Catatan Penulis:
Halo . . . . Ini karya fanfiction berbahasa Indonesia pertamaku. Semoga hasilnya nggak jelek-jelek amat. Sudah lama aku tidak lagi menulis dalam Bahasa Indonesia. Maaf kalau ada kata-kata atau kalimat atau ungkapan yang aneh. (Sudah lebih lama lagi aku tidak membaca buku Harry Potter versi Indonesia. Heheh . . . .)
Selamat menikmati!
Rey
Ringkasan Bab: Harry, yang sekarang berumur tujuh tahun dan tinggal bersama Keluarga Dursley, ingiiiiin sekali minum segelas air dan makan sepotong roti.
Jumlah Kata di Dalam Bab Ini (menurut MS Word): 505
Yang Tak Terlihat
Prolog: Yang Tak Tercapai
Harry James Potter meringkuk lesu di kamar tidur kecilnya, lemari di bawah tangga, yang telah ditempatinya sepanjang ingatannya. Ia seorang anak laki-laki berumur tujuh tahun yang nampak seperti bocah lima tahun atau bahkan lebih muda, dengan rambut hitam berantakan dan mata oval hijau terang dibingkai kacamata berselotip. Keluarganya, yang tinggal di Jalan Privet Drive Nomor Empat dengannya, memanggilnya "si sinting" ketika sedang di luar pendengaran orang-orang lain.
Dan sekarang ia terkurung di sini, lagi, tanpa makanan dan minuman. Daging ham yang ia goreng tadi pagi hangus, jadi seharian ini ia tidak dapat makanan – lagi – dan disuruh bekerja dua kali lebih keras daripada hari-hari sebelumnya. Ia berhasil mencuri waktu minum dari selang yang digunakannya untuk menyiram tanaman; tapi itu saja tidak cukup, ternyata, karena sekarang badan kecil cekingnya sama lemas dan panasnya dengan ketika ia betul-betul kekurangan air. Tapi matahari hari ini memang panas sekali . . . . Hari ini puncak musim panas di Inggris, dan ia bekerja di luar seharian. Malam tak memberinya waktu istirahat: udara pengap dan semua benda memantulkan cahaya seakan-akan masih siang.
Ia menggigit bibir, berpikir-pikir apakah keadaannya kali ini membuatnya harus mengendap-endap keluar untuk mencuri makanan dan minuman. Haus . . . . Lapar . . . . Sudah seminggu ini ia cuma makan sepotong roti panggang hangus setiap pagi.
Derap langkah berat menuruni tangga di atas lemarinya. Harry berjengit sedikit. Yah, Paman Vernon turun . . . . Hancurlah sudah angan-angannya mencuri makanan dan minuman dari ruang penyimpanan di dapur. Pamannya pasti turun untuk menonton televisi atau minum – atau mungkin keduanya. Ia tidak berani mencoba keluar saat-saat begini; itu namanya bunuh diri.
Sayangnya, sekarang pikiran-pikiran menggiurkan tentang makanan dan minuman tidak mau pergi dari bayangannya. Soda dingin, susu gurih, sayur segar, stik lezat sisa semalam . . . . Perutnya berkeriukan dan melilit menyakitkan, dan tenggorokannya terasa jauh lebih kering daripada sebelumnya. Airmata memenuhi mata di balik sepasang kacamata somplaknya. Ia ingin pergi dari sini. Haus . . . . Lapar . . . .
Berusaha menahan rengekan yang ingin keluar dari mulutnya, Harry membenamkan wajahnya di antara lututnya dan di bawah lipatan tangannya, sehingga ia lebih mirip bola aneh daripada manusia. Kalau seseorang melongok ke dalam lemari di bawah tangga sekarang, ia akan melihat sebuah gumpalan aneh bersarung pakaian bekas yang nampak seperti lap, bukan bocah lelaki bernama Harry James Potter.
Dan sejenak kemudian, ketika si 'bola hidup' terurai perlahan seiring dengan tergelincirnya Harry ke alam bawah sadar, si pengintip akan berseru, "Tidak mungkin!" – karena Harry James Potter baru saja menghilang, lengkap dengan pakaian bekas sepupunya (Dudley Dursley) yang mirip lap atau kulit gajah tua bercat warna-warni. – Lain halnya kalau si pengintip adalah anggota sebuah kelompok masyarakat yang menamakan diri mereka penyihir. Orang itu akan berdebat dengan dirinya sendiri tentang kemana Harry membawa dirinya sendiri pergi, dengan keadaan yang jelas-jelas tidak memungkinkannya untuk ber-Apparate. Dan mungkin, selanjutnya orang itu akan panik, terlambat mengetahui bahwa bocah kecil ceking yang barusan menghilang tidak akan ditemukan lagi sampai tiga tahun ke depan . . . setelah dinyatakan hilang dan mati oleh Kementerian Sihir.
