Title : Catch Your Love
Chapter 1 : Sepasang Sahabat
Disclaimer : Gundam Seed Destiny © Sunrise, Bandai
~Catch Your Love~ © Bella-chan
Rated : T
Genre : Hurt/Comfort ; Friendship
Pairing : RaCus
Warning : AU, OOC, abal, gaje, alur kenceng, nggak nyambung, dll
A/N : Bukan fanfic pertama sih, meski demikian pasti banyak kekurangan.
Jadi mohon bimbingannya apabila ada kesalahan dalam penulisannya
.
.
Please Enjoy Reading
.
.
~Catch Your Love~
Normal POV
Suasana Gundam High School sudah mulai tampak ramai. Meskipun ini baru jam setengah 7 pagi, namun sudah banyak murid yang datang ke sekolah hanya untuk sekedar mengobrol dengan teman-temannya atau untuk mencari contekan PR. Termasuk Lacus, gadis berambut pink dan bermata baby blue ini sudah datang sejak 20 menit yang lalu. Kini ia sedang duduk-duduk santai di pinggir lapangan sembari melihat hilir mudik murid-murid yang baru datang. Aktivitasnya sedikit terganggu ketika ia melihat segerombolan anak cewek yang berjalan mendekat ke arahnya.
"Ada apa rame-rame kesini?" tanya Lacus dengan tatapan curiga.
Bukannya menjawab, mereka dengan serempaknya menyodorkan surat ke arahnya.
"Egh, apa-apaan ini?" tanya Lacus menuntut penjelasan perihal dengan surat-surat tersebut
Salah satu yang berambut pirang dari gerombolan tersebut mencoba menjelaskan, "Tolong berikan ini kepada Kira-sama."
"Aku juga," ucap gadis berambut merah.
"Aku mohon," kali ini gantian gadis berambut hijau tosca yang angkat bicara.
"Tolonglah," si gadis berambut oranye pun ikut-ikutan juga.
Lacus sedikit kaget melihat keempat gadis ini membungkuk dengan sudut 90° di hadapannya.
"Kenapa tidak dikasih kan langsung saja ke orangnya," ujar Lacus.
"Maunya sih begitu, tapi kalau didekati orangnya langsung kabur," jelas gadis yang berambut merah.
"Oohh, tapi kenapa aku yang dititipin?" tanya Lacus masih bingung.
"Habisnya Lacus-san kan akrab banget dengannya kan, kelas sama klubnya saja sama," giliran gadis yang berambut oranye yang menjelaskan.
Lacus hanya bisa menggaruk-garuk kepalanya yang sebenarnya tidak ketombean sih.
"Baiklah, akan aku sampaikan," ucap Lacus seraya mengumpulkan surat-surat yang tadi disodorkan kepadanya.
"Yee, makasih ya Lacus-san. Kalau begitu kami permisi dulu," ucap gadis berambut hijau tosca mewakili teman-temannya.
"Iya, sama-sama," ucap Lacus seraya tersenyum.
Setelah gerombolan anak cewek itu pergi, Lacus menghela napas.
'Kenapa akhir-akhir ini aku jadi tukang pos ya. Entah sudah keberapa kalinya aku dapat titipan surat. Dia tambah populer saja,' batin Lacus.
~Catch Your Love~
Lacus berjalan gontai menuju kelasnya. Langkahnya terhenti ketika ada suara yang memanggil namanya. Ia langsung berbalik untuk melihat si pemanggil. Terlihat sosok cowok berambut coklat dan bermata amethys berjalan mendekat ke arahnya.
"Kenapa kau baru datang. Ini kan sudah hampir bel masuk, kalau kau terlambat sedikit saja pasti kau sudah kena hukuman," ujar Lacus seraya melihat jam tangan mungilnya.
"Yee…, ini kan salahmu, kenapa nggak bilang dulu kalau kamu berangkat sendirian. Jadinya kan aku nggak perlu nungguin kamu," sewot cowok itu dengan memberi penekanan pada dua kata terakhir.
Lacus hanya tertawa kecil, "Hehehe, aku minta maaf Kira. Kemarin aku sudah mau bilang, tapi kelupaan."
"Huh, kau ini masih saja pikun ya," ejek Kira
"Apa kau bilang!" ucap Lacus sedikit kesal
"Aduh sekarang selain pikun, kamu juga tuli ya," ujar Kira menggoda
"Kira, awas kau ya."
Setelah itu, terjadilah aksi kejar-kejaran ala Tom and Jerry antara Lacus dan Kira.
~Catch Your Love~
Sebenarnya Lacus dan Kira sudah bersahabat sejak kecil. Rumah mereka bersebelahan, jadi tak heran jika mereka menjadi sepasang sahabat. Dalam ingatan Lacus, tidak ada hari tanpa Kira. Begitu juga sebaliknya. Dimana ada Lacus, disitu pasti ada Kira. Selain menjadi sahabat, Lacus juga menganggap Kira sebagai saingannya. Hal itu dikarenakan, Lacus dan Kira selalu bertukar posisi dalam perolehan peringkat satu di sekolahnya. Keduanya sudah sama-sama diakui oleh guru-guru sebagai siswa yang berprestasi. Meskipun bersaing, mereka tak pernah saling menjatuhkan satu sama lain. Justru mereka saling mengajari untuk mengisi kekurangan satu sama lain. Lacus yang jago di hitungan selalu mengajari Kira yang sedikit kurang di hitungan. Sedangkan Kira yang jago di hapalan selalu membantu Lacus yang lemah di hapalan.
Contohnya seperti pagi ini, Kira sedang sibuk mengajari Lacus belajar untuk ulangan biologi nanti.
