masih punya waktu… aku tahu kau melakukan ini untuk temanmu itu." Sakura menggeram kesal mendengar jawaban Sasuke yang dari tadi tidak ada yang benar–menurutnya. Mata Sasuke melirik pada seeorang yang dari tadi berpura-pura membaca buku bersampul ungu. Dan Sasuke tahu benar, gadis blonde itu tengah menguping pembicaraan-nya.
"Jadi kau ingin dianggap stalker eh?" tanya Sakura untuk yang kesekian kalinya. Sasuke tersenyum sinis, mungkin beberapa minggu terakhir ini dia memang terlihat seperti stalker. Membuntuti mantan kekasihnya secara terang-terangan, tapi tentu dengan maksud dan tujuan yang sudah jelas.
"Aku tidak akan menjelaskannya disini, nanti malam kau ada acara?" Baiklah, untuk ukuran mereka yang memiliki masa lalu buruk, kedua orang itu cukup akrab. Sakura menaikkan sebelah alisnya, memandang heran pada sosok yang kini menatapnya dalam. "Untuk apa?" tanya Sakura mengalihkan pandangan ke arah lain. Masih cukup menyakitkan baginya kalau harus memandang mata itu.
"Ada yang ingin kubicarakan," jawab Sasuke memandang Sakura, gadis didepannya itu banyak berubah. Tanpa dia sadari tatapannya melembut. "Jadi kau masih akan mengikutiku?" Sakura melirik Sasuke sekilas, tapi Ia langsung menarik mundur emerald-nya itu ketika sadar Sasuke menatapnya. Sasuke tersenyum sambil mendengus.
"Entahlah? Aku tunggu di café dekat kampusmu jam delapan malam ini," jawab Sasuke. Pemuda bermata onyx itu mulai mengambil ancang-ancang untuk pergi. Tak tahu apa yang harus dikatakan lagi Sakura memilih diam menatap Sasuke yang mulai pergi. Tapi gadis itu langsung beranjak dari tempat duduknya dan berlari mengejar Sasuke, menggenggam tangan besar pemuda itu untuk menghentikan langkahnya. Sasuke yang sadar tangannya ditarik akhirnya menoleh kebelakang, memandang seorang gadis yang wajahnya tertutupi helaian rambut pink pendeknya.
"Berjanjilah kau akan menjelaskan semua," tanya Sakura sambil tertunduk. Tidak… dia tidak boleh melakaukan ini. Dia sudah berjanji bahwa Ia akan melupakan semua. Tapi perasaan selalu tidak bisa dibohongi bukan?
"Hn." Hati Sakura bergetar mendengar jawaban Sasuke. Tidak, seharusnya dia meminta penjelasan dari orang yang sudah jelas bukan siapa-siapanya sekarang. Gadis berambut merah jambu itu hanya menunduk ketika Sasuke sudah berada jauh darinya.
Ino yang sedari tadi hanya melihat, langsung menghampiri Sakura dan menepuk pelan pundak temannya itu. "Sakura…" Tanpa pikir panjang Ino langsung merengkuh Sakura dalam pelukannya, menghangatkan hati gadis musim semi itu sebisa mungkin. Sebersit perasaan menyesal sempat Ino rasakan, seharusnya tadi dia tidak menyuruh Sakura melakukan hal ini. Tapi mungkin dengan ini Sakura bisa lebih jujur dengan perasaannya, pikir Ino. Perasaan bahwa Sakura masih belum bisa sepenuhnya melupakan Sasuke. Secara tak sadar gadis berambut pirang pudar itu memaksa Sakura agar membuka topengnya selama ini.
"Maaf Sakura…" dengan terucapnya kata-kata itu, Ino bisa merasakan bahu Sakura bergetar menahan tangisnya.
.
.
Sasuke memasuki mobilnya yang Ia parkir di halaman kampus, pemuda itu masih terdiam memegang kemudi setirnya. Matanya melirik tangan kanan di depan wajahnya. Hatinya sedikit menghangat, tak dapat dipungkiri bahwa Ia merindukan sensasi ini. Tangan kecil itu masih dan akan tetap selalu hangat baginya. Tanpa Ia sadari Sasuke tersenyum tipis, tapi Ia langsung menggelengkan pelan kepalanya untuk menghilangkan perasaan yang akan menghambatnya nanti. Benar… Ia hanya rindu, tidak lebih. Ya… semoga saja kau benar Uchiha.
