Disclaimer : Masashi Kishimoto
Main Character : Sasori
"A Heart Inside the Puppet"
Chapter 1
Sebuah teknik mengendalikan boneka hanya terdapat di desa yang dipenuhi padang pasir, Sunagakure. Beberapa desa di negara besar lainnya sangat menginginkan teknik yang diberi nama kugutsu itu. Tak hanya teknik tersebut yang terdapat di Sunagakure. Masih banyak teknik dengan keahlian yang menarik. Seorang pria muda bersurai merah adalah seseorang yang mahir membuat dan mengendalikan boneka-boneka itu. Pria tersebut bernama Sasori.
"Sasori-kun, ajari aku teknik kugutsu. Aku mohon." seorang gadis muda memintanya kepada Sasori.
"Baiklah." jawab Sasori singkat namun terkesan ramah.
"Aku juga!" seru seorang pria lainnya.
"Kami juga!" seru sekumpulan pemuda berlari menghampirinya.
Sasori yang baru berusia 14 tahun sangat terkenal pada masa itu. Ia diidolakan oleh banyak orang, terutama wanita. Seiring berjalannya waktu, para 'pecinta' Sasori pun semakin berkurang. Sebagian dari mereka mati saat perang perbatasan, itu membuat pendapat orang-orang yakin bahwa teknik kugutsu justru malah membuat banyak kematian karena tak semua mahir menggunakannya. Itu membuat sebagian orang lagi dari 'pecinta' Sasori kecewa akan hal itu. Kini Sasori mengalami kesendirian yang menyakitkan. Bahkan beberapa orang membenci Sasori.
"Lihat orang itu! Karena teknik kugutsunya, banyak orang yang mati. Seharusnya ia tak perlu mengajarkan teknik itu juga membuat banyak orang seperti ini." celoteh seorang wanita setengah abad kepada orang-orang di sekitarnya.
'Mengapa aku selalu disalahkan? Ini semua kesalahan mereka karena memintaku mengajarinya. Aku tidak memaksa. Lagipula aku selalu berkata bahwa mereka boleh menggunakan teknik ini jika sudah mahir.' batin Sasori namun ia terlihat tetap tenang dan berjalan terus.
Memang benar, Sasori tidak seharusnya disalahkan. Itu semua kesalahan para shinobi yang menggunakan teknik kugutsu, padahal mereka masih amatir.
Hal ini terus terjadi hingga mengubah pendirian Sasori. Ia jadi pendiam, penyendiri, dan tidak peduli pada siapapun. Biar pun ia tinggal bersama neneknya, namun ia tak merasa disayangi namun itu salah.
"Sasori! Kemarilah! Makan malam telah siap." teriak seorang wanita tua yang tak lain adalah Nenek Chiyo, nenek dari Sasori.
Seperti biasa, tak ada jawaban dari Sasori. Ia hanya terus fokus pada boneka-bonekanya.
Sasori keluar dari ruangannya hanya untuk mengambil makanan yang disediakan Nenek Chiyo, itu pun dibawanya ke ruang pribadi milik Sasori.
..
..
Hari demi hari terlewati. Nenek Chiyo semakin khawatir kepada Sasori. Ia bahkan tidak tahu apa yang terjadi. Jika karena kematian orang tuanya rasanya tidak mungkin karena setelah kejadian itu Sasori masih menjadi anak yang ramah dan disukai banyak orang. Lantas apa? Berusaha menanyakan kepada Sasori telah sering dilakukan, namun percuma saja. Sasori tak pernah menjawab pertanyaan seperti itu dari Nenek Chiyo. Sebuah ide terbesit dalam pikiran Nenek Chiyo. Ia langsung mendatangi ruangan Sasori.
CIIIIT..
Derit pintu ruangan Sasori yang sulit terbuka oleh Nenek Chiyo namun masih bisa terbuka. Deritan itu cukup keras tapi tak mengejutkan Sasori sedikit pun. Ruangan tersebut cukup gelap namun masih bisa melihat sekitar karena ada sumber cahaya remang-remang di sudut ruangan yang tak lain adalah tempat Sasori menyelesaikan boneka-bonekanya. Ruangan yang terlihat sangat rapi dengan sekat-sekat yang dibuat untuk menggantungkan bonekanya. Luasnya pun tergolong ruangan yang besar. Hanya terdapat rak-rak boneka, meja kerja, tempat tidur, kotak besar tempat barang-barang tak terpakai, meja dengan tingkatan bermacam-macam untuk alat-alat yang sering digunakan, 1 lemari berukuran besar, dan terakhir 1 peti di samping lemari yang tak seorang pun tahu apa isinya, hanya Sasori yang tahu.
"Sasori, kelihatannya kau senang sekali berada di ruangan ini. Ternyata sudah banyak boneka yang kau selesaikan. Anak pintar." ucap Nenek Chiyo menghampirinya.
Seperti biasa, tak ada jawaban.