"Aduh, kenapa pelajaran biologi hapalannya banyak banget sih. Bab virus kemarin sudah aku hapalin, tapi sekarang lupa lagi gara-gara ngapalin bab bakteri. Ini sama saja nggak ada peningkatan," sewot Lacus seraya mengacak-acak rambut indahnya.
"Ya ampun Lacus, kamu nggak perlu hapalin semuanya. Cukup hapalin materi yang kemungkinan banyak keluar nanti di tes," ujar Kira seraya memakan snack yang dibelinya.
"Mana aku tahu, materi mana yang bakal keluar, kan bukan aku yang buat soalnya. Lagian aku sudah kapok. Dulu waktu ulangan TIK, aku cuma hapalin bab pascal saja, tapi yang banyak keluar malah bab algoritma. Gara-gara itu, aku jadi ikut remidi deh," ujar Lacus.
"Kalau begitu nggak ada cara lain, kamu harus hapalin semua babnya," ucap Kira santai.
"Kamu sih enak, sekali baca langsung hapal. Sedangkan aku baca berkali-kalipun belum tentu hapal," protes Lacus.
"Makanya kalau belajar itu jangan cuma dihapalin, tapi juga dipahami," ujar Kira bijak
"Ugh mending aku disuruh ngerjain 50 soal matematika daripada disuruh ngapalin ini," ujar Lacus seraya membaca kembali buku biologinya.
Kira yang melihatnya cuma tersenyum simpul.
~Catch Your Love~
Tet… tet… tet…
Bel pulang telah dibunyikan, pertanda bahwa pelajaran untuk hari ini telah usai. Lacus segera membereskan buku-bukunya dan memasukkannya ke dalam tas pinknya. Setelah itu, ia bergegas menghampiri meja di depannya yang rupanya pemiliknya kini tengah tertidur pulas.
Lacus menggebrak meja untuk membangunkan si pemiliknya dan sukses membuat si pemilik membuka matanya dengan malas.
"Ada apa sih?" ujar Kira sedikit kesal karena tidur siangnya diganggu.
"Kamu mau pulang atau nginap disini sih?" tanya Lacus dengan nada sedikit tinggi.
"Lho sudah pulang ya?" tanya Kira polos.
Kira menoleh ke kanan dan kiri, ke depan dan ke belakang. Namun yang didapatinya hanyalah semua meja telah kosong yang artinya semua murid sudah pulang.
"Sudah lihat sendiri kan. Lagian aku heran deh bisa-bisanya kamu ketiduran saat pelajaran," ucap Lacus sambil geleng-geleng kepala.
"Habisnya aku ngantuk berat, gara-gara tadi malam nonton film sampai larut," jelas Kira seraya membereskan bukunya.
"Yee…, kalau itu sih salahmu sendiri. Untung saja kamu tadi nggak dimarahin sama sensei gara-gara ketiduran," ujar Lacus
"Yah, aku memang beruntung," ucap Kira lega
Lacus POV
Sebenarnya aku sedikit heran, bagaimana Kira dapat menarik perhatian para sensei. Padahal aku yakin, kalau seandainya yang ketiduran tadi bukan Kira tapi anak lain. Pasti sudah dimarahin habis-habisan dan ditendang keluar kelas. Apalagi tadi yang mengajar Talia sensei, salah satu guru paling killer di Gundam High School ini.
Tapi aku juga nggak heran juga sih. Habis kira memang anaknya jenius. Dia sudah meraih beberapa penghargaan, bahkan minggu kemarin dia habis meraih medali emas dalam Olimpiade biologi tingkat Internasional. Sedangkan prestasi tertinggiku adalah meraih medali perak dalam Olimpiade matematika, itupun cuma di tingkat nasional.
Makanya aku selalu iri padanya. Bahkan untuk menyainginya aku harus belajar ekstra keras. Kira lah yang selalu menjadi motivosiku agar aku semangat belajar.
Normal POV
"Woi ngelamun aja, lagi mikirin apa sih?" tanya Kira setelah menggendong tasnya bersiap untuk pulang.
"Lagi mikirin ulangan tadi," jawab Lacus asal.
"Memang kenapa, soalnya tadi nggak susah amat kok," ujar Kira santai.
Lacus langsung mendelik kesal ke arah Kira, "Itu bagimu."
"Lho memang mudah kok, memangnya tadi ada yang nggak bisa kamu jawab?" tanya Kira.
Bukannya menjawab, Lacus langsung berjalan keluar kelas. Namun baru beberapa meter, Lacus membalikkan badan dan berjalan kembali ke posisi awal. Kira yang melihatnya mencoba menahan senyum.
"Kenapa?" tanya Kira geli melihat tingkah Lacus tadi.
Tampak Lacus merogoh saku blazernya lalu dikeluarkannya sesuatu dan disodorkannya kepada Kira.
"Hah, kamu habis ditembak cewek," ucap Kira shock.
"Bodoh, ini buat kamu tau," ujar Lacus sedikit kesal.
"Ohh, kalau begitu buang saja," ujar Kira.
"Egh kok dibuang, aku yakin mereka mati-matian menulisnya. Jadi setidaknya bacalah terlebih dahulu suratnya," ujar Lacus menasehati.
"Aku nggak tertarik. Kalau kamu mau, baca saja surat-surat itu," ucap Kira santai.
"Kira, setidaknya kamu hargai dong jerih payah mereka," ucap Lacus sedikit kesal.
"Kan aku sudah bilang, aku nggak tertarik soal cinta. Sekarang ini aku mau konsentrasi belajar untuk masuk universitas nanti, Lacus," ujar Kira membela diri.
Deg
Entah kenapa mendengar Kira berkata seperti itu, membuat hati Lacus sedikit sakit.
.
.
To Be Continued
.
.
Please Review
