Disclaimer : Masashi Kishimoto
Summary : Semua ini berawal dari taruhan terbodoh yang pernah kulakukan. Aaakkh! Baiklah, akan kubuktikan kalau aku bisa membuat ketiga aniki angkatku bertekuk lutut dihadapanku meskipun itu hanya pura-pura. Tapi bagaimana caranya?
Warning : Authors say sorry if there are any miss typos in this crazy short story ^^V
Pairing : SasoxSaku, ItaxSaku, SasuxSaku
DON'T LIKE, PLEASE DIE
*Confused *
Created by : Ayume Megumi
Edited by : Ayume Natsuki
…-o0o-…
.
.
.
Aku?! Aku adalah Haruno Sakura seorang gadis biasa saja, cantik? Itu hanya mimpi! Kaya? Jangan harap! Aku hanya gadis biasa saja yang kebetulan diadopsi oleh keluarga kaya, aku ini seorang yatim piatu yang dibesarkan oleh keluarga uchiha sejak kaa-san dan tou-san meninggal karena kecelakaan.
Jangan pernah berfikir aku adalah seorang pengagum rahasia yang freak terhadap "kakakku", aku hanyalah gadis yang menyimpan rapat kekagumanku akan kakak-kakakku yang kaya raya nan rupawan. Rasanya wajar jika aku menyukai mereka, bahkan seluruh gadis di penjuru negeri ini pasti merasakan hal yang sama dengan apa yang kurasakan.
Mereka adalah Akasuna no Sasori, putra sulung keluarga uchiha dan pewaris tunggal Perusahaan Uchiha Corporation nantinya. Putra kedua, Uchiha Itachi, mewarisi Uchiha Airlines. Sedangkan putra bungsu keluarga Uchiha bernama Uchiha Sasuke mewarisi Uchiha Resort . Para pewaris yang tampan? Bak pengeran? Tentu saja! Para anikiku layaknya magnet bagi kaum hawa. Sebagai anak perempuan yang di adopsi, menurut aturan tidak boleh mewarisi Perusahaan dan harus diwariskan pada keturunan laki-laki. Bisa dipastikan kalau aku tidak mendapatkan hak atas harta melimpah itu.
Mungkin kalian bingung mengapa nama marga kakak pertama ku bukan'uchiha', itu dikarenakan Tou-san angkat ku Uchiha Fugaku memiliki dua istri. Istri pertama bernama Akasuna Haruko, itulah sebabnya mengapa Sasori-nii memiliki marga Akasuna. Sedangkan istri kedua bernama Uchiha Mikoto, dan dari istri kedua inilah Tou-san angkat ku mendapatkan dua keturunan kakak beradik Itachi-nii dan Sasuke-nii. Aku termasuk gadis beruntung karena dapat diangkat menjadi anak oleh keluarga ini. Yaa.. kedua Kaa-san dan Tou-san angkatku ini menginginkan anak perempuan mengingat ketiga anak mereka semuanya laki-laki.
Kupijakkan kaki melewati hijaunya rerumputan di kediaman keluarga baruku ini.
Konohagakure, kotaku tercinta ini, baru saja diguyur hujan deras yang sukses menciptakan bebauan khas tanah yang baru saja disiram hujan, wangi… sekali dan aku selalu suka dengan suasana ini. Dan diatas sana, ada 7 warna yang berpendar dengan indahnya.
Kudongakkan kepalaku hanya sekedar untuk melihat keajaiban alam itu sejenak, menikmati pemandangan yang jarang sekali bisa kunikmati.
"Oh indahnya…."
.
.
The Story Begin….
"APA?!" jerit Sakura tidak percaya dengan perkataan kedua temannya ini.
Ino dan Temari sontak menutup telinga masing-masing karena teriakan Sakura.
"YAK! Kenapa berteriak? Kau pikir kami tuli apa?" bentak Ino. Tapi, Sakura tak mempedulikan pelototan mata gadis itu. Sakura masih sibuk dengan pikirannya sendiri yang sudah melayang entah kemana.
"Jadi, bagaimana? Mau tidak?" pertanyaan Temari menyadarkanSakura dari lamunannya.
Sakura menelan ludah, lalu berkata dengan gagap, "A..kasuna dan Uchi..ha"
Kedua gadis berambut blonde itu mengangguk mantap.
"Si..siapa me..reka?" Ino dan Temari menganga mendengar pertanyaan Sakura.