End Flash Back
.
.
Sakura memandang gugup sebuah café didepannya, sudah lewat 10 menit dari perjanjian. Kaki Sakura terasa enggan untuk melangkah. Berulang kali pula Ia memlihat penampilannya sendiri, sebuah gaun one piece berwarna putih membalut tubuh langsingnya. "Hhh…" setelah memantapkan hati, Sakura melangkah memasuki café itu.
Harum makanan serta kopi memasuki indra penciumannya, tanpa membuang waktu lagi mata emerald itu langsung bergerak menelusuri setiap tempat yang bisa ia tangkap. Karena merupakan café umum keadaan di sana sedikit ramai, dan membuatnya harus menyediakan kesabaran ekstra tatkala tidak menemukan sosok yang Ia cari.
"Ada yang bisa saya bantu Nona…" tanya salah seorang pelayan sambil mempersilahkan Sakura. "Maaf aku terlambat…" Sakura tersentak merasakan suara yang amat Ia kenali mengalun di dekat telinganya. Sontak emerald itu langsung beralih menatap kebelakang. Sakura dapat melihat orang yang Ia cari sedari tadi tengah sedikit mengatur nafas, mungkin karena berlarian dari tempat parkir.
"Sa-Sasuke."
"Tolong satu tempat untuk kami," ucap Sasuke pada pelayan itu. "Baik," jawab sang pelayan.
"Ayo…!" Sasuke menarik tangan Sakura agar mengikutinya, dan gadis bermata emerald itu hanya menurut. Ia masih tercengan dengan sikap Sasuke yang sedikit lebih dewasa–termasuk dalam penampilannya. Mereka menuju sebuah meja dan tempat duduk yang tepat berada di sebelah jendela.
"Silahkan…" kata pelayan itu ketika mereka sudah berada di tempat duduk. Sasuke terlihat sedang memilih pesanan dan beerapa detik kemudian Ia sudah menutup buku menu itu. "Aku jus tomat." Sakilas mata onyx itu melirik Sakura yang sepertinya juga sudah selesai dengan pilihanya. "Tolong Cappucino-nya." Pelayan perempuan tadi mengganguk dan mencatat pesanan Sasuke dan Sakura. Setelah itu Ia pergi untuk membuat pesanannnya.
"Jadi… apa yang ingin kau katakan," tanya Sakura to the point, Sasuke tetap memasang wajah datar merespon Sakura, dalam hati pemuda itu sedikit kaget melihat Sakura yang–benar-benar–berubah. Dan membuat pemuda emo itu tersenyum singkat.
"Bagaimana kabarmu?" bukan menjawab Sasuke malah mengganti topik. Terlihat jelas pemuda itu sedang tidak ingin terburu-buru dalam urusannya. Tentu hal ini membuat Sakura heran, bukan sifat khas Uchiha eh? "Baik," jawab Sakura sekenanya dengan mengalihkan matanya. Bahkan gadis itu tidak berniat bertanya balik perihal kabar Sasuke. Sadar akan keadaan ini, Sasuke juga tidak mau hal ini berlarut-larut.
"Ini…" Sasuke menyodorkan sebuah benda cantik berwarna putih dengan hiasan di setiap pinggirannya. Sakura mengernyit heran menatap benda yang mirip buku kecil itu, tapi matanya masih cukup jeli untuk tahu benda apa itu. "Untuk apa?" tanya Sakura mulai dengan nada dingin. Sasuke sedikit menghela nafas… "Ini undangan pertunanganku."
'Deg'
Sakura terpaku melihat undangan itu… waktu terasa bergerak lambat, seolah paru-parunya berhenti memasok oksigen dari luar. Ia seperti mengalami de javu tidak tahu harus berkata apa? Di raihnya undangan di atas meja itu dengan tangannya yang sedikit bergetar. Tunggu dulu? Kenapa ia harus kaget mendengar hal ini? Seharusnya Ia senang. Temannya akan berbahagiah… tapi tidak untuk diatas penderitaan barunya. Sakura menatap lekat undangan putih itu, 'Sasuke Uchiha & Hyuuga Hinata'.
"Jadi… kau akan bertunangan?"
"Hn." Perasaan itu datang lagi, runtuh sudah topengnya. Sakit… rasa sakit yang Ia rasakan dulu kini menyergap hatinya. Seolah Ia seperti dihempaskan dari langit. Dan hal yang lebih menyakitkan lagi… menyadari kenyataan bahwa usahanya untuk melupakan Sasuke sudah gagal total.
