Ichizuki…
Disclaimer : Naruto Masashi Kishimoto
WAY OUT
By Ichizuki_Takumi
Pairing : SasuNaru, SasuSaku, NaruSaku
Rated : T
Genre : Angst/Humor
Warning : AU, OC, OOC, Straight, Yaoi, dan lain-lain
DON'T READ, DON'T LIKE
Chapter 1
Malam sudah menjelang, sang mentari telah meninggalkan perantauannya, kini tergantikan oleh kelamnya malam bertabur bintang.
Bulan bersinar memancarkan keelokannya, menghibur setiap insan yang rapuh. Namun sinar sang bulan tidak bisa menutupi keresahan makhluk malang ini. Makhluk yang sedang memandang sang bulan dengan pandangan sayu, mencoba mencari celah agar terbebas dari jerat kenistaan hatinya. Namun apa boleh buat, semakin lama ia memandang sang bulan, hatinya malah semakin kalut.
Naruto POV
Malam semakin larut, udara yang dingin mulai menusuk kulitku. Namun tak juga aku menutup jendela kamar ini. Karena aku ingin memandang bulan di angkasa, tanpa ada penghalang yang menutupi keindahannya.
Angin tanpa henti-hentinya menerpa wajahku, menyingkirkan tiap helai rambut yang bertengger dikeningku. Ku pejamkan kedua mataku, merasakan tiap hembusan angina yang menerpa wajahku.
Ku rasakan jeritan hati yang meraung-raung meminta jalan keluar. Tetapi apa daya, otakku tak juga merespon, lebih tepatnya tak bisa menjawab jeritan hatiku. Aku sudah tidak sanggup berpikir lagi. Aku sudah muak tersakiti seperti ini. Aku ingin mengungkapkannya, ingin sekali mengatakannya. Ingin sekali menuturkan perasaanku padanya.
Tapi, pantaskah aku mencintainya? Bolehkah aku memilikinya?
Sadarlah diriku… dia itu sudah mempunyai suami. Dia itu istri sahabatmu sendiri. Apa pantas aku menyukainya? Apa kau ingin diusir dari rumah ini? Kau bahkan menginap dirumah mereka tanpa mengeluarkan seperser pun biaya. Apa itu balasan yang kau berikan pada mereka? Itukah arti seorang sahabat? Yang dengan lancang menyukai sahabatnya sendiri yang kini telah menjadi istri dari sahabatnya. Bisa berada didekatnya saja seharusnya kau sudah bersyukur, dan sebaiknya kau tidak berharap lebih.
Begitulah seruan-seruan dari dalam hatiku, yang mencoba menasehati diriku yang hina ini.
Air mataku meleleh, menciptakan aliran kecil dipipiku. Tiada isak tangis yang keluar dari bibirku, namun didalam hati aku menjerit. Mencoba menggapai harapan yang tak pernah ada.
Aku selalu meratapi tiap malamku, merasakan sakit yang menyanyat dihatiku. Ku buka kedua mataku yang menampilkan iris secerah birunya langit pagi, yang kebalikan dari hatiku yang sekelam langit malam.
Angin kembali berhembus. Melirihkan bisikan yang seakan dapat kudengar. Kini dingin semakin menusuk kulitku, tak membiarkanku menikmati nyanyian angin yang mengalun indah ditelingaku.
Ku tutup jendela kamarku. 'Bukan, ini bukan kamarku,' ku gelengkan kepalaku. 'meskipun untuk sementara ini adalah kamarku'. Ku pandang jam beker yang berdiri tegak dimeja yang berada disudut kamar ini. Dan kini jam itu telah menunjukkan pukul 10.30 malam. 'Aku harus segera tidur. Aku tidak mau terlambat kerja besok,' batinku yang segera beranjak menuju tempat tidur. Ku rebahkan tubuhku disana, ku nyamankan posisi tidurku, kemudian menarik selimut agar membuatku hangat. Namun mataku tak juga terpejam. Sulit sekali untuk tidur bila hati sedang berkecamuk.
Aku memegang dadaku, meremas kaos orange yang aku kenakan, mencoba menenangkan hatiku yang terus saja menjerit. Ku paksakan mataku untuk terpejam, tanpa melepas remasan pada kaosku.
Setelah lama aku terjaga, akhirnya aku bisa tertidur juga. Tertidur sambil mengernyit menahan sakit yang terbawa kedalam mimpi.
End of Naruto POV
Tok tok tok
Terdengar suara ketukan yang memecah heningnya pagi.
"Emm…" erang sesosok pemuda dibalik selimut tebal. Dengkuran halus kembali terdengar.