"Kau tidak kenal? Mereka adalah pangeran di sekolah ini. Yang pertama Akasuna no Sasori kelas 3-A, dan ketua organisasi basket, yang kedua Uchiha Itachi kelas 2-B Ketua Osis di sekolah kita, sedangkan yang ketiga Uchiha Sasuke kelas 1-C ketua tim taekwondo. Mereka bertiga bersaudara dan pemilik sekolah ini tidak lain dan tidak bukan adalah Uchiha Fugaku ayah darimereka bertiga. Kau masih tidak mengenalnya?" mulut Ino kembali menganga lebar menerima tanggapan Sakura yang hanya menggelengkan kepalanya. Ino menepuk keningnya, begitu pula denganTemari.
"Hellooo~ Haruno Sakura! Kau itu kesekolah buat apa sih? Cuma numpang belajar doang, huh?"tanya Temari.
"Aku ke sekolah ya memang untuk belajar, untuk apa lagi? Lagian buat apa aku sekolah hanya untuk memperhatikan orang lain, tidak ada gunanya." gerutu Sakura.
"Ya ampun, kutu buku satu ini. Haish!" geram Temari. Namun Sakura tidak menanggapi.
Tentu saja Sakura mengenal nama-nama yang disebutkan oleh kedua temannya itu. Bagaimana mungkin seorang adik tidak mengenali kakaknya sendiri? Namun Sakura dapat menyembunyikan dengan rapi identitas aslinya tanpa diketahui satu orang pun termasuk kedua sahabatnya sebagai salah satu putri dari Uchiha Fugaku, meskipun hanya seorang anak angkat dapat merubah kehidupannya 180 derajat jika ada yang mengetahui hal ini. Sama halnya dengan ketiga kakaknya yang menjadi primadona yang selalu memiliki pengawal siswi-siswi cantik disetiap langkah kaki mereka. Sakura pun jadi berfikiran bukan hal yang tidak mungkin jika ada yang mengetahui identitasnya, mendadak ia menjadi seorang putri di sekolah dan pastinya itu membuat Sakura risih.
"OKE! OKE! Baiklah. Terserah kau tau atau tidak! Walau sangat 'aneh', tapi kami cu-kup paham kok. Anak 'kutu buku' sepertimu mana mungkin punya waktu mempehatikan orang lain. Bahkan seorang 'BINTANG' sekalipun." ujar Ino, sedikit menyindir.
Satu alis Sakura sedikit terangkat. "Bintang?"
"Kuberitahu ya Sakura-Baka-Chan ! Sasori, Itachi, dan Sasuke adalah 'BINTANG'nya sekolah kita! MEREKA tampan, kaya, atletis, keren, pintar, charming, pokoknya segala-galanya deh! MEREKA itu nomor satu yang paling diidolakan siswi-siswi disini." ujar Temari dengan menekankan kata 'mereka'.
"Benar!" timpal Ino. "Ketampanan mereka bahkan sudah terkenal hingga keluar Konoha International Senior High School. Ish, banyaksekali siswi-siswi dari sekolah-sekolah lain yang mengagumi bahkan jatuh cinta! Jadi….." tatapan Ino terpaku pada Sakura yang masih memandang cuek perkataan dari kedua temannya ini. Melihat Sakura dari atas hingga bawah lalu tersenyum meremehkan. "Kapan kau mau berubah Sakura-Chan, lihat penampilanmu? Bagaimana mungkin kau tidak memperhatikan penampilan sendiri, yang kau perhatikan hanya buku dan buku." Ino hanya menghela nafas berat melihat penampilan gadis di depannya ini yang lebih pantas disebut sebagai seorang pria yang terjebak dalam tubuh seorang gadis, dari pada disebut gadis tulen.
"Ino... tanpa kau bilangpun, aku yakin Sakura sudah sadar akan dirinya. Mana mungkin Our School Prince tertarik padanya jika penampilannya tetap seperti ini haah? Bahkan untuk meliriknya saja mungkin mereka bertiga enggan."
Sakura mengumpat ratusan kali dalam hati saat kedua temannya ini benar-benar mengejeknya luar dan dalam.
"Jadi... kalau memang kalian sudah tau mereka itu tidak akan mau tertarik padaku, mengapa kalian memintaku untuk berkencan dengan mereka, huh?" ujar Sakura, ia benar-benar sudah tidak tahan dengan sikap dua teman di depannya ini. Benar-benar-sungguh-sangat-menyebalkan-sekali.