"Sasori, tolong. Dengarkan aku."
Sasori tak memalingkan pandangannya dari lengan boneka yang sedang ia kerjakan. Itu membuat Nenek Chiyo kesal.
"Uh! Sasori! Lihatlah siapa yang berbicara denganmu ini?!" Nenek Chiyo merebut lengan boneka itu supaya Sasori menoleh.
Pada akhirnya Sasori menoleh dengan tatapan dinginnya.
"Hanya menoleh saja sulit. Jika kau menoleh, aku tak akan merebut ini darimu. Sasori, aku ingin kau membuatkanku boneka karasu. Aku yakin kau pasti bisa." pinta Nenek Chiyo sambil menyerahkan lengan yang direbutnya.
"Ya. Akan kubuat dengan cepat. Aku tak akan membuat orang lain menunggu." jawab Sasori yang kembali fokus pada boneka yang sedang dibuatnya. Kalimat itu membuat Nenek Chiyo sangat senang, setidaknya ia bisa mendengar suara Sasori lagi.
Mungkin dengan cara ini, hubungannya dengan Sasori bisa dekat lagi.
..
..
Nenek Chiyo pun pergi ke luar rumahnya untuk membeli tanaman obat. Saat melewati samping rumahnya, ia melihat seorang pria seusia Sasori sedang mengintip dari luar jendela kamar Sasori.
"Hey!" panggil Nenek Chiyo yang membuatnya terkejut lalu berusaha lari. "Tidak. Tunggu!" lanjut Nenek Chiyo.
"Su-sumimasen. Aku tidak ada maksud apa-apa." anak itu ketakutan.
"Tenanglah. O namae wa?" tanya Nenek Chiyo ramah.
"Namae wa Komushi desu." jawabnya.
"Mengapa kau mengintip tadi?"
"Ti-tidak. Aku hanya ingin tahu saja sedang apa Sasori. Aku tak pernah melihatnya lagi. Aku ingin berteman dengannya tapi sulit sekali."
"Um, Komushi. Maukah kau menjadi perantara antara aku dan Sasori? Jadi kau bisa sering-sering menemuinya."
"Hah? Mengapa Nenek memintaku begitu? Kau adalah neneknya mengapa perlu perantara?"
"Kau tak mengerti. Aku tak tahu mengapa Sasori jadi pemurung seperti ini. Berkomunikasi dengannya saja sangat sulit. Jadi kupikir ini ide bagus."
"Baiklah! Serahkan padaku!" Komushi sangat bersemangat untuk hal itu.
..
..
Keesokan harinya, Komushi datang ke kediaman Sasori dan Nenek Chiyo. Tanpa menunggu lama, Nenek Chiyo menyuruhnya segera menemui Sasori dan menanyakan karasu yang dipesannya.
TOK! TOK!
"Sasori. Apa kau didalam?" Komushi masuk dengan perasaan takut karena keadaan kemar Sasori yang gelap dan penuh boneka itu.
Sasori terkejut mendengar suara yang memanggilnya terdengar asing, namun tetap saja Sasori tidak menoleh. Komushi pun menghampiri Sasori.
"Sasori! Kenalkan, watashi wa Komushi desu. Aku adalah perantara antara kau dan Nenek Chiyo karena Nenek Chiyo sibuk sekarang dan mendapat tawaran membuat obat-obatan." Komushi diberi tahu oleh Nenek Chiyo alasan ia menjadi perantara.
Sasori sama sekali tak menjawab.
"Dulu kau sangat terkenal, bahkan sangat sulit untukku menjadi temanmu karena kau banyak didekati orang-orang. Mungkin sekarang waktunya."
Sasori tetap tidak menjawab.
"Tidak menjawab juga. Hey! Sasori! Aku berbicara padamu!" Komushi berteriak di telinga Sasori namun tak ada reaksi apa-apa.
"Sasori, aku diperintahkan untuk menanyakan tentang karasu. Apa sudah- eh?" Komushi terkejut melihat telunjuk Sasori yang menunjuk ke arah boneka yang dibalut kain hitam sudah selesai sempurna. "Cepat sekali, padahal Nenek Chiyo baru memerintahkanmu kemarin." tambahnya.
"Aku tidak ingin membuat orang lain menunggu." ucap Sasori.
"Wah, baru aku mendengarmu berbicara. Baiklah, akan kubawa kepada Nenek Chiyo dan menanyakan apalagi yang dibutuhkannya kepadamu." ucap Komushi kegirangan.
"Jangan membuatku menunggu." ucap Sasori didampingi anggukan pelan.
"Baiklah! Aku segera kembali!" Komushi berlari sambil membawakan boneka karasu dengan hati-hati.
To be continue..
Note : Anggaplah usia Sasori dalam cerita hanya berbeda 2 tahun dengan Temari. Dan kelanjutan cerita ini pada masa pemerintahan Kazekage kelima (Gaara).
What do you think?
Review? Follow? Fav?
Thanks for reading.