Tok Tok Tok Tok
Bunyi ketukan semakin keras terdengar.
"Emm… ya?" kini mata pemuda itu terbuka, mengerjap untuk menyesuaikan matanya dengan cahaya yang masuk.
Tok Tok Tok Tok Tok…
"Iya-iya aku bangun! Siapa sih!" seru Naruto, sang pemuda yang kini terbangun seutuhnya. Dia beranjak dari tempatnya tidur, kemudian membuka pintu yang tak bersalah itu, karena dijadikan pelampiasan oleh sang pengetuk pintu.
"Oh Teme. Ada apa?" tanya Naruto sambil mengucek-ucek salah satu matanya.
"Hn. Kau mau tidur sampai kapan, Dobe?" seru Sasuke menahan emosinya.
"Yang pentingkan aku sudah bangun Teme!" seru Naruto.
"Lihat, jam berapa sekarang, hah?" seru Sasuke yang menahan diri untuk tidak menjitak kepala pemuda yang berada didepannya itu.
Naruto kemudian mengalihkan pandangannya, mencoba melirik jam beker yang berada di sudut kamarnya. "Jam 7.30…" loading. Muncul satu kedutan dikepala Sasuke. "Hah! Jam 7.30?" teriakan Naruto sukses membuat Sasuke menyumbat kedua telinganya. "Tidak! Bagaimana ini? Aku bisa terlambat! Kenapa kau tidak membangunkanku dari tadi Teme?"pekik Naruto sambil berlari kesana kemari, bingung mana yang harus dilakukannya terlebih dahulu untuk siap-siap pergi kekantor.
"Bletak!" sebuah jitakan sukses mendarat dikepala Naruto. "Auw, sakit Teme!" seru Naruto.
"Kau cepatlah mandi, Dobe. Aku tunggu dibawah."
"Iya-iya!" dengus Naruto. Setelah Sasuke menghilang dari pandangannya, kemudian ia beranjak dari tempatnya menuju kamar mandi sambil mengelus-elus kepalanya yang benjol.
"Hai semua…" sapa Naruto kepada dua orang yang sudah berada didapur. Kini Naruto sudah berpakaian lengkap dengan kemeja berwarna putih dibalik jas hitamnya.
"Hn."
"Pagi Naruto," jawab Sakura. Seorang wanita berambut pink yang terduduk dikursi meja makan. Mendapat jawaban dari Sakura membuat Naruto menjadi senang. Namun segera diusirnya jauh-jauh kesenangannya itu.
"Ayo Teme berangkat," seru Naruto sambil mengambil roti bakar yang ada dimeja makan.
"Kau tidak sarapan dulu?" tanya Sakura pada Naruto.
"Aku sarapan dimobil saja," jawab Naruto sambil mengambil sebotol air minum yang ada dikulkas. "Ayo Teme kita berangkat," seru Naruto lagi pada Sasuke.
"Hn."
"Sakura, kami berangkat dulu ya," seru Naruto.
"Iya, hati-hati dijalan ya," balas Sakura. Namun tiba-tiba Sasuke beranjak dari tempatnya duduk mendekati Sakura, dan kemudian ia mencium kening Sakura.
"Hn, aku berangkat," ujar Sasuke setelah melepas ciumannya pada Sakura. Sementara Sakura, sedikit terkejut oleh perbuatan suaminya yang akhir-akhir ini menjadi sedikit romantis.
"Y…ya, kau hati-hati ya…" ujar Sakura setelah tersadar dari keterkejutannya.
Cemburu. Itulah yang dirasakan oleh seseorang bermata biru yang memandang perbuatan mereka. 'Sakit…Kenapa hatiku ini terasa sangat sakit? Kenapa rasanya lebih sakit dari biasanya?' batin Naruto yang kini menundukkan kepala, mencoba mengalihkan pandangannya. Mencoba menabahkan hatinya.
"Kalian ini, masa masih pagi sudah mesra," ujar Naruto memandang mereka dan mencoba tertawa ditengah sakit yang mendera hatinya. Sungguh tawa yang begitu dipaksakan.
Mendengar ucapan Naruto, muncul semburat merah dipipi Sakura. "Sebaiknya kalian segera berangkat," ujar Sakura mengalihkan pembicaraan.
"Hn."
"Da~ Sakura," seru Naruto sambil melambaikan tangannya, dan Sakura balas melambai.
Kemudian Naruto dan Sasuke beranjak dari dapur menuju mobil yang sudah terparkir didepan rumah. Merekapun berjalan dalam diam meninggalkan Sakura yang masih tersipu malu.
*TBC*