"Yak! Kapan kami meminta padamu? Hish, kau sendiri bilang pada kami mau bertaruh jika ujianmu nilainya sempurna semua, maka uang jajan kami selama satu bulan akan kami serahkan tapi buktinya ada salah satu mata pelajaran yang gagal kau dapatkan nilai 10. Jadi sebagai gantinya kau harus menuruti kemauan kami! Sudahlah, katakan saja kau setuju atau tidak?" ujar Ino.
"Kami beri kau waktu selama satu bulan . Saat waktu itu tiba kau harus sudah berkencan dengan salah satu dari mereka bertiga. Bahkan kalau perlu, buat salah satu dari mereka bertekuk lutut padamu.", ujar Ino sambil tersenyum jahil melihat tingkah Sakura yang sudah kelabakan setengah mati mendengar persyaratan darinya dan Temari. Untuk pertama kalinya Sakura menyesali perkataannya sendiri yang yakin mendapatkan nilai sempurna pada seluruh mata pelajarannya di sekolah.
"Benar. Jika kau bisa menaklukkan mereka dan membuatnya bisa suka padamu, taruhan kita sudah lunas. Sebaliknya, jika kau tidak bisa menaklukkan mereka, masalah kita belum selesai. Kami akan memikirkan hal lain yang harus kau lakukan untuk menyelesaikan taruhan kita." ujar Temari kali ini diikuti cengiran lebar diwajahnya yang memperlihatkan deretan gigi putihnya yang berjejer rapi.
Sakura tidak tau harus menjawab apa. Yang ia rasakan saat ini adalah mulutnya yang menganga sangat lebar menatap Ino dan Temari yang sudah tertawa-tawa lagi. Perasaan Sakura mendadak cemas, sangaaat cemas.
.
.
Sakura berjalan menuju sebuah sungai yang mengalir. Memijakkan kakinya pada jembatan di atas sungai tersebut. Merasakan hembusan angin yangmenyentuh setiap sel permukaan kulitnya. Begitu menggelitik dan halus. Sakura membentangkan tangan seakan ikut terbang terbawa angin. Berandai bagai merpati putih yang mengepakkan sayapnya. Terbang setinggi-tingginya menembus langit ke tujuh untuk dapat bertemu dengan kedua orang tuanya dan menghindari permasalahan yang saat ini dapat merusak setiap sel-sel otaknya untuk dapat berfikir jernih.
"Sudahcukup. Ini terlalu mustahil!" ujar Sakura mengacak-acak rambut soft pinknya frustasi. Bagaimana bisa ia melakukan semua ini. Ketiga anikinya saja sangat membencinya bagaimana mungkin Sakura dapat mengajak berkencan dan membuat salah satu di antara mereka jatuh cinta padanya. Mungkin lebih tepatnya bukan jatuh cinta dalam arti yang sebenarnya melainkan hanya untuk berakting di depan kedua temannya seolah-olah salah satu anikinya itu benar-benar mencintainya. Siapa yang mau kooperatif dengan pemikiran Sakura saat ini? Jawabannya tidak ada. Bahkan ketiga kakanya itu jika bertemu dengannya di sekolah seolah-olah mereka tidak saling mengenal. Jangankan untuk menyapa, melirik saja tidak.
.
.
Sakura berjalan gontai memasuki rumah mewahnya. Bahkan sapaan dari penjaga rumahnya pun tidak ia hiraukan. Hal ini membuat penjaga rumah itu heran, bagaimana mungkin seorang Sakura yang biasanya selalu mengulas senyum kepada siapa saja yang menyapanya, kini menjadi seorang yang lusuh, kusut, dan seperti tidak memiliki semangat hidup sama sekali.
"Tadaima.", ucap Sakura sangat lesu dan tidak bersemangat sama sekali.
"Sakura, kenapa kau pulang terlambat?", ujar Haruko.
"Gomen Kaa-san, tadi bisnya telat." ujar Sakura berbohong, sebenarnya dia tadi hanya main ke sungai untuk sekedar menenangkan pikirannya saja.
"Kenapa kau kusut sekali? Ada masalah disekolah?", ujar Mikoto yang kali ini juga ikut cemas melihat penampilan Sakura yang begitu berantakan.
"Saku-chan, bukankah Kaa-san sudah mengatakan padamu jika kau bisa berangkat ke sekolah bersama dengan salah satu anikimu? Kenapa kau selalu ngotot berangkat naik bis, sedangkan ketiga anikimu menaiki motor sport atau mobil mereka masing-masing. Jadi beginikan, kau telat pulang ke rumah dan keadaanmu jadi berantakan.", ujar Haruko kembali menceramahi putrinya ini.