"Aku menyerahkan ini secara langsung karena aku menghormatimu, datanglah!" Percuma, suara baritone pemuda itu tak sampai ke gendang telinga Sakura, dada perempuan berambut merah jambu itu terlalu sesak untuk membantunya mengeluarkan kata-kata balasan.
"Ja-jadi… kau mengundangku," tanya Sakura dengan suara yang mulai parau. Sasuke mengangguk pelan. Dunia disekitar Sakura seakan berhenti berputar mendapati respon laki-laki didepannya.
Semudah itukah? Terkadang Sakura berpikir mungkin dengan beranjak dewasa Ia akan mengerti. Tapi… sekarang semua terasa rumit. Sakura menghela nafas…
"Douzo, maaf menunggu lama," ucap tiba-tiba pelayan yang mengantarkan pesanan Sasuke dan Sakura.
"Terima kasih."
Sakura memejamkan matanya yang mulai memanas, dia ingin sekali berteriak tapi Ia sudah berjanji akan melupakan semua perasaannya jadi… sekarang mungkin waktunya. Sasuke bahkan sudah mulai melangkah jauh, jadi dia harus bisa…
"Baiklah, aku akan datang. Aku harap aku akan menjadi tamu spesial di hari pertunanganmu Sasuke," Sakura tersenyum… dan hal itu membuat Uchiha bungsu didepannya merasa kurang nyaman. Tapi segera Ia tepis perasaan itu. Sakura menyeruput Cappucino miliknya. Mencoba menenangkan perasaan dengan secangkir minuman hangat itu. Berbeda dengan Sasuke, laki-laki berumur 21 tahun itu terlihat tidak tenang dengan minuman yang Ia pegang. Ia hanya menatap kosong jus tomat favoritenya.
"Bolehkah aku bertanya Sasuke?" tanya Sakura tiba-tiba. Dan hal itu berhasil membuat Sasuke mengalihkan matanya menatap emerald didepannya.
"Hn,"
"Apa alasanmu meninggalkanku? Mungkin waktu itu aku mengerti tapi sekarang jadi lebih rumit." Sakura kembali memasang topengnya yang hampir pecah, gadis itu tersenyum. Sejenak Sasuke diam memandang emerald yang tiba-tiba menyedot seluruh perhatiannya, tatapan itu, senyuman itu, ekspresi itu, Ia sangat merindukannya. Cukup… Sasuke langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain, warna hijau itu membuatnya ingin memilikinya sekali lagi. Tapi itu sudah tidak bisa tidak boleh malahan, dan Ia sadar akan hal itu.
"Tidak ada alasan khusus, aku menyukainya, hanya itu. Mungkin kau bingung tapi-" Sasuke kembali memandang Sakura yang menatapnya polos. Membuatnya tidak dapat melanjutkan kata-katanya, seolah Ia lupa bagaimana berkosakata dengan baik dalam memberikan sebuah alasan logis. "Tapi apa?" tanya Sakura penasaran, gadis itu sekarang sedang berusaha mengabaikan perasaannya setengah mati.
"Waktu itu mungkin perasaanku bercabang," jawab Sasuke yang sebenarnya sedikit ngawur. "Begitu… aku mengerti, kau ingin mengatakan bahwa kau bosan." Sasuke semakin menatap Sakura lekat. Bukan… bukan itu maksudnya? Entah kenapa, laki-laki itu sedikit lupa alasannya meninggalkan Sakura.
"Itu sudah cukup Sasuke. Ini sudah larut, aku mau pulang." Sasuke langsung beranjak ketika Sakura berdiri, memegangi tangan gadis itu.
"Aku antar." Tawarnya sedikit memaksa. Sakura tersenyum geli… jauh dalam lubuk hatinya Ia rindu diperlakukan seperti ini tapi ini sudah tidak boleh.
"Tidak usah… aku pulang sendiri saja." Sasuke mengernyit tidak suka mendengar jawaban Sakura, dan lagi tindakan Sakura yang langsung melepas pegangan tanganya itu membuatnya sedikit kesal. "Ini sudah malam, tidak baik untukmu." Lagi–Sakura tersenyum menanggapi sikap khawatir Sasuke.
"Sudahlah, aku baik-baik saja. Lagipula kau harus lebih meluangkan waktu untuk acara istimewamu Sasuke."