Sedangkan ketiga orang yang saat ini selalu menghantui pikiran Sakura terlihat sedang menuruni anak tangga. Nampaknya mereka bertiga sedari tadi berada di lantai atas, di kamar mereka masing-masing.
"Kaa-san, maaf aku tidak bisa berangkat ke sekolah bersama dia.", ujar Sasori tiba-tiba sambil tangannya menunjuk ke arah Sakura. Kali ini sasori sudah berada tepat di depan Sakura diikuti dua orang lainnya.
"Ahh... Baiklah kalau memang Sasori tidak bisa, mungkin Itachi dan Sasuke bisa, iya kan?", ujar Mikoto.
"Tidak", ujar Itachi singkat namun terasa sangat menyakitkan bagi siapa saja yang mendengarnya.
"Kalau Sasuke?" ujar Mikoto kembali. Kali ini dia merasa cemas dan berharap anak bungsunya ini mengatakan 'iya'.
"Hn, aku sibuk. Jadi tidak bisa.", ujar Sasuke akhirnya.
Haruko dan Mikoto menghembuskan nafasnya berat. Mereka berfikir sampai kapan ketiga putranya ini dapat menerima Sakura dikeluarga besarnya.
"Sudah tidak apa-apa Kaa-san, aku lebih suka naik bis. Perrmisi, aku mau ke kamar dulu", ujar Sakura sambil melenggangkan badannya untuk berjalan memasuki kamarnya yang berada di lantai bawah, berbeda dengan ketiga anikinya yang memiliki kamar di lantai atas.
"Kalianbertiga... Akhh! Benar-benar….", ujar Mikoto dan Haruko secara bersamaan.
Sedangkan ketiga orang yang sedang dibicarakan oleh kedua Kaa-sannya itu hanya cuek, tidak peduli dengan kata-kata yang baru saja mereka lontarkan pada Sakura. Meskipun itu bukan kata-kata yang tajam dan pedas tapi itu sukses membuat Sakura sakit hati dan membuat kedua Kaa-sannya itu geram bukan main.
.
.
.
Sakura POV begin
Aku membuka kenop pintu kamarku, terdengar suara berdecit di sana yang disebabkan oleh gesekan pintu dengan lantai. Aku memutuskan untuk mandi, menyiram seluruh badan ini berharap semoga hatiku yang panas dikarenakan ketiga aniki ku itu segera mereda atau bahkan lebih baik menghilang. Ya… mereka memang tidak pernah berbicara padaku atau mengejekku secara langsung, tapi mengapa sekali berbicara rasanya sangat menyakitkan.
TES... TESS...
Kurasakan pipiku basah, aku luruh di lantai kamar mandiku dengan seragam lengkap yang masih kukenakan, membiarkan shower membasahi kepala hingga kakiku. Memegangi dadaku yang begitu sakit. Amat sakit seperti tertohok benda yang sangat tajam. Aku tak bisa lagi menguasai diriku sendiri, sungguh lebih dari apapun aku sangatlah lemah. Kami-sama, sampai kapan aku harus seperti ini? Sampai kapan aku terus menerus seperti ini?
.
Setelah kurang lebih setengah jam berada di dalam kamar mandi, tanpa pikir panjang lagi aku segera menyingkapkan selimut dan membaringkan tubuhku di atas ranjang yang empuk.
Meski sudah berusaha untuk menutup kedua mataku dan berharap akan segera memasuki alam mimpi, aku tak kunjung terlelap juga. Aku merasa asing dengan tempat ini, dan aku benar-benar tak bisa tidur!
Sakura POV end
.
.
Sakura tidak bisa begini terus-menerus, pikirannya kacau memikirkan perjanjiannya dengan kedua temannya dan perlakuan ketiga kakak tirinya. Tanpa berpikir panjang lagi, Sakura mengambil ponsel yang berada disakunya dan menuliskan deretan SMS untuk ketiga kakaknya.
TO : SASORI-NII
TO : ITACHI-NII
TO : SASUKE-NII
Sakura sempat memejamkan matanya sebelum kembali menuliskan deretan SMS yang akan ia kirim.
ADAKAH DIANTARA KALIAN BERTIGA YANG MAU BERKENCAN DAN BERPURA-PURA MENYUKAIKU? SEBENTAR SAJA, AKU MOHON.
Dan jari lentik Sakura akhirnya menekan tombol send to all di HPnya.
.
.
.
to be continue