"Tidak. Aku akan mengantarmu," sergah Sasuke cepat. Sakura hanya melongo mendapat jawaban tegas itu. "Aku pulang sendirian Sasuke, dan jangan memaksaku." Muncul sudah sifat Sakura yang menurut Sasuke asing. Ia sadar tidak bisa memaksa gadis itu lagi. Tanpa memperdulikan raut tidak ikhlas dari Sasuke, gadis bergaun one piece musim panas itu langsung melenggang pergi. Tapi lagi-lagi seseorang memegangi tangannya.
"Setidaknya beritahu aku alamat barumu…" Sakura memandang jauh mata onyx itu, Ia bingung harus menjawab apa? Sakura juga penasaran, kenapa Sasuke menanyakan tempat tinggalnya. Dengan kata lain Sasuke sempat berkunjung ke kediaman lamanya. Melihat keadaan sudah mulai malam dan akan semakin memotong waktunya jika Ia harus berdebat dengan Sasuke.
"Hhh… Baiklah."
.
.
.
'Pukul 21.12'
Itulah waktu yang tertera pada jam tangan Sakura, gadis itu masih menunggu sabar bus yang akan lewat. 'Masih 8 menit lagi,' gumamnya dalam hati. Sakura menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Suasana mulai sedikit sepi, jalanan juga sedikit lenggang. Sambil bersenandung kecil melantunkan lagu yang sekarang sedang mengalun lewat headset-nya untuk membunuh perasaan bosannya.
"Hitori ja nani mo deki nai"
(I can't do anything on my own)
"Sonna wake ja nai yo ne?"
(Don't I know this already?)
"Kaze ga fuitara koko kara fumi dasou"
(When the wind blows it seems like I can move on)
Suara lembut Sakura melantun seiringan dengan lirik lagu yang terputar di iPod-nya, mata emerald-nya tertutup seolah menikmati desiran angin yang perlahan menyapu wajahnya. Lagi-lagi dia mengabaikan hatinya yang sebenarnya meronta ingin keluar, Ia sudah cukup lelah. Jadi biarkan untuk kali ini saja Ia menikmati rasa sakit yang begitu menyesakkan sambil tersenyum, setetes air mata mulai jatuh dari pelupuk matanya sejak chorus lagu itu mengalun.
"Kimi mo Yoru mo Namida mo ano hi no yaku soku no zenbu"
(You and the night and the tears and all the promise of that day)
"Yane made tonde kowarete kieteku"
(Have all been broken, flying towards the sky)
"Hajimete moratta PIASU no, Kahou wo nakushita zutto"
(The first time I was heartbroken, I was continuously searching a way to lose the pain)
"Mou yame ni suru yo"
(I have given up already)
"Kimi no koto ga suki da yo Sayonara"
(Goodbye, all my love for you)
Bibir Sakura berhenti bergerak, gadis pemilik nama lengkap Haruno Sakura itu tersenyum mendengar lirik yang Ia lantunkan sendiri. Rasanya Ia harus bersikap bijak seperti arti lagu yang Ia nayanyikan. Benar… dia sudah bisa melepas Sasuke. Karena sekarang Ia sudah berada di masa depan. Dan tidak ada gunanya mengingat masa lalu yang hanya akan menghambat langkahmu.
5 menit telah berlalu, Sakura memandang semua kendaraan yang lalu lalang. Lalu mata emerald itu menatap pada sebuah mobil hitam yang tiba-tiba berhenti didepaannya. Sedikit merasa terganggu, namun Ia masih tak sadar bahwa yang berada disana dan menunggu bus sendirian hanya dia seorang. Sakura mengernyitkan alisnya ketika kaca mobil itu menurun dan memperlihatkan sosok yang sangat ia kenali sebagai teman satu universitas.
"Ne-Neji?" panggil dan sebutnya pada sosok laki-laki yang kini tengah menghampirinya setelah menutup pintu mobil.
"Konban wa…" sapanya kalem. "Ko-konban wa mo," balas Sakura yang agak gugup dan sungkan.
"Naiklah…" Sakura menatap Neji bingung, apa itu sebuah tawaran atau perintah?
"Ti-tidak usah, sebentar lagi busnya datang." Tolak Sakura lembut, bermaksud tak ingin merepotkan teman satu jurusan-nya itu. Neji yang sudah bisa menebak adegan selanjutnya–bahwa gadis itu akan tetap disana dan bersikukuh menolak tawarannya–akhirnya pemuda berambut coklat itu menarik tangan Sakura untuk mengikuti langkahnya menuju mobil yang berada 4 meter dari mereka.
"Apa yang kau lakukan?" hardik Sakura sedikit kurang nyaman dengan posisi mereka sekarang. Pemuda bermata lavender itu tersenyum simpul setelah berhasil mendorong Sakura untuk memasuki mobilnya. Sakura tentu tidak tinggal diam, gadis itu mencoba keluar dari dalam mobil.
"Aku akan mengantarmu Haruno-san, tidak baik seorang gadis pulang malam sendirian," jawab Neji sedikit menggunakan logat formal yang dibuat-buat.
"Tapi aku tidak bilang kalau aku mau 'kan Hyuuga-san?" Neji berdecak… beginilah kalau harus berhadapan dengan Sakura. Gadis yang dikenal dingin tehadap semua kalangan laki-laki di kampusnya, minus satu orang.
"Maaf tapi kali ini kau tidak bisa me-no-lak-ku Sakura… sekarang cepat kau masuk."
"He-hei…" Neji mendorong Sakura dengan paksa dan langsung meutup pintu mobil. Setelah Sakura memasuki mobilnya pemuda itu lekas berlari menuju tempat duduk kemudi. Ia mengabaikan raut kesal Sakura dan hanya tersenyum untuk kesekian kalinya di hari itu.
"Baiklah nona Haruno… beritahu aku alamatmu agar aku bisa mengantarmu dengan se-la-mat?" Lagi–Neji memberikan penekanan dalam kata-katanya. Sakura tentu cukup mengerti akan setiap penekanan kata yang di ucapkan Neji. "Kau tidak akan macam-macam 'kan?" tanya Sakura melirik Neji. Dan kalimat pertanyaan itu sukses membuat Neji–yang notabene-nya termasuk cowok yang pernah ditolak Sakura–tersenyum jail.
"Kau ingin aku macam-macam huh?" Sakura meneguk ludahnya, 'pertanyaan bodoh?' jantung gadis itu hampir copot melihat tatapan nakal Neji yang mulai megeliminasi jaraknya.
"Bo-bodoh… cepat antar aku pulang?" Sedikit berteriak, Sakura mendorong tubuh Neji yang hampir menghimpitnya. Pemuda berambut coklat itu terkekeh lagi. Walau sebentar, Neji menikmati aroma parfum Sakura, dan membuatnya sedikit berfikiran aneh.
"Baiklah…"
Mobil Mercedes-Benz AMG SLS itu-pun melaju menembus angin malam.
.
.
.
.
.
.
TBC Or Delete?
.
.
.
.
.
.
Insert song :
SCANDAL – Kimi to Yoru to Namida
.
.
.
.
.
Jejak Author :
Holla~ minna XD
Masih inget sama saya? *siapa lo?…
Oke… tidak usah banyak cincau (?) ^.^
Karena ada dari beberapa reader's yang meminta sekuel, akhirnya saya buatkan. Sebagai tanda ucapan terima kasih karena telah mereview fict saya #pluwak
Untuk para reader's yang baru baca (kalo ada yang baca) kalau kalian berkenan silahkan kunjungi fict saya yang 'Kimi to Yoru to Namida' supaya tahu kisah awalnya… meskipun ceritanya abal banget dan gak nyambung.
Kenapa endingnya nggantung? Kenapa gak dilanjutin aja?
_Karena saya pikir ending nggantung itu keren #kicked
_Karena ini sudah beda setting dan cerita karena itu saya buat yang baru lagi.
Dan lagi, saya emang cuma niat bikin One Shot XD #gampared
Tapi setelah saya baca-baca review kalian lagi, ternyata emang gak kereeen sama sekali -_- *barunyadar
Yasudahlah… maaf atas segala-galanya ya, entahlah? Saya merasa feelnya gak kerasa T,T
Alurnya juga kecepetan, tambah gak jelas pula *pundung dikolong kasur
Gomen ne~
Mohon kritik dan saran serta concrit kalau berkenan.
Dan juga saya turut berduka atas kepulangan Author 'Addys Noveanette', tahun ini FFN kehilangan para author yang berbakat. Fict ini juga saya dedikasikan untuk para Author yang telah meninggalkan kita.
Semoga mereka tenang di alam sana.
We all here always pray for you~
TTD
Veoryxocie
